BAB 19

2.8K 449 31
                                    

Hai! Akhir-akhir ini kita sering ketemu ya. Baik di work ini atau di work sebelah 😬 saya senang bisa sering update lagi, akun jadi ramai lagi. Terima kasih untuk kalian semua yang sudah ada sejak saya pertama kali menginjakan kaki di kapal Markren 😬❤

Maaf nggak banyak ngobrol sama kalian atau balasin satu per satu komentarnya, tapi selalu saya bacain satu per satu kok. Saya nggak peduli mau berapapun komen atau votes. Ada satu aja yang komentar, saya udah senang. Saya banyak berterima kasih sama kalian semua karena kalau nggak ada kalian, saya nggak bisa ada di posisi ini 😬❤

Anw, happy reading!

***

Mark tidak pernah membayangkan jika semudah ini mengambil kunci mobil dari tangan Johnny. Ia kira, ia akan melakukan beberapa tes lebih dulu atau Renjun yang di tes. Ternyata tidak sama sekali, pikirannya saja yang terlalu liar.

Siang itu udara Jakarta memang panas sekali, Mark mengurungkan niatnya untuk pulang siang menjelas sore dan memilih pulang setelah maghrib. Suasana rumah cukup ramai, seperti ada lima orang anak laki-laki yang sedang bermain PS. Padahal hanya Mark dan Johnny yang sibuk bermain di ruang tengah, sedangkan Renjun duduk di sofa tepat di belakang Mark.

Tangan kanannya memegang ponsel dan tangan kirinya mengusap pelan rambut Mark, sesekali ia menarik-nariknya lembut. Mark tampak tak terganggu dengan aktivitas Renjun pada rambutnya. Jika Renjun berhenti memainkan rambutnya, ia akan kembali menarik tangan Renjun agar pemuda itu kembali memainkan rambutnya.

Tak sadar keduanya jadi bahan tontonan Johnny yang duduk di samping kiri Mark. Bibirnya membentuk senyum tipis, ternyata adiknya bisa pacaran juga.

"Ren, kok mau sih sama Mark?" pertanyaan itu keluar begitu saja dari bibir Johnny yang membuat Renjun terdiam.

PLAK!

"ADUH!"

Pahanya dipukul keras oleh Mark sampai berbekas telapak tangan pada kulit pahanya. Johnny dan Mark sama-sama mengenakan celana pendek atas lutut.

"Bang, nanyanya jangan kaya gitu kek! Malu!" sewot Mark dengan alis menukik tajam.

"Kok lo marah sih?! Ya gue kan cuma mau tau aja! Pelit lo!" balas Johnny yang tak kalah sewot.

Mark hendak membalas lagi, tetapi telapak tangan Renjun terlanjur membekap mulutnya. Ia menarik wajah Mark yang tadi menghadap Johnny agar kembali menatap layar LCD TV.

"Saya nggak tau, Bang. Kak Mark pakai pelet kayanya." Mark mulai ribut tetapi masih terhalang oleh telapak tangan Renjun, sedangkan tangannya sibuk memainkan joystick. "Soalnya saya dari awal saya sudah naksir dia," Renjun melanjutkan ucapannya disertai dengan senyuman tipis kemudian ia mengeratkan bekapannya pada mulut Mark. Bermaksud menyuruh laki-laki itu diam karena telapak tangannya mulai basah oleh liurnya.

"Loh kamu yang suka duluan toh, dikirain Mark duluan yang suka," sahut Johnny tanpa menatap Renjun. Ia masih fokus pada game yang tengah dimainkannya.

Yang lebih muda terdiam sebentar lalu menipiskan bibirnya, "Hahaha bukan, Bang," ujar Renjun dengan tawa kakunya.

Pertanyaan Johnny barusan seakan memaksanya untuk menguak memori-memori lama sebelum ia dan Mark bisa dengan bebas pergi dan jalan berdua walaupun belum ada status yang jelas antar mereka. Sedikit ia bisa merasakan sesak karena harus menguak kembali memori lamanya dengan Haechan, Mark dan Hendery.

Setelah itu tak ada lagi pertanyaan yang terlontar, hanya ada suara dari speaker TV dan teriakan heboh dari Johnny serta Mark. Renjun sudah tidak membekap mulut Mark lagi. Tangannya sudah tergantung di leher Mark, tetapi matanya menatap kosong pada karpet di bawahnya. Sampai ia tak sadar jika Johnny sudah tak ada dan Mark menyandarkan kepalanya pada paha kanan Renjun. Posisi Mark duduk itu tepat di depan Renjun, ia duduk di lantai beralaskan karpet bulu. Kepalanya berada di antara kedua lutut Renjun.

Officially Missing You 📌 MarkRen ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang