Pukul 17.30 kelas akhirnya selesai. Di antara hari yang lain, memang hari sabtu paling padat dari jam 7 pagi sampai jam setengah 6 sore. Belum lagi Mark harus menempuh perjalanan pulang ke rumahnya selama 30 menit. 11 jam berjibaku dengan pelajaran yang membuat matanya sakit.
"Gue duluan ya!" Mark berteriak pada teman-temannya yang masih membereskan meja mereka kemudian melambai.
"Yo! Hati-hati, Mark!" Hendery membalas lambaian tangan Mark. Omong-omong, Hendery dan Mark sudah berbaikan dan mereka bertingkah seolah tidak ada masalah antara keduanya.
Kakinya melangkah menuruni tangga gedung CB, pakaiannya terlampau formal karena memang setiap hari sabtu wajib menggunakan jas hitam, kemeja dan sepatu pantofel karena peraturan 2 mata kuliah. Jas hitamnya ia sampirkan pada lengan dan sebelah pundaknya digantungi tas punggung. Sudah sore tapi Mark masih terlihat tampan walaupun wajahnya sudah terlihat lelah, kotor dan sedikit berminyak.
Saat sampai di bawah tepatnya di pintu keluar gedung, ia dihadang oleh seseorang, Haechan. Mau tak mau Mark berhenti dan menatap Haechan dengan pandangan bertanya. Apa yang anak itu lakukan di kampus padahal sudah menjelang maghrib.
"Chan, ngapain masih di kampus? Bukannya kamu harus pulang? Kan yang lain udah pulang dari tadi?" Mark bertanya sambil berjalan pelan keluar dari dalam gedung.
Keduanya kini berada di beranda depan gedung CB dengan Haechan yang masih menunduk. Mark harus menepuk pundak laki-laki yang lebih muda itu agar mau menatapnya.
"Ada apa?" tanya Mark pelan.
"Boleh nggak aku ajak kamu ke cafe depan? Ada yang mau aku omongin," ajak Haechan yang akhirnya berani menatap Mark.
Mark tersenyum malu kemudian menggeleng sambil menggaruk kepala belakangnya, "Jangan ke cafe deh ya, ke kantin depan aja. Gue bokek kalau ke cafe."
Haechan terkekeh pelan lalu mengangguk. Mereka berdua berjalan menuju kantin depan kampus dan kebetulan masih ada yang berjualan. Mark menyuruh Haechan untuk mencari tempat duduk sedangkan ia mampir sebentar ke warung untuk membeli air mineral botolan, susu ultra untuk Haechan dan sekaleng kopi, takut-takut di jalan ia mengantuk.
Setelah membayar, Mark menyusul Haechan yang sudah duduk manis di salah satu meja. "Hei! Nih susunya," Mark menyodorkan sekotak susu cokelat pada Haechan.
"Sebetulnya nggak usah dibeliin juga nggak apa-apa, kak," Haechan jadi tidak enak sendiri pada Mark. Kalau diingat-ingat, Mark cukup sering membelikannya sesuatu walau hanya sekedar susu kotak cokelat, air mineral atau sebungkus sari roti.
"Nggak apa-apa, santai aja. Lagian gue ikhlas dan nggak akan gue tagih kok," balas Mark dengan senyum jenakanya. Ia membuka tutup botol air mineral lalu meneguknya sedikit sebelum meminum kopi kalengan yang ia beli barusan. "Jadi, kenapa? Lo mau ngomongin apa?" tanya Mark tanpa menatap Haechan karena ia terlalu sibuk membuka tutup kaleng kopinya.
"Kak, kamu sama Injun udah sejauh apa?" tanya Haechan yang membuat Mark terdiam. Padahal ia belum berhasil membuka tutup kaleng kopinya.
Mark mendongak untuk menatap Haechan, "Kenapa kamu tanya itu?"
Haechan menggeleng, "Cuma pengen tau, soalnya kalian akhir-akhir ini dekat. Pas awal juga kayanya kamu perhatian banget sama dia, ada apa?" jelas Haechan.
CRAK!
Kaleng kopi itu akhirnya bisa dibuka oleh Mark dengan segera ia meneguknya, "Maksud lo nanya ini tuh apa? Lo mau apa? Gue yakin lo nggak cuma pengen tau, lo minta apa dari gue, Chan? Kejelasan? Bukannya gue udah empat kali ngasih kejelasan sama lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Officially Missing You 📌 MarkRen ✔️
FanfictionDimatamu itu hanya ada Haechan, tanpa mau melihat saya sedikit pun. Saya tau, saya tidak semenarik Haechan dan harusnya saya juga tau diri untuk menyukaimu. Tapi hati siapa yang tau? Saya hanya bisa memandangmu dari jauh sambil sesekali berkata "I m...