BAB 22

2.7K 420 38
                                    

100 votes lagi dan 20 comment lagi.

Happy reading!

***

"Total belanjaan kamu berapa tuh?" tanya Mark tanpa mengalihkan pandangan pada jalan. Mereka sedang menuju rumah Renjun yang letaknya cukup jauh dari kampus.

"Belanjaan saya sih nggak banyak. Cuma beli beberapa barang yang habis aja, sekalian besok mau pergi," jawab Renjun tanpa menatap Mark. Ia sibuk menatap jalan.

"Oh. Kamu nih yakin mau nginap di kosan?" tanya Mark. Ia masih agak aneh dengan permintaan Renjun untuk menginap di kostnya.

"Yaiya, emang kenapa sih? Kakak tuh kaya aneh banget gitu liat saya nginap di kost. Kak Mark mau macam-macam ya?" kali ini Renjun menoleh untuk menatap Mark dengan mata memicing dan telunjuk yang menuding.

Mark gelagapan, "Bukan itu! Tapi-"

"Tapi apa?!"

Belum selesai, namun Renjun terlanjur menyelak.

Mark mengatupkan kedua bibirnya lalu menggeleng, "Nggak. Yaudah nginep deh, lagian juga nanti bakalan satu kamar," ujarnya sambil meniup rambutnya yang sedikit jatuh menutupi dahi. Omong-omong, Mark belum potong rambut lagi.

Renjun kembali menyandarkan punggungnya pada kursi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun kembali menyandarkan punggungnya pada kursi. "Makanannya udah saya beli semua ya. Lebih dikit sih tapi nggak apa-apa deh," ia mengalihkan pembicaraan agar Mark tak memnahas soal menginap di kost lagi.

"Kamu beli apaan aja? Tadi kayanya ada totebag yang berat."

"Kayanya yang Kakak angkat tuh isinya minuman botolan sama kotak. Saya beli air mineral satu setengah liter, pocari sweat, kopi instan buat kamu sama susu buat saya," jawab Renjun sambil mengingat-ingat apa yang ia beli tadi.

"Pantesan berat, ternyata isinya bervolume semua ya," cibir Mark. "Kamu benar mau bawain oleh-oleh gantungan kunci buat temen kamu?" lanjut Mark, ia menaikkan sebelah alisnya, namun tak menatap Renjun.

Pemuda itu tertawa lalu menggeleng, "Ya enggaklah. Gantungan kunci aja sih Chenle juga mampu beli sendiri," balasnya diselingi tawa pelan.

"Terus kalau dikasih oleh-oleh pie susu, Chenle nggak mampu gitu?"

Pertanyaan Mark membuat Renjun mendengus, "Kak, Chenle mampu aja buat beli satu pabrik pie susu kali."

Mark tak menjawab lagi, ia fokus menyetir. Ia lupa kalau Chenle terlalu kaya, salah ngomong dia. "Tapi tetap jadi ngasih oleh-oleh kan?" tanya Mark lagi.

"Nggak tau, semoga ada sisa duitnya hahahaha," balas Renjun lalu tertawa keras.

Mark menyunggingkan senyum miringnya kemudian menggeleng. Selama sisa perjalanan, keduanya menghabiskan waktu untuk mengobrol santai, sesekali bercanda dan bernyanyi. Renjun termasuk seseorang yang aktif mengobrol. Tangannya juga kadang tak bisa diam. Ia sepertinya suka sekali mencengkram lengan baju Mark, tak ia lepas hingga 2 menit.

Officially Missing You 📌 MarkRen ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang