Hai! Long time no see! Saya habis selesai liburan sambil nunggu votes chapter lalu 100 ternyata lama juga ya. Kurang-kurangin jadi siders ok? Saya juga nggak pernah maksa buat vote atau komen kok. Cuma sering diingatkan aja di akhir chapter dan udah jadi kebiasaan.
Anw, happy new year 2021! Semoga apa yang kalian cita-citakan bisa tercapai di tahun ini! Aamiin.
Happy reading!
***
Mark memasukkan koper terakhir ke dalam mobil sebelum menutup pintu bagasi. Ia berbalik kemudian melihat Renjun yang berdiri tepat di belakangnya. "Udah nggak ada yang ketinggalan kan?" tanya Mark pada yang lebih muda.
Renjun menggeleng, "Nggak ada. Kamu gimana? Ada yang ketinggalan nggak?" tanya Renjun pada kakak tingkatnya dan Mark menggeleng tanda tak ada lagi yang tertinggal.
"Yaudah masuk ke mobil duluan, aku mau ke dalam dulu sekalian ngunci pintu," titah Mark dan segera berlalu sedangkan Renjun masuk ke dalam mobil. Manut perintah Mark.
Laki-laki itu kembali ke dalam kamar kostnya. Mengecek keseluruhan sebelum pergi. Ia mengecek kompor sekaligus melepaskan selang dari tabung gas, mengecek kran air kamar mandi dan kran bak cuci piring serta menyalakan lampu depan kost. Tidak lupa menutup gordyn jendela depan untuk menghindari orang-orang kepo. Mark menutup pintu kost lalu menguncinya. Ia memasukkan kunci kostnya ke dalam tas selempang yang ia gunakan.
Pakaian Mark tergolong santai untuk perjalanan jauh. Hanya slip on, celana pendek warna mocca, kaus putih lengan pendek, seharusnya dia pakai jaket tapi jaketnya ditaruh di jok belakang dan ada tas selempang yang melingkar di bahunya. Di dalam tasnya juga tidak banyak barang. Hanya ada ponsel, charger, earphone, dompet dan permen.
Ia berlari kecil setelah mengunci unit kostnya untuk masuk ke dalam mobil. Saat ia masuk ke dalam mobil, Renjun terlihat meringkuk di joknya. Kedua kakinya dinaikkan ke atas jok dan matanya terpejam. Tangan Mark terjulur untuk mencubit pipi Renjun.
"Heh! Tidur?" tanya Mark setelah mencubit pelan pipi adik tingkatnya.
Kedua mata itu terbuka, "Nggak kok. Nungguin kamu dari tadi, tapi kamu lama. Yaudah saya merem aja siapa tau keterusan," jawab Renjun.
Mark mengangguk, "Pakai sabuk pengamannya, kita jalan."
Setelah memakai safety belt dan menyalakan kendaraan roda empat itu, pukul 5.12 mereka berangkat menuju Bali.
Selama perjalanan melewati tol, tidak banyak obrolan di antara mereka. Renjun tidak ingin mengganggu konsentrasi Mark dalam mengemudi. Jadi ia diam saja sambil bermain ponsel. Renjun membuka aplikasi Instagramnya dan mulai memvideokan apa yang ada di depannya. Hanya ada jalan lurus berisikan mobil-mobil yang melaju cepat, tidak lupa langit yang mulai terang.
"Ngomong dong, Kak. Apa aja!" titah Renjun sambil mengarahkan kamera ponselnya pada Mark yang sedang menyetir.
Mark tampak berdecih kemudian tersenyum mengejek, "Kamu tuh ngapain videoin aku kaya gini?" tanyanya.
"Mau diupload ke snapgram!" balas Renjun semangat. "Ayo ngomong! Apa aja!" lanjutnya.
Mark tampak terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya membuka suara, "Jadi, hari ini gue sama Renjun mau cabut ke Bali. Baru jalan sih, kemungkinan sampai Bali kayanya besok, tengah malam," Mark berujar tanpa menatap kamera.
Renjun menyudahi acara merekam Mark dan kembali berkutat pada ponselnya sambil cekikikan. Mark tak terlalu ambil pusing dan membiarkan Renjun dengan dunianya.
"Udah saya posting video kakak ke snapgram. Pasti abis ini rame," ujar Renjun dengan senyum lebarnya.
"Kok gitu?" Mark bertanya heran.
"Iya dong, kan nggak banyak yang tau kalau saya sama kakak ada sesuatu," jawab Renjun dengan percaya diri.
Niat jahil itu timbul dalam kepala Mark, "Loh? Emangnya kita ada apa? Bukannya nggak ada apa-apa?" tanya Mark yang mati-matian menahan senyum saat melihat tubuh Renjun menegang lewat sudut matanya.
Dengan kaku, yang lebih muda menoleh, "E-emangnya selama ini kita nggak ada apa-apa?" Renjun bertanya pada Mark dengan gagap.
Mark diam saja, tapi itu tak lama sampai ia akhirnya tertawa lalu berkata, "Bercanda! Kamu jangan serius-serius amat. Kalau kita nggak ada apa-apa, aku nggak akan mau diajak liburan berdua sama kamu," jelas Mark dengan senyum lebarnya, sesekali ia tertawa. Tangannya menyentuh punggung tangan Renjun lalu mengusapnya pelan. "Jangan tegang dong, kan aku udah bilang bercanda."
"Jantung saya mau copot pas kamu bilang gitu. Niatnya mau minta putar balik aja soalnya kamu kurang ajar," balas Renjun dengan tatapan tajamnya yang terarah pada Mark.
Tawa itu makin keras bahkan ia sampai menangis sedangkan Renjun sudah menekuk wajahnya seperti pantat bebek.
"Iya, iya. Aku minta maaf ya? Kita ada apa-apa kok. Jangan tegang dong!"
Renjun berdecih dan ia memilih diam namun sama sekali tak protes ketika tangannya masih di genggam oleh Mark. Lama kelamaan genggaman itu lepas juga karena Mark harus menyetir dan Renjun kembali bermain ponsel.
"Tuh liat, Kak! DM instagram saya ramai banget! Pada nanyain kok bisa kita liburan bareng, terus ada yang nanya kapan jadiannya!"
"Uhuk!"
Mark jadi batuk sendiri saat ditanya perihal kapan jadian dengan Renjun. Ya mereka sudah beberapa waktu ini memilih HTS. Renjun melirik Mark sekilas kemudian tersenyum mengejek.
"Tuh ditanyain kapan mau nembak saya? Atau saya aja yang nembak Kakak?" tanya Renjun dengan pancaran penuh geli di matanya.
"Ya jangan! Tetap aku yang harus nembak kamu. Buat kapannya, tunggu aja tanggal mainnya," balas Mark dengan seringaian.
"Hmm can't wait."
Renjun kembali fokus pada ponselnya. Lama kelamaan ia mulai bosan, Renjun meletakkan ponselnya pada dashboard dan memutar tubuhnya untuk meraih sesuatu di jok belakang.
"Nyari apa?"
"Makanan. Saya lapar, Kakak nyetir aja nanti saya yang suapin," balas Renjun yang masih berusaha meraih satu tas yang berisi makanan ringan dan roti.
Setelah dapat, ia segera membawa tas itu ke atas pangkuannya. Renjun hanya mengeluarkan satu bungkus roti, selebihnya ia taruh di bawah kakinya. Bungkus roti dibuka dan Renjun mulai makan. Tangannya terulur untuk menyuapi sedikit roti pada Mark.
"Buka mulutnya. Aaaa?" titah Renjun seperti ibu pada anaknya. Mark manut, ia membuka mulutnya dan melahap potongan kecil roti yang disodorkan Renjun.
"Kamu sobek aja rotinya, itu kan roti sobek. Kasih ke aku, aku masih bisa makan sambil nyetir kok. Sekalian tolong ambilin kopi di belakang," Mark menitah Renjun. Tak banyak bicara, Renjun melakukan apa yang diperintahkan Mark. Ia menyobek sepotong roti cokelat laku memberikannya pada Mark dan mengambil sebotol kopi instan di jok belakang. Tak lupa ia membuka segel pada tutupnya sebelum diberikan pada Mark.
Pagi menjelang siang itu diisi dengan obrolan ringan sambil makan, bernyanyi kadang tertawa cekikikan karena DJ radio atau Mark yang mendadak bodoh.
"Kamu kok pakai saya-kamu terus sih? Kenapa nggak aku-kamu aja?" tanya Mark tiba-tiba.
"Saya akan merubah cara bicara kalau kita udah ada status," jawab Renjun dengan senyum lebar.
***
A/N:
Jangan lupa vote dan komentar ya! See you!
![](https://img.wattpad.com/cover/207029702-288-k802906.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Officially Missing You 📌 MarkRen ✔️
Fiksi PenggemarDimatamu itu hanya ada Haechan, tanpa mau melihat saya sedikit pun. Saya tau, saya tidak semenarik Haechan dan harusnya saya juga tau diri untuk menyukaimu. Tapi hati siapa yang tau? Saya hanya bisa memandangmu dari jauh sambil sesekali berkata "I m...