"Maklum lah, yang baru jadian."
Rara bergejolak kaget, ia bangun dari tidurnya. Membenarkan rambut yang sedikit berantakan kemudian melepas earphone yang masih di telinga.
Baru jadian? Berarti Gisel suka sama dia? batin Rara terkejut.
"Lo kenapa Ra? Kaget ya, denger Kak Elvino sama Gisel jadian?" tanya Tania enteng.
Rara gelagapan, tidak mungkin ia memberitahukan kepada mereka bahwa ia memang terkejut mendengarnya. "Ha? Enggak, ini volume earphone nya ketinggian," balas Rara gugup, memang benar juga, volume earphone nya tadi terdengar lebih keras setelah Tania mengatakan bahwa Elvino dan Gisel baru jadian.
"Maaf Ra, gue jadi ngerasa bersalah banget sama lo. Gue udah nutupin ini semua dari lo. Sebenarnya gue udah suka sama Kak Elvino dari kelas sepuluh, sebelum lo pindah ke sekolah ini. Gue cuma pura-pura dukung lo sama Kak Elvino buat ngelupain semua tentang dia, tapi gue salah, gue nggak bisa ngelupain Kak Elvino gitu aja Ra, maafin gue ya?" ujar Gisel lembut, sambil memegang kedua tangan Rara.
Rara susah payah meneguk salivanya, sebegitu kejamnya teman? Tidak. Rara tidak bisa menyalahkan siapapun di sini. Rara yang harusnya bersalah, dia sudah menghalangi kisah cinta mereka berdua. Tapi kenapa, kenapa hatinya begitu sakit mendengar fakta mengejutkan ini?
"O-oh ya nggak papa, nggak ada urusannya sama gue kok," balas Rara berusaha tidak gugup, namun kenyataannya begitu sulit. Dia keberatan menerima semua ini.
Jika memang Elvino hanya berniat main-main, Rara masih bisa terima jika laki-laki itu pergi. Pergi jauh hingga lupa mengenalinya kembali. Tapi, jangan pergi menghilang kemudian mendekati temannya sendiri. Rasanya begitu menyakitkan, sangat menyakitkan.
"Di sini panas yang, keluar bentar yuk?" ujar Elvino mengibaskan kerah baju menggunakan tangan.
Rara merasa tersindir, namun ia berusaha sebaik mungkin agar tidak mencolok bahwa dia ingin menghantam cowok itu sekarang.
"Nanti ada guru gimana?"
"Nggak papa, kalo sama aku pasti semuanya aman!" Elvino meraih tangan Gisel arah ada digenggamnya.
"Ya udah yuk!" balas Gisel antusias.
Mereka berdua berjalan bergandengan tangan sambil tersenyum bahagia. Tanpa dikomando, murid satu kelas langsung menyorakinya melihat mereka berdua yang terlihat serasi. Gisel hanya bisa tersenyum kecil sedangkan Elvino gemas melihat senyum indah pacar barunya itu.
"Jangan ganggu mereka Ra!" cegah Tania, gadis itu berteriak kala melihat Rara bangkit dari duduknya. "Kak Elvino berhak milih siapa yang cocok buat dia. Dan lo, harusnya lo seneng kan? Karena lo sok cuek sama Kak Elvino hanya karena lo mau terlihat mahal depan dia? Lo egois Ra."
"Sekarang Kak Elvino udah sama Gisel, lo nggak boleh rusak hubungan mereka berdua, dengan alasan lo udah nyesel sia-siakan Kak Elvino," sambung Rita.
"Sorry, enggak. Gue mau ke toilet," Rara berjalan dengan baik, meski sebenarnya ia tidak tahu mau kemana.
•••
Rara memandangi dirinya di cermin toilet. Tidak melakukan apa-apa, dia hanya melamun di sana. Pikirannya masih berputar tentang Elvino dan Gisel. Kenapa Gisel tak pernah bicara dari awal? Kenapa harus sekarang?
"Gue emang nggak suka sama dia, tapi rasanya sulit banget buat relain mereka berdua," gumam Rara lesu.
"Apa gue udah jatuh hati sama dia?"
"Nggak! Nggak mungkin! Dih amit-amit!" Rara menggelengkan kepalanya, tidak mungkin dirinya jatuh cinta kepada Elvino.
Rara membasuh muka menggunakan air mengalir, membiarkan wajah cantik itu kembali terlihat segar juga menghilangkan sedikit rasa penat. Setelah itu Rara membuka pintu toilet yang tidak terkunci, ia berjalan menyusuri lorong sepi seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
RARA
Ficção Adolescente[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Ini adalah kehidupan Rara, gadis malang yang penuh dengan masa lalu menyakitkan. Di tinggalkan orang tua, dan di khianati oleh banyak orang. Dia tinggal sendiri setelah semuanya pergi, dan melanjutkan hidup sesuai apa yang...