BAB 24

3.1K 426 50
                                    

Pukul 00.12 keesokan harinya, Mark dan Renjun sampai di hotel tempat mereka akan stay cation selama 5 hari 4 malam. Mark berhenti di depan lobby hotel dan segera disambut oleh satpam yang masih bertugas. Mark menurunkan kaca mobilnya kemudian tersenyum untuk menyapa satpam tersebut. Pandangannya beralih pada Renjun yang duduk di sebelahnya. Laki-laki itu tengah tertidur  sambil meringkuk. Tudung hoodienya menutupi setengah wajahnya.

Mark tersenyum tipis kemudian sedikit menyingkirkan tudung hoodie itu lalu mengusap lembut pipi Renjun. "Hey, bangun yuk! Udah sampai nih, kita di Bali," Mark berujar lembut. Terlalu lembut, rasanya Renjun enggan untuk bangun. Namun, ia sudah mendengar penuturan Mark tersebut. Mau tak mau ia membuka matanya dan menggeliat pelan.

"Eung ... iya, saya bangun. Udah sampai?" tanyanya yang belum membuka mata.

"Udah, yuk turun! Ambil barang terus check in," balas Mark kemudian ia membuka kunci bagasi. Laki-laki itu turun lebih dulu untuk membuka bagasi dan menurunkan koper mereka.

Renjun membereskam barang-barangnya serta sampah-sampah yang masih berserakan di dalam mobil, membungkusnya ke dalam plastik lalu ia turun dari mobil. Mark terlihat bercengkrama sebentar dengan seorang satpam sebelum beralih menatap Renjun yang tengah menatapnya dengan mata mengantuk.

"Kamu masuk duluan aja, kopernya udah ada taruh di dekat sofa sana. Check in, ini kodenya, terus dompetku. Di dalamnya ada KTP, keluarin aja. Aku mau parkir mobil dulu di basement," ujar Mark sambil memberikan dompet dan ponselnya.

Renjun tak menjawab. Ia hanya mengangguk saja sambil menerima dompet dan ponsel kakak tingkatnya.

"Sisa tasnya, nanti aku bawakan. Oke?" lanjut Mark kemudian ia tersenyum lebar, tangannya menangkup kedua pipi Renjun yang sedikit dingin karena AC dan angin malam kemudian ia mengecup kening yang lebih muda sebentar sebelum berlalu pergi masuk ke dalam mobil. Ia membuat yang lebih muda diam mematung karena kecupan di keningnya.

Dengan sisa kesadaran yang ia miliki, Renjun masuk ke lobby untuk mengurus check in hotel. Tak sampai 10 menit, ia selesai melakukan check in dan memilih menunggu Mark di waiting room sambil menjaga koper mereka. 5 menit kemudian, Mark datang sambil menenteng totebag berisi sisa makanan dan air dan di pundaknya ada tas gendong milik Renjun.

Mark segera menghampiri Renjun yang duduk di sofa waiting room. Saat yang lebih tua berdiri di depannya, kedua lengannya segera melingkar di pinggang yang lebih tua. Ia menyandarkan kepalanya tepat di perut Mark dan memejamkan kedua matanya.

"Naik yuk? Terus baru tidur," ajak Mark dengan suara lembut sambil mengusap rambut yang lebih muda.

Sedikit terkejut dengan sikap Renjun yang clingy padanya. Tak segan menggenggam, tak segan memeluk, jangan sampai tak segan mencium. Mark bisa jantungan.

"Iya, yuk naik. Kita di lantai 5," Renjun melepaskan pelukannya kemudian mendongak untuk menatap Mark. Ia menatap gurat wajah Mark yang lelah, matanya merah karena terlalu lama menyetir dan harus membuka matanya sepanjang hari.

Mereka memang bergantian, namun diperjalanan akhir Mark yang menyetir. Tangannya terangkat naik kemudian ia mengusap pipi Mark, "Yuk naik sekarang aja. Sisa barangnya bisa dibawa naik pas pagi aja," ujar Renjun kemudian bangkit dari duduknya.

Ia menyeret kopernya sendiri dan memgambil alih totebag yang dibawa Mark. Keduanya berjalan menuju lift yang berada dekat dengan dining room hotel. Renjun menekan tombol lift untuk naik ke lantai 5. Keadaan hotel sudah lumayam sepi, karena ini sudah masuk tengah malam. Saat pintu lift terbuka, mereka bergegas masuk menuju lantai 5. Tubuh lelah, mata berat, mereka butuh tidur dan istirahat sampai siang kalau perlu.

Officially Missing You 📌 MarkRen ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang