Bertemu dengan Renjun kali ini merupakan sesuatu yang amat sangat membahagiakan baginya. Setelah kemarin dapat asupan support dan Renjun juga yang mengajaknya liburan ke Bali hanya berdua. Kembali ditekankan, HANYA BERDUA. Mark benar-benar mendapatkan jackpot, bahkan tak ada kata selain 'ya' yang ada di kepalanya. Berbagai rencana sudah tergambar di kepalanya. Mulai dari menikmati sunrise di pantai, sarapan bersama, bermain air di pantai, duduk-duduk di pinggir pantai, mengobrol ringan, makan siang bersama, membeli oleh-oleh saat kembali ke Bogor, mungkin saat sunset nanti Mark bisa memperjelas statusnya dengan Renjun. Waktunya tak banyak, kurang dari 1 tahun ia sudah dipastikan jadi alumni kampus dan tidak bertemu Renjun lagi di hari-harinya.
Setelah lulus nanti Mark belum mempersiapkan planning apa yang akan ia jalani, yang jelas ia pasti membawa Renjun lebih dulu ke rumahnya untuk dikenalkan pada Bundanya. Oh iya, Mark selama kuliah di Bogor ini menyewa sebuah petak kecil rumah. Tidak peduli luas atau tidak, lagi pula ia hanya seorang diri. Mark berasal dari Jakarta, lahir dan besar di sana setelah diterima salah satu PTN ia pindah ke Bogor. Mark bukan berasal dari keluarga kaya tetapi syukurnya cukup untuk bisa makan dan membiayai ia dan kakaknya sampai selesai kuliah.
Kembali pada rencana liburan mereka, Mark jadi kepikiran meminjam mobil pada siapa ya? Hendery? Apa Hendery akan meminjamkan mobilnya pada Mark? Atau ke kakaknya saja?
Buru-buru Mark mengambil ponselnya dan mendial salah satu kontak, kakaknya. Nada sambung itu terdengar tepat pada nada sambung kelima, telepon itu diangkat.
"Halo. Kenapa, Mark?" sapa seseorang di seberang saja.
"Halo, Bang. Gimana kabar? Sehat?" tanya Mark berbasa-basi. Ia tidak ingin dicap sebagai adik tidak tau diri yang datang jika ada butuhnya saja, ya walaupun itu kenyataan sih.
"Sehat kok, lo sendiri gimana? Kuliah lancar? Ujian kapan?" jawab seseorang di seberang saja.
"Sehat kok gue. Kuliah lancar kok, cuma capek banget. Gue balik malam mulu apalagi kalau udah kerkom, bisa sampai jam 11. Minggu depan udah minggu akhir perkuliahan sih, jadi 2 minggu lagi kemungkinan ujian," balas Mark menjelaskan keadaannya.
"Belajar yang bener, jangan bolos. Awas aja lo, gue capek-capek kerja terus lo bolos, gue gantung lo di tiang bendera," ancam kakaknya di seberang sana dan membuat Mark terkekeh pelan.
"Gue nggak akan bolos, tau diri gue, Bang. Oh iya, mobil lo dipakai nggak? Kalau nggak, gue mau minjam dong satu minggu," jawab Mark sekaligus mengutarakan niat yang sebenarnya.
Seseorang di seberang sana mengerenyitkan keningnya, "Mau apa lo pinjam mobil gue? Mau kemana?"
"Hehe gue mau ke Bali, liburan diajak gebetan," Mark menjawabnya dengan jujur disertai dengan kekehan malu.
"HAH?! LO MAU KE BALI?! NYETIR SENDIRI?! JAUH ANJIR!"
"Bang John! Bolehlah, boleh ya? Gue punya SIM, kapan lagi gue liburan sama doi gini. Kebetulan dia yang ngajakin gue," Mark mulai merengek seperti anak kecil.
Johnny, nama kakak Mark, mendengus pelan kemudian mendecak, "Temuin gue dulu sebelum pergi, bawa gebetan lo. Gue mau lihat langsung, dia bisa jadi seseorang yang juga bisa diandalkan nggak," perintah Johnny yang sepertinya sudah mutlak dan tidak bisa dibantah.
"Masa iya gue ke kantor lo?! Jauh, di Jakarta!" tolak Mark mentah-mentah. Ia sangat keberatan jika harus datang ke kantor kakaknya yang lebih mudah dijangkau jika menggunakan motor tapi Mark pasti tidak mau mengendarai motor sejauh itu itu menuju daerah Cilandak dan sekitarnya.
"Apa?! Mau nolak?! Mobil nggak jadi gue kasih pinjam, biarin aja lo naik motor sampai Bali. Biar gempor sekalian!" balas Johnny keras.
Mark mendengus keras, "Iya! Gue bakalan samperin lo ke kantor bareng sama doi!" mau tak mau Mark pun setuju demi mobil Johnny dan liburannya dengan sang gebetan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Officially Missing You 📌 MarkRen ✔️
FanfictionDimatamu itu hanya ada Haechan, tanpa mau melihat saya sedikit pun. Saya tau, saya tidak semenarik Haechan dan harusnya saya juga tau diri untuk menyukaimu. Tapi hati siapa yang tau? Saya hanya bisa memandangmu dari jauh sambil sesekali berkata "I m...