Rara meredam emosinya dalam-dalam, dia berusaha keras untuk tidak terbawa suasana. Tapi, ini adalah tindakan yang seharusnya tidak dia dapatkan. Orang itu, dia sudah mengambil first kiss nya kurang ajar. Bagaimana pun itu, adalah hak untuk suaminya nanti. Dan sekarang? Dia ternodai!
Setelah pergantian jam pelajaran tadi, Rara tidak mempunyai waktu untuk menghajar Elvino secara langsung. Dia hanya memendam itu sampai pulang sekolah nanti.
Sekarang pelajaran Bu Ijah, guru killer yang biasa di sebut guru tanpa ampunan. Guru berkacamata kinclong itu memiliki aura sendiri saat menatap murid, apa lagi dengan murid yang tugasnya tidak tuntas. Body nya yang terbilang agak gemuk dan berkulit kuning langsat itu sangat mencekam.
Selain memandang dari hal umum Bu Ijah. Bu ijah sendiri juga memiliki pergerakan yang amat cepat, sampai-sampai saat ulangan pun tidak ada yang lolos menyontek. Pasti selalu ketahuan, entah itu menyontek teman, kertas bocoran, dan alih-alih modus lainnya yang para murid ciptakan, semuanya gagal.
"Elvino sialan!" teriak Rara, membuat satu kelas tertuju padanya.
Baru saja dia terbangun dari lamunan, membayangkan betapa liciknya Elvino dan berusaha membuat strategi membuat Elvino tidak berani lagi berbuat sembarangan.
"Marcellina? Why?" tanya Bu Ijah menyerngit bingung. Membenarkan kacamata dan mendekati Rara.
"O-oh nggak Bu," ujar Rara, memaksimalkan dirinya untuk tidak di hukum kali ini.
"Kamu bilang apa tadi?" ujar Bu Ijah penuh penekanan.
"Nggak Bu, enggak, saya nggak bilang apa-apa kok," ujar Rara membela diri.
"Mau saya panggilkan orang nya?" tanya Bu Ijah.
Rara melototkan matanya, tidak. Bisa lebih panjang urusannya jika seperti ini. Alih-alih menunggu pulang sekolah malah mempunyai tawaran sekarang.
"Jangan Bu, maaf saya nggak bermaksud apa-apa kok," ujar Rara.
Bu Ijah menyorotkan mata kepada Rara lekat, mencari sebuah kejanggalan di sini. Bu Ijah akhirnya tidak mempermasalahkan, dia kembali ke depan dan mulai mengajar seperti beberapa menit yang lalu. Tapi ralat, Bu Ijah keluar kelas dan meneriakkan nama Elvino untuk datang ke kelas XI IPA 3.
"UNTUK MURID BERNAMA ELVINO DES SEBASTIAN IPS 2, SAYA PANGGIL KE RUANG KELAS SEBELAS MIPA 3 SEKARANG!!" teriak Bu Ijah. Yang kebetulan kelas dua belas terletak di seberang kelas sebelas.
Meski jaraknya cukup jauh, namun suara Bu Ijah terdengar jelas kemana-mana, bagai toa yang baru saja diperbaiki. Atau mungkin lebih dari itu?
Setelah itu, Bu Ijah kembali masuk ke dalam kelas. Menatap Rara yang sudah gugup setengah mati. Jangan maen-maen!
"Di tunggu klarifikasinya," kata Bu Ijah, lalu duduk di kursi menunggu kehadiran Elvino.
Guru laknat! Pekik Rara dalam hati.
"Ra? Lo ada masalah apa sama kak Elvino?" ujar Gisel, dia yang tidak tahu apa-apa karena tadi tidak mengikuti pelajaran olahraga karena pusing.
Rara tidak merespon, kejadian tadi pagi seakan-akan kembali berputar. Rara masih saja tidak terima dengan itu.
"Rara, itu Kak Elvino!" ujar Gisel menggoyangkan bahu Rara.
Rara langsung menoleh ke arah pintu dengan gelegapan, sial. Gisel mengerjai Rara, guna untuk memastikan bahwa apa benar Rara mempunyai masalah dengan kakak kelasnya, Elvino?
"Tuh kan langsung noleh, lo suka ya sama Kak Elvino?" ledek Gisel sambil menunjuk Rara.
Rara membulatkan mata menatap Gisel tajam. Apa katanya, suka? Rara mengutuk diri sendiri untuk menebalkan hati agar tidak terkurung dalam cinta-cinta monyet. Dia tak mau lagi terjebak dalam kesedihan hingga nasib nya menjadi seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RARA
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Ini adalah kehidupan Rara, gadis malang yang penuh dengan masa lalu menyakitkan. Di tinggalkan orang tua, dan di khianati oleh banyak orang. Dia tinggal sendiri setelah semuanya pergi, dan melanjutkan hidup sesuai apa yang...