BAB 11

4.7K 741 60
                                    

Setelah kemarin menyudahi persoalannya dengan Haechan, pergi ke kampus pun ia tak malas dan lesu seperti sebelum-sebelumnya. Mark berangkat dari kostannya pukul setengah 7 karena jam 7 kelas sudah dimulai. Ia berniat untuk menemui Renjun hari ini tapi sejak ia menapakkan kaki di gedung CB, ia tak melihat anak-anak kelas praktikum 3 yang lewat.

"Masa iya belum datang? Udah jam segini," Mark menoleh ke kanan dan ke kiri, sesekali ia melihat jam tangannya.

Sudah 15 menit berlalu tapi tak ada satu pun anak kelas praktikum 3 yang lewat. Justru yang lewat malah Hendery.

"Ngapain lo nangkring di depan tangga begini? Nungguin siapa?" tanya Hendery yang ikut berdiri di depan tangga.

"Nungguin Renjun," jawab Mark dengan polosnya membuat Hendery hampir menyemburkan tawanya.

"Lo lupa? Sekarang kan hari senin, anak praktikum 3 tuh libur, masuk lagi besok jam 10," Hendery menggelengkan kepalanya seraya tertawa pelan. "Gimana sih, katanya suka sama adik gue tapi jadwalnya aja nggak tau," ejeknya lagi.

"GUE LUPA!" Mark berseru keras.

Usahanya menunggu selama 15 menit ternyata sia-sia.

"Udahlah, yuk naik. Bentar lagi masuk," Hendery mengajak Mark untuk naik ke kelas. Ua berjalan lebih dulu dan meninggalkan Mark yang masih berdiri di ujung tangga. Tak lama Mark juga mengikuti Hendery dari belakang.

Koridor lantai 2 cukup lengang karena tak banyak yang ada kuliah pagi. Kalau dilhat-lihat hanya ada kelas kuliah jurusan Mark dan jurusan Agribisnis di lantai yang sama. Hendery mendorong pintu kelas dan disambut oleh teriak-teriakan berisik dari teman-teman kelasnya yang lain.

Ia bingung sebetulnya teman-temannya ini mahasiswa atau tarzan? Hobinya teriak-teriak atau membalikkan kursi. Perusakan fasilitas kampus.

"Wey, Mark! Mana Haechan?! Udah Senin, biasanya nangkring di sini padahal doi libur," seru salah satu temannya yang terlihat paling tidak suka dengan Haechan, Vernon.

Mark berhenti di depan kelas kemudian tersenyum, "Gue sama dia udah selesai," balasnya tenang.

"HAH?! ELO PUTUS?!!" kali ini Pinky yang berteriak heboh. Matanya membulat dan ia berjalan menghampiri Mark yang berada di depan kelas. Tangan gadis itu memegang kipas lipat kini menuding Mark. "Sumpah lo putus?" tanya Pinky lagi, kali ini intonasinya lebih pelan dan ingin tau.

Mark agak gugup ditunjuk dengan kipas lipat milik Pinky. Ia mengerjap beberapa kali lalu tersenyum canggung, "Kan gue sama Haechan emang nggak pernah ada apa-apa. Jadi, nggak putus," jawab Mark yang kepalanya semakin mundur karena Pinky terus menunjuknya dengan kipas lipat yang ia pegang.

"Iya! Mark kan pernah nembak Haechan 4 kali dan nggak ada kejelasan!" kali ini mulut Dejun yang bocor seperti plafon bolong.

Hening...

Tudingan kipas pada wajah Mark pun berhenti. Mata Pinky memicing tajam lalu berbalik, rambut panjangnya terkibas dan menampar wajah Mark.

"Buset! Rambutnya biasa aja, Bu! Muka gue kena tabok nih," cibir Mark pelan sambil mengusap-usap pipinya.

"Sumpah lo? Nggak ada kejelasan?" Pinky kini menatap Dejun dengan pandangan penuh minat. Maklum saja biang gosip kelas mereka ya Pinky.

"Iya, Mark sendiri yang bilang sama gue waktu Tebaran kemarin," Dejun mengangguk dengan yakin.

"Sayang dong ya hampir satu tahun tapi akhirnya nggak menghasilkan apapun," Kini Doyeon buka suara. Gadis itu satu komplotan dengan Pinky, maksudnya memang suka kumpul-kumpul bersama. "Sia-sia. Lo cuma buang-buang waktu deketin Haechan," lanjutnya dengan decihan sinis.

Officially Missing You 📌 MarkRen ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang