Kali aja ada yang lupa sama part kemarin boleh dibaca ulang ya, karena part ini masih lanjutan kemarin wkwk
•••
Di tengah jalan, motor Elvino tiba-tiba mogok. Terpaksa mereka berdua menuntun motor itu hingga ke rumah Rara. Tidak jauh, hanya butuh beberapa meter ke depan sudah sampai. Namun, Rara tidak tega membiarkan Elvino sendirian di sini.
"Kiloin aja motornya buat beli bensin!" decak Rara, gadis itu sudah benar-benar ngantuk ingin tidur. Namun masih saja ada hambatan.
"Iya," balas Elvino jutek.
"Nyusahin banget jadi cowok!"
"Iya," jawab Elvino pasrah.
"Tau gini mending gue nggak ikut sama lo tadi!"
"Iya."
"Dasar cowok fakboy!"
Iya."
"Gue bilangin Gisel nih, kalo lo emang fakboy!"
"Ya udah, nanti kalo putus gue macarin lo aja."
Rara mengatupkan mulutnya, ucapan Elvino memang benar-benar tidak bisa di jaga. Selalu meresahkan.
"Gue masih punya harga diri buat nggak ngambil bekas temen kali!" ujar Rara.
"Bekas-bekas gini juga gue masih berkualitas, jangan salah," balas Elvino sambil cengengesan.
Rara tak berani menatap, takutnya dia bisa khilaf untuk mengharapkan sesuatu milik orang lain. Meski sekarang ini juga Rara ingin berteriak sambil menghantam tembok kuat-kuat.
"Apaan sih nggak jelas!" Rara memutuskan untuk menyudahi percakapan mereka.
Sampai depan gerbang, Rara terkejut. Ia memegangi gerbang depan rumahnya dengan telapak tangan yang basah. Bagaimana bisa? Apakah mereka sudah selesai dengan semuanya? Apa mungkin mereka baru mengingat bahwa dia memiliki satu manusia lagi yang belum cukup untuk disakiti?
"Apa mereka pulang? Buat apa mereka pulang?" lirih Rara.
Halaman rumahnya sudah terdiri banyak mobil di sana, lampu-lampu di rumahnya sudah menyala semua. Itu berarti ada orang di rumah. Rara tidak tahu harus mengekspresikan apa. Apakah dia harus bahagia karena mereka sudah kembali? Ataukah dia kecewa karena mereka pergi disaat-saat yang sulit?
Rara segera membuka gerbang kemudian berlari ke rumahnya, tanpa disadari Elvino mengikuti dari belakang. Rara penasaran dengan kepulangan mereka. Ada hal yang perlu dikatakan? Atau mereka akan pergi lebih lama dengan cara berpamitan terlebih dahulu? Apapun resikonya nanti, Rara harus siap menghadapi.
Terdengar suara alunan musik di dalam, membuat Rara cepat-cepat membuka dua pintu yang sudah terbuka sebelumnya. Setelah Rara benar-benar memasuki rumahnya, ia langsung terkejut bukan main.
"SURPRISE!!!"
"HAPPY BIRTHDAY RARAA!!!"
Sebuah kejutan. Bukan dari keluarga, melainkan dari teman-temannya. Dia tidak habis pikir mereka melakukan semua ini, di rumahnya. Rara bahkan hampir lupa jika hari ini adalah hari ulang tahunnya.
Mereka semua terlihat begitu anggun dengan gaun-gaun yang mereka kenakan. Ada juga sahabat Elvino yang ikut serta di sana. Rumah ini di hias sedemikian rupa seperti pesta-pesta ulang tahun pada umumnya. Rara pikir yang pulang adalah keluarganya, ternyata bukan.
Namun, bagaimana bisa mereka melakukan semua ini sedangkan dirinya tak pernah memberi tahu letak rumahnya. Dan tunggu, bagaimana bisa mereka memasuki rumah begitu mudah padahal pintu depan ini selalu di kunci?
KAMU SEDANG MEMBACA
RARA
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Ini adalah kehidupan Rara, gadis malang yang penuh dengan masa lalu menyakitkan. Di tinggalkan orang tua, dan di khianati oleh banyak orang. Dia tinggal sendiri setelah semuanya pergi, dan melanjutkan hidup sesuai apa yang...