20 - Dia Marah?

337 48 0
                                    

Ayolah ramein🙂
Vote and comment juga ya?

•••

Pagi ini Rara berjalan kaki dari komplek hingga sekolah. Perjalanan menuju sekolah masih lumayan jauh, di tambah ia sedikit tidak enak badan karena hujan-hujanan semalam. Dompetnya pun sangat tipis hingga tidak tega untuk membayar angkot. Uang yang dua hari lalu ia dapatkan dari kerjaan nya digunakan untuk membayar SPP dan belanja mingguan, sampai ia lupa bahwa sekolah masih menggunakan angkot, dan angkot itu bayar!

Burung berkicau kesana-kemari menemani ia berpikir betapa kerasnya kehidupan.

Rara memasukkan kedua tangannya pada saku cardigan yang tengah ia pakai. Ia berjalan santai menyusuri jalanan sambil menatap sekeliling dengan damai.

Sekitar sepuluh langkah ia berjalan dari posisi yang tadi, Rara membulatkan matanya ketika melihat sosok yang tak asing lagi menurutnya, penunggu pertigaan. Di depan pertigaan jalan itu sudah terdiri tiga waria yang kesana-kemari mencari mangsa, kalau tidak menggoda, ya minta uang. Emang sial nasibnya pagi ini.

Waria dengan tatanan rambut seperti nenek lampir berwarna-warni. Dandanan seperti badut ulang tahun itu membuatnya terlihat sangat mengerikan. Baju-baju berwarna-warni layaknya pelangi, di sore hari, berwarna biru, se-biru hatiku.

Rara masih menancapkan kakinya di atas tanah padat berjarak sekitar 100 meter dari waria-waria gila kurang otak itu. Dia lupa jika jalan ini ada penunggunya, yang tak lain adalah waria itu. Mau maju takut diganggu, mau mundur tapi sayang.

Kakinya gemetar ketika salah satu waria itu memperhatikannya, bahkan ia tersenyum-senyum sendiri melihat Rara yang ketakutan. Rara yang panik langsung mengalihkan pandangannya ke arah jalanan yang sepi. Emang tidak bisa diajak kompromi ini jalan!

Kalau boleh jujur, Rara lebih takut dengan waria-waria gila itu dari pada tinggal di rumah sendirian.

Semoga dia nggak berpikir gue lagi ketakutan gini. Batin Rara berharap.

Dugaannya salah, waria itu mengajak temannya untuk memperhatikan Rara yang tidak berdaya dipinggir jalan menatap jalanan sepi. Waria itu berbisik-bisik membuat Rara semakin ketakutan berdiri di sini.

Waria itu berlari menuju ke arah nya sambil tersenyum-senyum mengerikan. Rara tidak segera berlari, seakan-akan kakinya sudah permanen tidak bisa digerakkan, sedangkan waria-waria itu sudah semakin dekat.

Dengan kesadaran yang baru pulih, Rara langsung lari terbirit-birit entah kemana, pokoknya dia harus lolos dari tiga waria gila itu!

Rara menoleh ke arah belakang sambil berlari. "Aaaaaaaa tolongin gue, siapapun yang baik, yang manusia, yang normal, tolonggg!!!" teriak Rara sekeras mungkin. Berharap ada seseorang yang bisa dimintai bantuan.

Rara berlari seakan melambat, padahal Rara sudah semaksimal mungkin untuk mengeluarkan tenaganya untuk berlari jauh-jauh dari waria-waria ini. Wajah riang itu membuatnya bergidik ngeri.

BRUGH!!

Akibat tidak fokus dan lengah, Rara menabrak sesuatu yang membuatnya terpental di bawah pohon sambil menutup wajahnya.

"NGGAK USAH GANGGUIN CEWEK GUE, BANGSAT. PERGI ATAU GUE REMUK TULANG-TULANG LO SEMUA!!!"

Teriakkan itu ...?

"Pergi semua lo babi, pergi njing nggak usah pegang-pegang gue tai. Jijik gue, pergi nggak lo!!" terlihat Elvino yang tengah melepaskan diri dari godaan-godaan waria sinting itu. Ia berusaha sebaik mungkin untuk tidak terlihat takut.

Sebelum Elvino melepas sepatu, waria-waria itu sudah berlarian ke asal mulanya. Entah itu kelemahannya, atau.. entah lah.

Rara masih mempertahankan posisi memeluk kedua lututnya sambil menunduk. Berharap orang-orang gila itu benar-benar pergi dari hadapannya.

RARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang