"Syaratnya, kita berdua harus datang ke rumahku. Kakakku mau ketemu sama kamu sekalian mau dikenalin ke Ayah sama Bunda," ujar Mark yang membuat Renjun menjatuhkan rahangnya.
"Ini harus?"
Mark tersenyum kecut kemudian mengangguk, "Harus, kalau nggak, kita nggak jadi dipinjemin mobil."
Renjun menghela napas lalu mengangguk. Jika memang itu jalan satu-satunya maka ia setuju, "Yaudah, ayo ke Jakarta. Kapan?" tanya Renjun tanpa mengalihkan pandangannya dari Mark.
"Minggu ini, ketemu di stasiun Bogor aja. Kita naik komuter," jawab Mark dengan pandangan serius.
"Ketemu jam berapa?"
"Pagi aja, jam 7 kita udah harus di kereta. Biar nggak terlalu siang," jawabnya lalu tersenyum.
"Pulangnya?"
"Kalau berhasil, kita pulang pakai mobil. Bang Johnny juga mau lihat rencana kasar soal liburan kita, kan kita baru nentuin destinasi aja. Belum biaya tol, bensin, makanan dan minuman sama obat-obatan," Mark menjelaskan pada Renjun yang hanya ditanggapi dengan anggukan.
Pemuda itu membuka tasnya mengambil sebuah pulpen dan buku catatan lalu menulisan di bagian atas buku "RENCANA LIBURAN MARK & RENJUN" dengan huruf kapital. Tidak lupa ia selipkan emoji hati di ujung namanya. Mark tidak bisa tidak tersenyum melihat tiap kejutan dari Renjun.
"Kita obrolin soal waktu tempuh aja dulu. Kamu maunya gimana? Mau dibagi dari beberapa etape atau langsung ke Bali?" tanya Mark yang sudah menopang dagu sambil memperhatikan wajah Renjun. Yang lebih muda mulai sibuk menulis secara acak apa saja yang ia dan Mark butuhkan tetapi tidak menjawab pertanyaan Mark sama sekali.
"Kemarin aku habis nonton live IG Koh Ernest," ujar Mark tiba-tiba yang membuat Renjun mendongak.
"Terus?"
"Dia juga lagi trip ke Bali sama anak-anaknya tapi karena bawa anak-anak, jadi ada beberapa yang harus disiapin," masih dengan menumpu tangan pada dagu, Mark menjelaskan semuanya. Seulas senyum tipis terbit begitu saja saat melihat ekspresi penuh tanya dari Renjun.
"Apa aja yang harus disiapin? Kita butuh kan?" tanya Renjun kemudian mengalihkan pandangannya pada buku catatannya, "Kamu sebutin nanti saya catat," lanjutnya.
"Perlu siapin mental sama fisik anak-anak. Kita juga butuh, kamu kan masih kecil."
Sumpah kali ini Renjun diam saja. Mark itu kenapa sih? Bercandanya jayus sekali, Renjun jadi jengkel. Ia menegakkan tubuhnya dan menatap Mark dengan pandangan datar.
TUK!
"Serius bisa nggak?" Renjun berujar datar yang membuat nyali Mark ciut.
Laki-laki yang duduk di hadapan Renjun cemberut lalu mengalihkan pandangannya pada buku catatan yang sudah dicoret-coret oleh Renjun. "Iya, iya. Nih aku diam."
"Jadi, apa yang kamu dapat dari live Koh Ernest, Kak?" tanya Renjun serius.
"Dia bagi perjalanan jadi tiga etape kalau nggak salah. Jakarta-Surabaya dulu, terus Surabaya-Banyuwangi baru Banyuwangi-Bali. Dia sama istrinya ganti-gantian nyetirnya. Kamu bisa nyetir?" tanya Mark.
"Bisa, jadi nanti kita tukar-tukaran aja," jawab Renjun kemudian beralih pada buku catatannya dan menulis beberapa poin di sana.
"Kamu mau bagi etape atau mau langsung?" tanya Mark.
"Kayanya langsung aja, kalau dibagi gitu, saya nggak tau mau tidur di mana dan nggak mungkin kita sewa hotel atau penginapan karena bakalan nambah cost kita. Untuk bensin dan tol aja udah bikin kantong jebol. Tol Trans Jawa sekitar tujuh ratus ribuan buat mobil kecil. Jadi, kita harus bisa atur keuangan baik-baik walaupun cuma berdua," jawab Renjun dengan serius. Mark mengangguk lalu tersenyum tipis, kedua orangtuanya pasti suka dengan Renjun. Anak ini pandai mengatur keuangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Officially Missing You 📌 MarkRen ✔️
أدب الهواةDimatamu itu hanya ada Haechan, tanpa mau melihat saya sedikit pun. Saya tau, saya tidak semenarik Haechan dan harusnya saya juga tau diri untuk menyukaimu. Tapi hati siapa yang tau? Saya hanya bisa memandangmu dari jauh sambil sesekali berkata "I m...