Jam pelajaran olahraga bagi seluruh murid perempuan kebanyakan mengeluh. Bagaimana tidak? Mereka semua beranggapan bahwa olahraga adalah bencana. Harus pemanasan di bawah matahari terik, harus bisa menguasai materi olahraga yang biasanya langsung dipraktikkan, apa lagi bagi mereka yang baru saja perawatan wajah. Hancur sudah!
Sekarang mereka semua berteduh di bawah pohon besar sambil mengibaskan tangannya karena gerah, padahal belum ada tiga puluh menit mereka berjemur di bawah sinar matahari.
Tapi tidak dengan gadis berkuncir satu yang tengah sibuk melambungkan bola basket ke arah ring. Dia sangat antusias untuk itu, karena ini adalah bakat terpendam nya, mungkin. Jauh hari sebelum dia pindah di sini, Rara sangat berharap bisa memainkan bola basket sepuasnya tanpa ada orang memandang dia rendah.
Rara menghapus jejak keringat nya yang ada di pelipis, dia kembali memfokuskan diri untuk melambungkan bola seorang diri.
"Sembilan puluh sembilan," gumam Rara, menghitung berapa kali bola masuk ring yang dia cetak.
"Seratus!"
Rara menghentikan aktivitasnya, sudah ke seratus kali dia melakukannya. Lelah? Jangan ditanya, dia sangat lelah.
"Ekhem."
Tersentak. Rara menoleh ke arah belakang, di mana suara itu berasal. Lagi-lagi, dia dikejutkan dengan manusia seperti ini lagi. Menyebalkan, dan suka mengusik.
Dia sempat memperhatikan permainan Rara dari lapangan sebelah. Permainannya cukup bagus, bahkan lebih bagus dari murid cewek kebanyakan.
Perlu kalian tahu, lapangan di sekolah ini memiliki tiga lapangan. Satu lapangan yang terletak ditengah-tengah sekolah untuk pertunjukan khusus, dan dua lagi untuk mereka, para pelajar. Satu hari nya pasti ada mata pelajaran olahraga, yang terdiri dari dua kelas sekaligus. Dan hari Kamis ini, kelas XII IPS 2 dengan kelas XI IPA 3 satu jadwal.
"Ngapain sih lo muncul terus," cibir Rara dengan nada ketus.
"Mungkin jodoh," ucap Elvino.
"Jangan mimpi!"
Rara mendengus kesal, Elvino lantas melambungkan bola itu dengan posisi berbanding balik dengan Rara.
Rara mengumpat kesal. "Kenapa sih harus dia muncul terus, udah kayak demit aja!"
"Andai aja gue punya kuasa buat ngilangin orang, mungkin dia yang pertama jadi kor—"
DUGH!
Bola melesat dengan cepat hingga mengenai belakang kepala Rara. Dia yang menjadi korban tanpa aba-aba pun langsung tersungkur karena pusing. Emang sialan yang lempar!
Keadaan mendadak rusuh, karena kejadian itu menimbulkan suara yang cukup keras. Para murid yang tengah duduk itu pun berdiri, melihat kejadian di tengah lapangan.
"Heh, bangun. Nggak usah pake drama pingsan segala!" pekik Elvino. Membawa Rara dipangkuan dan ditepuk pipinya pelan.
Elvino mendadak diselimuti oleh takut. Bagaimana jika gadis ini benar-benar pingsan dan mati? Oh no, terlalu jauh. Bagaimana jika gadis ini pingsan dan amnesia?
"Bangun woy, bangun!" ucap Elvino lagi.
"ELVINOO!!!" teriakkan menggema itu terdengar dari ujung lapangan.
Siapa lagi jika bukan guru olahraga yang suka memarahi semua anak laki-laki jika melihat sedang menjahili anak perempuan?
Guru berkumis tipis itu berkacak pinggang, sudah sangat muak dengan perlakuan Elvino yang setiap hari membuat onar. Bagaimana tidak? Hampir setiap hari dia lari-lari hanya untuk mengejar Elvino yang hendak membolos lewat pintu belakang. Dan sialnya, dia tidak bisa menangkap Elvino yang terlalu gesit.
KAMU SEDANG MEMBACA
RARA
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Ini adalah kehidupan Rara, gadis malang yang penuh dengan masa lalu menyakitkan. Di tinggalkan orang tua, dan di khianati oleh banyak orang. Dia tinggal sendiri setelah semuanya pergi, dan melanjutkan hidup sesuai apa yang...