15 - Bunga Matahari

424 66 3
                                    

"Ini apaan sih?" tanya Raffi.

"Bunga bangke nyet!" nyinyir Tian.

Sebelum mereka memulai untuk memasuki kelas, mereka setiap pagi selalu nongkrong di belakang sekolah sambil menemukan hal baru di sana. Entah sejak kapan mereka memulai kegiatan bercocok tanam aneh itu, yang jelas Elvino lah biang kerok dari munculan ide gila tersebut. Ia membawa banyak sekali tanaman bunga, dan lima bibit mangga.

Kebetulan tanah di belakang warung ini cukup luas untuk bercocok tanam, jadi Elvino bisa leluasa menanam semua bunga-bunga indah di sini.

Mereka semua di buat bingung oleh kelakuan Elvino yang semakin lama semakin menjadi-jadi.

"Kesurupan setan mana sih El? Lo semalem pas pulang nggak salah jalan kan?" tanya Raffi bingung. Sebab, bercocok tanam sama sekali tidak ada di dalam daftar hobi Elvino.

"Kesurupan kembang kuburan kali," celetuk Nino.

"Bisa jadi sih No, soalnya dia kalo lewat depan kuburan bisa terinsipirasi hal-hal di luar nalar," ujar Raffi.

"Bacot mulu kalian berdua, Niat nggak sih bantuin gue!" sentak Elvino sambil menancapkan tanaman bunga matahari lalu ditimpa menggunakan pupuk dan tanah.

"Astagfirullah El, untung gue sabar jadi temen lo El, kalo engga udah gue gaplok lo pake galon!" ujar Tian.

"Curhat bang?" ujar Raffi.

"Syirik lo ah!"

"Nyiram nya pake es teh aja No, biar seger," tutur Raffi melihat Nino yang sedang menuangkan air dari botol yang sudah Elvino bawa dari rumah.

"Sesat lo, sesat!"

Elvino menulikan percakapan temannya, ia lebih memfokuskan diri kepada bunga-bunga indah yang sudah ia taman di tanah belakang warung sekolah. Tentu saja ia sudah meminta izin kepada sang pemilik warung.

"El, katanya kalo tanaman di kasih kotoran kambing bisa nambah subur. Lo nggak coba?" tanya Raffi sambil berjongkok di hadapan Elvino yang tengah menyirami bunga matahari.

Elvino merasa tertarik dengan ucapan Raffi tadi, tidak ada salahnya mencoba.

"Emang bisa?" ujar Elvino.

"Kata orang-orang sih bisa, nanti nya tanaman yang lo taman itu bakalan lebih subur 2x lipat," ujar Raffi membuat Elvino penasaran. Karena ia yakin, Elvino pasti tidak akan tau bahwa kotoran kambing itu mempunyai bau yang sangat fantastis.

Elvino merogoh saku celananya, ia mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan untuk Raffi perihal kotoran kambing tersebut.

"Bawain gue yang lo bilang tadi sekarang, jangan pake karung, pake tangan. Siapa tau tangan lo bisa subur dan terhindar dari berbagai jenis virus menular."

Raffi menelan salivanya kasar, bagaimana ia bisa menolak uang secara instan seperti ini? Raffi bahkan kalah dengan permainannya sendiri.

"Gu-gue—"

"Katanya kalo orang nolak rejeki itu dosa," sindir Tian.

"Nggak mau? Padahal gue bisa nyuruh siapa aja buat ngelakuin hal yang gue mau, kasihan juga ini duit nggak kepake di saku celana," ujar Elvino.

•••

"Kok kayak ada aroma-aroma aneh gitu ya," ujar Livia membuat cewek-cewek lainnya ikut menajamkan penciumannya untuk memastikan benar atau tidak.

"Masa di kelas kita ada yang belum mandi?" ujar salah satu gadis di depan Livia.

"Ketara jorok banget sih tuh orang!" ujar Livia sambil menjepit hidung menggunakan jari tangan.

RARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang