BAB 7

5.5K 892 136
                                    

Hai sudah sebulan lebih saya nggak update. Maaf ya :( lagi nggak bisa mikir juga sebetulnya.

Happy reading!

***

Renjun selesai mandi dan berganti pakaian, ia sedang mengeringkan rambutnya di pendopo depan sambil memperhatikan hujan yang masih membasahi halaman villa. Kakinya melangkah menuju sebuah kursi, ia duduk dengan tenang sambil memandangi hujan. Bibirnya masih terlihat kebiruan karena dingin. Dari jauh, Mark yang juga baru selesai mandi tak sengaja melihat Renjun.

Ia menatap yang lebih muda sambil mengulum bibirnya kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam villa untuk mengambil jaket miliknya.

"Minggir dong lo!" protes Mark pada Lucas yang sedang menindih tasnya sebagai alas tidurnya.

"Mau ngapain emang?" tanya Lucas tanpa mau bangun dari posisi tidurannya. Sudah posisi wuenak, katanya.

Mark berdecak sebal, "Tolong ambilin jaket gue kalau gitu," balas Mark tak sabaran.

Lucas mencari dimana jaket Mark berada, "Hoodie maksud lo? Yang abu-abu ini kan?" Lucas mengangkat sebuah hoodie abu-abu polos milik Mark.

Laki-laki itu mengangguk kemudian menyambar hoodie itu dari tangan Lucas, "Thanks bro," ujar Mark yang kemudian segera berlari keluar dari dalam kamar. Ia harus berdesakan dengan orang lain karena memang villa itu sangat ramai oleh anak jurusannya.

Saat ia mencapai teras depan, matanya mencari dimana keberadaan Renjun. Laki-laki itu masih berada di tempat yang sama, duduk di pinggir teras sambil memperhatikan hujan yang turun.

"Eh, Doyeon! Teh buat siapa?" Mark menahan Doyeon yang lewat di sebelahnya sambil membawa nampan berisi beberapa gelas teh hangat dalam gelas plastik.

"Buat siapa aja yang mau sih, lo mau?" tawar Doyeon pada Mark.

Laki-laki itu tersenyum lebar, "Gue ambil satu ya, thanks!" ujar Mark dengan sumringah kemudian mengambil segelas teh hangat dari atas nampan.

Doyeon hanya mengangguk kemudian melangkah pergi menuju kerumunan teman-teman kelasnya. Sedangkan Mark menatap kedua benda di tangannya, sebuah hoodie dan gelas teh hangat.

Kakinya dengan mantap melangkah ke arah Renjun yang sedang terdiam memperhatikan hujan dengan kedua tangan yang saling bertaut. Sesekali ia hujan menggigit bibirnya saat angin dingin berhembus. Cuaca di Puncak saat itu memang cukup dingin.

"Hey," sapa Mark yang membuat Renjun menoleh terkejut. Mark hanya tersenyum melihat reaksi Renjun.

"Kak Mark, ada apa?" tanya Renjun heran dan Mark hanya menggeleng.

"Nih," ia menyerahkan gelas plastik berisi teh itu pada Renjun. Yang lebih muda mengamati gelas itu dengan seksama, "Nggak dingin kok. Ini panas, lihat ada kepulan asapnya," lanjut Mark.

Renjun mendongak kemudian tersenyum manis yang sukses membuat dada Mark kembali bergemuruh. Gelas teh itu diambil oleh Renjun, "Terima kasih banyak, kak. Harusnya kak Mark nggak perlu repot-repot bawakan saya teh begini," balas Renjun.

Mark mengambil kursi plastik yang berada di sebelah Renjun, ia memilih duduk berhadapan dengan Renjun dari pada duduk samping-sampingan dengan pemuda itu. "Dingin ya?" tanya Mark.

Renjun mengangguk tanpa menoleh ke arah Mark. Matanya tetap sibuk menatap halaman villa. Mark tersenyum tipis kemudian meletakkan hoodie abu-abunya pada pangkuan Renjun yang membuat Renjun menoleh untuk menatap Mark.

"Pakai kalau dingin."

Kemudian Mark bangkit dari kursinya dan berjalan meninggalkan Renjun sendirian. Tidak lupa ia mengusak rambut Renjun sebelum pergi dan membuat Renjun terdiam dengan gemuruh hebat di dadanya. Ia menoleh untuk menatap kemana perginya kakak tingkatnya itu. Ternyata Mark sedang diajak berfoto oleh adik tingkatnya. Mark memang seterkenal itu, selain karena tampan, ia cukup aktif dalam organisasi.

Officially Missing You 📌 MarkRen ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang