I'm come back!
Maaf banget baru update sekarang setelah satu Minggu lebih belum update😭Karena, aku ...
Sibuk.
[Oh iya, sebelum membaca jangan lupa klik ⭐ di pojok kiri dan comment sebanyak-banyaknya!]
•••
PRIIITTTT!!
Peluit nyaring itu terdengar jelas kepada anak-anak yang beramai-ramai memanjat pohon mangga belakang lapangan kelas 12. Elvino dan yang lainnya memang menunggu-nunggu moment mangga yang hijau menjadi masak. Dan kali ini mereka memanjat pohon berjamaah.
"Buruan masukin karung Raff! Jangan letoy kayak lidi!" sentak Tian yang menunggu di bawah, memasukkan mangga-mangga segar itu di karung beras yang sudah ia bawa dari rumah.
"Banyak bacot lo, nggak tau susah apa ya!" ujar Raffi, memegang erat-erat mangga yang masih menggantung di pohon, namun posisi nya sangat sulit untuk dipetik. Kaki dan badannya berpegang pada pohon dan tangannya bergelantungan mengambil mangga.
"Mana banyak semut lagi ah!" gerutu Nino, duduk di dahan pohon sambil garuk-garuk leher dan lengan.
"Gue nunggu di bawah udah kayak nunggu pesawat bagiin duit tau nggak, lama banget!" teriak Tian dari bawah.
"Woy itu Pak Abas woy! Turun, turun!" perintah Elvino melihat gelagat Pak Abas yang ingin menerkam mangsa sekarang juga.
Mendengar instruksi dari Elvino, lima orang yang bertengger di dahan pohon pun tergesa turun. Lalu keluar melalui celah belakang lapangan untuk mengamankan diri.
Lain lagi dengan Elvino, tali sepatu nya sempurna nyangkut di dahan pohon hingga membuatnya kesulitan turun. Padahal semua teman-temannya sudah turun dan menghilang begitu saja, termasuk Tian yang menggendong banyak mangga di karung.
"Setan mana sih yang gangguin gue. Main nyangkutin tali sepatu segala!" gerutu Elvino melihat tali sepatu yang kian ruwet di dahan pohon.
"ELVINOO!!"
Elvino menepuk kepalanya saat mendengar teriakkan Pak Abas yang sudah ada di bawah pohon, tepat di bawah Elvino. Bahkan Pak Abas sudah siap membawa senapan untuk menembak kepala Elvino yang otaknya sudah berpindah.
"Ba-pak ngapain bawa senapan segala, tega banget sama murid sendiri Pak. Jangan ditembak Pak, saya belum kawin!" pekik Elvino, ngeri melihat aksi Pak Abas memasukkan peluru ke dalam senapannya.
"Saya mau nembak burung," ujar Pak Abas enteng.
"Nembak burung kok di pohon, jangan ngadi-ngadi Pak. Di sini banyak setannya!"
"Burung kamu, maksudnya."
"Astagfirullah, innalilahi, Pak Abas istighfar Pak!" Elvino terburu-buru melepaskan kakinya dari sepatu 15 juta yang menurutnya kurang nyaman di pakai, membiarkan kaki berbalut kaus kaki hitam selutut itu tanpa pelindung sepatu.
Elvino lantas turun dari pohon mengikuti lengkung pohon mangga berliku-liku tersebut.
"A-aww telinga saya bisa putus ini Pak!" pekik Elvino mendapati Pak Abas yang sudah menjewer telinga nya tanpa ampun.
"Kamu pikir ini mangga punya siapa?" ujar Pak Abas sambil membawa Elvino ke tengah-tengah lapangan. "Main petik-petik sembarangan!"
"Iya Pak saya minta maaf."
Pak Abas menyudahi aksi menjewer nya, lagi pula ia masih mempunyai kegiatan yang lebih penting dari pada menghujat Elvino yang tiada habisnya. Kalau dipikir-pikir, Pak Abas bisa menghukum Elvino untuk meringankan tugasnya. Yaitu, mengajar basket kepada kelas XI MIPA 3.
KAMU SEDANG MEMBACA
RARA
Ficțiune adolescenți[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Ini adalah kehidupan Rara, gadis malang yang penuh dengan masa lalu menyakitkan. Di tinggalkan orang tua, dan di khianati oleh banyak orang. Dia tinggal sendiri setelah semuanya pergi, dan melanjutkan hidup sesuai apa yang...