31 - Come back ( Loli )

386 38 16
                                    

Gisel menghela nafas berat saat orang tuanya mengijinkan kakak sepupunya tinggal bersama di rumah ini. Gisel tak tahu jika Loli akan menginap sementara di sini untuk menunggu rumah Loli jadi sepenuhnya.

Ngomong-ngomong tentang Loli. Ia adalah anak semata wayang dari kedua orang tuanya, ia pindah ke Jerman setelah lulus sekolah dasar. Masa kecilnya dihabiskan di Indonesia bersama Gisel.

Jika Gisel tahu Loli akan menginap di rumahnya, cepat-cepat ia menyembunyikan semua barang-barang mahalnya untuk menghindari kerusakan juga kerugian besar dalam satu hari. Kebiasaan buruk loli adalah penasaran dengan sesuatu hingga tak segan merusaknya.

"Loli jangan malu-malu kalo butuh bantuan ya, anggap aja ini rumah Loli sendiri. Tante sama Gisel seneng banget lho kalo Loli kembali lagi ke Indonesia, rumah jadi makin rame!" ujar Nakira, mamah Gisel yang begitu senang adanya Loli di sini.

"Iya Tante, makasih masih mau nerima Loli di rumah ini lagi. Meskipun dulu suka banget bikin Gisel nangis," ujar Loli begitu sopan.

Gisel menggerutu kesal, melihat Loli caper seperti ini membuat Gisel ingin membalas dendam masa kecilnya.

Masa kecil yang penuh luka di sekujur tubuh hanya karena mengejar Loli menggunakan sepeda, menjadi bahan percobaan aksi gila Loli seperti menggambar wajahnya menggunakan pewarna hanya karena ingin menuntaskan hasrat penasarannya, dan masih banyak lagi hal-hal merugikan yang Loli buat.

"Namanya juga anak kecil, wajar kalo dulu Gisel sering nangis. Emang dasar dia itu cengeng, dijahili sama adik-adik nya aja nangis," ujar Nakira begitu santai membuka aib anak sendiri.

"Yang anaknya mommy itu aku, apa Loli sih mom!" decak Gisel.

Nakira dan Loli tertawa kecil, meledek Gisel yang selalu menjadi bahan candaan mereka berdua. Dari jaman SD hingga bertemu kembali seperti sekarang.

"Lagian kamu, jangan baperan dong. Mommy cuma bercanda," ujar Nakira.

Gisel hanya menatap mommy nya sinis.

"Oh iya Tante, Giandirga sama Ginesya nggak ada di rumah?" tanya Loli.

"MOMMY!!"

Terdengar suara teriakkan dari arah pintu, mereka bertiga langsung menoleh ke arah pintu melihat apa yang sedang terjadi. Betapa terkejutnya Loli melihat adik-adik Gisel yang tak mau kalah masuk pintu lebih dulu, alhasil dua bocah itu saling menghimpit untuk memasuki rumahnya dengan tidak damai.

"Ih awas kak, aku mau lewat!" sungut bocah umur lima tahunan itu.

"Kakak juga mau lewat, kamu anak kecil minggir dong," balas Giandirga, anak laki-laki berusia delapan tahun itu memang terlalu aktif hingga tak tau arah.

Melihat kakak nya tak juga mengalah, sepertinya Ginesya harus mengeluarkan sebuah trik, "mommy tolong, aku nggak bisa nafas uhuk uhuk," tutur Ginesya dengan nada lemas.

"Dirga kamu ngalah dong sama yang kecil, kasihan adik kamu sampe sesak nafas kayak gitu!" perintah Nakira namun tak kunjung melerai mereka berdua.

"Nesya aja yang nggak tau terima kasih mom, udah di kasih es krim malah minta cokelat! Dirga kan nggak punya duit mom. Bisa miskin kalo mommy besarin Nesya terus," ujar Giandirga.

"Dirga, nggak sopan ngomongnya!" tegur Nakira.

Seorang pria baru saja datang memergoki kedua anaknya yang saling bersangkutan di pintu. Entah ada masalah apa lagi, yang jelas pria itu sudah pusing meladeni dua anaknya yang setiap hari membuat onar.

"Ini pintunya yang kekecilan apa kalian berdua yang nggak tau cara jalan sih."

"Kakak aja yang nggak mau kalah sama anak kecil!" tuduh Ginesya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang