2 - Murid Baru

822 121 10
                                    

Setelah mengurus semua data perpindahan sekolah, Rara bersiap untuk kembali sekolah setelah satu Minggu membolos karena tak kuat menahan hujatan-hujatan yang semakin hari semakin memburuk, di sekolah lamanya.

Rara mengeluarkan lembaran uang untuk membayar taxi yang barusan ia tumpangi.

Ia mengarahkan pandangan pada tulisan besar yang terpampang di atas gerbang bertuliskan; SMA Herlangga.

Penurut penelitian yang ia cari, SMA Herlangga adalah SMA terfavorit di Jakarta yang terkenal dengan prestasi-prestasi terus meningkat, terutama di bidang olahraga. Tak hanya itu, salah satu kelebihan yang sudah menjadi perbincangan banyak orang adalah, sekumpulan anak lelaki dengan fisik yang nyaris sempurna. Termasuk kelebihan, bukan? Atau anugerah mungkin?

Rara memasuki halaman sekolah sambil memegang erat ujung tas punggung nya. Ia nyaris tak mempedulikan banyak pasang mata yang melihatnya. Sebab, seragam dari sekolah lamanya belum terlepas tubuh nya. Salah satu guru bilang, seragam baru akan dibagikan nanti.

•••

Warung belakang sekolah memang tak asing lagi bagi para pembolos-kers. Selain tempat untuk memesan makanan, warung yang satu ini sudah biasa untuk tempat murid membolos dan ngutang semampu mereka. Tak heran jika banyak anak laki-laki lebih sering kesini daripada di kantin.

"Eh, gue denger-denger bakal ada murid baru ye?" ucap Raffi, sambil duduk bersandar pada kursi panjang.

"Cewek apa cowok bro?" sahut Tian.

"Katanya sih, nggak cwk nggak cwk," balas Raffi, mencomot gorengan entah milik siapa.

Tian menghela nafas, jika saja Raffi bukan sahabatnya, ia sudah menghabisi dia saat ini juga. "Sapu mana sapu?!"

"Serok mana serok?!" sambung Nino.

"Stres lo berdua?" tanya Raffi.

"Lo kalo mau cerita nggak usah setengah-setengah goblok!" ucap Elvino, mengetuk kepala Raffi keras.

"Ya mana gue tau, gue kan cuma denger-denger. Kalo mau cari tau, tanya aja tuh sama kang ghibah. Pasti tau seluk-beluk tuh murid," ucap Raffi, meletakkan satu kakinya di atas meja.

"Kenapa bisa gitu?"

"Lo hidup di zaman apa sih Yan? Masa nggak tau sama si Ela temen sekelas kita, udah cantik, pinter, tapi kalo lagi ghibah lancar banget, kayak perosotan SD!" ujar Raffi.

"Si Ela? Yang naksir sama Elvino itu? Sampe-sampe ukuran sepatu Elvino dia bisa tau. Kalo menurut gue bukan si tukang ghibah lagi Raff, udah kayak profesor!"

"Nah, tentang Elvino aja semuanya tau. Apalagi sama murid baru," ujar Raffi.

Semuanya menatap Raffi malas, percakapannya hanya membuat mereka penasaran, tanpa tau yang sebenar-benarnya.

•••

Setelah diwawancarai oleh kepala sekolah, Rara di antar sampai depan kelas baru nya. Jujur, ia merasa sangat canggung sekarang.

Tok, tok, tok!

Pintu diketuk, menampilkan seorang guru perempuan yang tersenyum hangat kepada Rara. Ia hanya bisa membalas senyuman itu dengan canggung.

"Saya mau mengantarkan murid baru, tolong perlakuan dia dengan baik ya buk. Saya permisi," ucap Pak Bagus kemudian meninggalkan Rara dengan guru yang belum dikenalnya.

Satu langkah menuju depan kelas, Rara menghela nafas sebelum memperkenalkan diri.

"Perkenalkan, nama saya Marcellina Ajera Natasya biasa dipanggil Rara. Pindahan dari SMA Harapan," katanya, kemudian meneguk salivanya kasar mengucapkan SMA yang dulu ia singgahi.

RARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang