18 - Berangkat bareng?

375 48 0
                                    

Elvino terbangun cukup pagi dari biasanya bahkan Shaka si anak rajin pun belum terlihat bersiap-siap untuk sekolah, Elvino sudah rapi dengan seragam sekolah juga rambut yang tertata sedikit berantakan. Tentu saja teman-temannya masih tertidur bersama mimpi-mimpi nya.

"Tumben udah rapi," ujar Shaka, ia tiba-tiba datang dari arah belakang membawa satu mangkuk bubur ayam ditangannya, entah kapan dia keluar. Elvino tidak melihat.

"Lo beli bubur di mana?" tanya Elvino mengalihkan pembicaraan, karena melihat bubur ayam di tangan Shaka begitu menggoda.

"Depan, lo nggak mau bolos kan? Gue berangkat bareng lo aja," ujar Shaka mendaratkan bokong nya di kursi meja makan kemudian menyantap bubut ayam yang masih panas.

"Oh, gue ada urusan jangan ikut gue," ujar Elvino melangkah meninggalkan Shaka, ia tak menyempatkan diri untuk sarapan terlebih dahulu.

"Motor lo gue pinjem," ujarnya lalu dibalas anggukan oleh Shaka.

Elvino menggapai tempat penyimpanan kunci-kunci yang menggantung di dinding. Bukan hanya punya Shaka saja, kunci kendaraan temannya pun terpajang di sana.

"Ini kunci nya yang mana satu?" gumam Elvino mendapati berbagai kunci motor dan mobil yang hampir sama. Hanya ada satu yang berbeda.

Shaka

Yang ada gantungan Tinkerbell nya, bawa aja.

Elvino melihat pesan dari Shaka barusan hanya terkekeh geli, tadinya ia tak sempat untuk mengambil kunci dengan gantungan Tinkerbell, karena ia yakin Shaka tidak pernah mengambil kunci motor itu. Ternyata sebaliknya.

Segera ia mengambil kunci motor bergantungan Tinkerbell itu sambil memencet-mencet nya geli.

"Gue kira lo beneran cowok Shak," ujarnya membuka pintu garasi yang tidak di kunci.

•••

Rara sudah siap dengan seragam yang ia kenakan. Ia merapikan sedikit tatanan rambutnya kemudian tersenyum di depan kaca.

Rara menuruni tangga rumah yang tampak begitu sepi, hingga langkah kakinya bisa terdengar menggema di dalam rumah.

Sampai dapur, Rara membuka lemari berisi banyak kue kering yang biasa menjadi bahan sarapannya. Di balik kue kering itu, ada banyak kenangan yang tak bisa ia lupakan secara mentah-mentah.

"Heemm," gumam nya. Lagi-lagi perasaan itu muncul ketika melihat ataupun merasakan hal yang sama. Mengingat kenangan bersama keluarga, dan kue kering tersebut.

FLASH BACK

Liburan memang waktu yang tepat untuk berjalan-jalan keluar menikmati keindahan dunia. Namun tidak dengan keluarga kecil yang begitu damai dan senantiasa menjaga satu sama lain.

Kala itu mereka memutuskan untuk piknik di halaman belakang rumah yang cukup luas dan segar di pandang mata, rumput hijau dan tanaman-tanaman kecil menghiasi isi halaman belakang, juga ada kolam renang cukup besar mendapat nilai lebih di mata mereka. Ya, bagaimana tidak? Mereka membuat kolam itu bersama-sama tanpa bantuan tukang sekalipun, Bian selaku papah Rara sangat suka dengan hal-hal seperti itu.

Kembali ke awal, semuanya sangat kompak mengisi liburan kali ini, menggelar tikar kotak-kotak berwarna merah dan putih yang diisi dengan berbagai macam roti, kue, dan susu segar. Mereka semua menikmati kebahagiaan yang sungguh luar biasa. Bercanda ria bersama seakan-akan tidak mempunyai beban hidup.

Waktu itu Rara masih berusia tujuh belas tahun yang suka sekali bermain dengan kamera pemberian papahnya di hari ulang tahun ke enam belas lalu, tidak mau melewatkan momen ini. Rara langsung mengambil banyak gambar untuk di jadikan bingkai besar yang terpampang di ruang keluarga. Sebagai bukti kalau mereka pernah merasakan kebahagiaan bersama keluarganya yang tidak bisa tergantikan oleh apapun dan siapapun.

RARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang