Rara duduk di kursi dekat lapangan hanya untuk menunggu Elvino menyelesaikan tanding basket dengan kelas sebelah. Tidak baru saja, Rara sudah menunggu cowok itu sekitar dua jam yang lalu. Bukan kemauan Rara sendiri, melainkan Elvino yang ingin di temani.
Sambil melawan suntuk, Rara mengotak-atik ponselnya melihat laman Instagram yang tampak begitu sepi. Sejak satu bulan lalu Rara berganti akun, alasannya adalah karena ingin.
Rara duduk sambil mengayunkan kakinya dengan sesekali menatap lapangan, terlihat mereka semua bermain basket dengan lihai.
"Eh, sorry nggak liat," Rara bangun dari duduknya, kaki yang barusan ia ucangkan mengenai kaki seseorang yang lewat di depannya barusan, hingga jatuh tersungkur dengan aesthetic.
Cowok berpakaian basket itu meringis kesakitan namun di tahan. Membuat Rara semakin merasa bersalah. Rara cepat-cepat membantu cowok itu berdiri untuk duduk di kursi yang tadi ia tempati.
"Duduk dulu, gue minta maaf," ujar Rara kembali. Namun cowok itu tetap tidak menyahuti.
Cowok dengan nomor punggung sembilan itu menyibakkan rambutnya ke belakang. Cowok itu terlihat tidak kesakitan seperti tadi. Rara bersyukur melihatnya. Wajah cowok itu terlihat asing, atau mungkin Rara tak pernah melihatnya sebelumnya.
"Sekali lagi gue minta maaf," untuk terakhir kalinya, Rara mengatakan itu lagi.
"Bukan salah lo, gue yang nggak hati-hati," balas cowok itu ketus.
Rara tersenyum getir, jelas-jelas ia salah namun cowok itu masih bisa menyalahkan diri sendiri.
"Nama lo Rara kan?" tanya cowok itu.
Rara menyerngit bingung ketika cowok tak di kenali ini mengetahui namanya, selama ini tidak ada seseorang yang bertanya bahkan tidak banyak orang yang ia kenali di sekolah sendiri, "ha? Iya Rara, tau dari mana?"
Cowok itu tidak menjawab, dia malah meminum minuman yang ada ditangannya tadi. Meski sedikit dari botolnya lecet karena jatuh.
"Banyak yang bilang."
Rara kembali berpikir, apakah dia banyak diperbincangkan orang lain? Sampai-sampai orang tak di kenalnya pun mengetahui namanya?
"Bilang apa?" tanya Rara penasaran.
Cowok itu diam. Rara masih tetap menunggu balasan cowok tak dikenalinya itu. Di lihat dari wajah dan tingkah laku, sepertinya cowok ini adalah kakak kelasnya sendiri. Tapi Rara bersikap biasa saja, seperti tidak menganggap bahwa cowok itu adalah kakak kelasnya sendiri.
Bukannya menjawab, cowok itu malah lari ke arah lapangan untuk bergabung bersama teman lainnya. Rara yang ingin berteriak pun mengurungkan niatnya. Sial, bukan rasa puas yang Rara dapat. Dia hanya mendapat rasa penasaran dari cowok itu. Rara pikir, menyelidiki cowok itu tidak ada salahnya.
"Ekhem, abis ngobrol sama siapa?" Elvino tiba-tiba datang dari arah lapangan basket. Cowok itu sempat memperhatikan Rara berbincang-bincang dengan seangkatannya.
Rara mendongak, mendapati wajah Elvino yang banjir dengan keringat di pelipis hingga punggungnya, "nggak tau, emang dia siapa?" tanya Rara balik.
"Jangan deket-deket sama dia, bahaya," ujar Elvino kemudian duduk di samping Rara sambil meneguk minuman dingin yang sudah Rara sediakan tadi.
"Kenapa?" tanya Rara penasaran.
Elvino menatap Rara lekat, nyatanya gadis ini tidak akan berhenti bertanya jika tidak di beritahu secara detail. Namun Elvino juga tak bisa mengatakan yang sebenarnya. Dia juga masih mempunyai urusan yang begitu penting hingga tak boleh di ketahui oleh siapapun termasuk Rara.
KAMU SEDANG MEMBACA
RARA
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Ini adalah kehidupan Rara, gadis malang yang penuh dengan masa lalu menyakitkan. Di tinggalkan orang tua, dan di khianati oleh banyak orang. Dia tinggal sendiri setelah semuanya pergi, dan melanjutkan hidup sesuai apa yang...