9 - Bukan dia? Lalu Siapa?

577 93 4
                                    

Jangan lupa follow akun author terlebih dahulu sebelum membaca!

•••

Rumah yang sudah ia juluki sebagai tempat berteduh, kini berubah seperti neraka. Keluarga yang dulunya harmonis, kini berubah menjadi sadis. Suasana yang dulu begitu tenang, kini berubah sebaliknya.

Jangan kalian pikir dengan hidup Elvino yang serba ada, bisa menciptakan bahagia dengan itu semua. Kenyataannya salah, Elvino memang tergolong anak dari keluarga kaya. Tapi sekarang, keluarganya sudah tidak sempurna seperti dulu.

Desiana Arga Renata—mamah— Elvino yang sudah meninggal beberapa tahun lalu karena melahirkan anak keduanya, adik kandung Elvino. Setelah meninggalnya Desiana, keluarganya menjadi berantakan. Arya sebagai kepala keluarga pun turut syok selama berbulan-bulan karena masih tidak percaya.

Tapi sekarang, kehidupan Elvino sudah berubah 180°. Arya menikah lagi pada seorang wanita janda beranak dua, tepat pada satu tahun meninggalnya Desiana. Elvino terpukul, semudah itu papahnya melupakan istri tercintanya? Di lain sisi, Elvino juga tak tega melihat papahnya murung setiap hari, sejak bertemu dengan wanita baru, Arya jauh lebih baik dari sebelumnya. Meski Elvino tak yakin jika mamah baru nya akan sama seperti mamah kandung nya.

Mungkin, kejadian itu sudah lima tahun berlalu. Tapi masih teringat jelas di otak Elvino hingga saat ini. Untuk sekarang, Arya bersama adik kandungnya tinggal di luar negeri untuk menjalankan bisnis besar. Mengapa demikian? Elvino tidak akan membiarkan adik kecil nya itu tinggal bersama keluarga iblis ini. Karena Elvino tau, mereka hadir bukan untuk selamanya, mereka hadir hanya karena harta.

"Anak numpang kapan sadar diri?" suara itu terdengar saat Elvino menuruni tangga ruang tengah. Itu sering kali terjadi, bahkan setiap pagi mungkin.

Elvino adalah tipikal orang emosional. Bisa kapan saja ia meluapkan kemarahannya pada keluarga iblis ini. Tapi Elvino tak sebodoh itu, ia hanya membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk meratakan manusia-manusia tak tahu terima kasih.

"Dia di sini tidak ada apa-apanya. Dia hanyalah benalu," sindiran itu keluar dari mulut berdosa ibu tirinya. Meski umurnya sudah cukup berbau tanah, gaya nya masih bisa bersaing dengan gadis-gadis di luar sana.

"Benalu? Apakah anda tidak berkaca? Anda lebih dari sekedar sampah yang menumpang pada kehancuran mu sendiri," Elvino tidak bisa tinggal diam. Sebagai lelaki memang tak seharusnya melawan perempuan. Tapi, siapa sangka jika wanita gila ini adalah seorang Psychopath? Elvino tinggal bersama psychopath? Rasanya cukup menantang adrenalin.

"Anak jagoan jangan dilawan bund," ucapan itu lolos dari kakak tirinya, yang hanya berbeda satu tahun.

"Anak laki-laki kok manja, nggak malu sama komplotan sampah lo? Hah, canda manja," Elvino jelas jijik dengan kakak tiri itu. Gaya boleh selangit, tapi tidak bisa mendapatkan apa-apa sendiri.

•••

Elvino meneguk minuman kaleng yang sempat ia beli di kantin. Sekarang adalah jam kosong, semua murid berhamburan keluar untuk menghabiskan waktu terbahagia bagi mereka.

"Anjing, nyampah lo Raff! Harusnya turtle itu punya gue bangs–"

"Noh Iritel buat lo!" Mereka betiga tengah asyik memainkan game MOBA pada ponselnya. Sudah sangat wajar jika saling misuh-misuh satu sama lain.

"Jijik gue Raff, minggir anjir minggir. Nggak usah nyampah lo tai!" pekik Tian. Memfokuskan diri kepada game, melihat aksi curang Raffi yang terus menyampah membuat Tian ingin menerkam Raffi saat ini juga.

"Siapa cepat dia dapat dong!" bangga Raffi.

"Lo nggak usah nyampah dong Raff, susah-susah gue berjuang malah di rebut lo!" gerutu Tian, melihat permainan Raffi yang begitu rakus dengan kill.

RARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang