Chapter 16

147 11 0
                                    

Selamat membaca!

Tak terasa hari demi hari telah dilewati akhirnya apa yang mereka tunggu-tunggu sudah tiba. Yap hari ini adalah hari terakhir ujian di Sma Stevenson School.

Banyak yang lega ujian telah usai tapi banyak juga yang khawatir dengan hasilnya,apakah memuaskan atau malah mengecewakan?tapi itu hanya dirasakan oleh murid yang betul-betul ingin belajar.

Tasya fokus mengerjakan soal demi soal yang ada di hadapannya ini. Hingga bel berbunyi menghentikan aktivitasnya untung saja hanya satu soal yang belum terisi.

"Huftt" Tasya menghela nafas lega setelah itu mengumpulkan kertas jawaban dan soal kepada guru yang bertugas mengawas di kelasnya.

"Gilaa soalnya susah banget njirrr,perasaan kita ngga pernah belajar kayak gitu deh" Gerutu Diva mengeluarkan segala unek-uneknya.

Abel menoyor kepala Diva "Lo sih molor mulu" Cibir Abel. Memang setiap pelajaran Biologi Diva selalu tidur untungnya tidak pernah ketahuan oleh Bu Tini.

Diva meringis tapi sedetik kemudian perhatiannya teralihkan dengan seseorang yang berada di tengah lapangan.

"Eh woi,itu siapa?kayak kenal deh perasaan" Tanya Abel sambil terus memperhatikan orang itu yang lagi teriak-teriak ngga jelas.

Abel mengikuti arah pandang Diva otaknya berpikir,siapa pria itu?seperti kenal,sedetik kemudian dia telah menemukan jawabannya.

Aldo.

"Yuhuuuuu ujian selesai gaess,mari kita pesta!" Teriak Aldo sambil loncat-loncat kesenangan,Rey dan Gavin geleng-geleng melihat tingkahnya.

"Woi malu-maluin tau ga!" Omel Abel sambil menarik Aldo menjauh dari tengah lapangan.

"Beb jangan ditarik,sakit njirr" Ucap Aldo saat Abel menjewer telinga.

Tak tega melihat Aldo kesakitan Abel melepaskan jewerannya,bagaimana pun dia masih punya hati.

"Sakit tau" Ucap Aldo sambil mengusap-ngusap telinganya.

"Bodo amat" Setelah mengatakan itu Abel pergi menyusul teman-temannya yang sudah berada di kantin.

Kini Rey disibukkan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan besok pagi disekolah alias kelas meeting. Kegiatan ini merupakan tugas terakhirnya sebagai ketua osis dan setelah kenaikan kelas dia akan melepaskan jabatannya.

Segala kegiatannya sudah direncanakan dari jauh-jauh hari,jadi sekarang tinggal menyiapkan peralatan yang dibutuhkan.

Besok pagi akan diadakan lomba basket antar sekolah bukan hanya basket saja tapi voly,lari estafet dan beberapa lomba lainnya.

Kini Rey tengah mendekorasi lapangan dibantu oleh beberapa anggota osis dan panitia yang telah dipilih setiap kelas,disetiap kelas hanya 1 orang yang menjadi panitia,kebetulan di kelas XI Ipa 2 Tasya terpilih menjadi panitia sebagai perwakilan kelas.

"Rey,masi lama ngga?" Tanya Syasya yang sejak tadi setia menunggu Rey menyelesaikan pekerjaannya.

"Belum,kamu duluan aja ke kantin" Jawab Rey.

Syasya menggeleng,lalu mengeluarkan sapu tangan yang selalu dia bawa untuk mengelap keringat di pelipis Rey.

"Anjirr so sweet banget gila"

"Couple goals banget ya"

"Cocok banget,yang satu ganteng yang satu lagi cantik"

Begitulah ucapan anggota osis atau panitia yang melihat kejadian itu. Banyak yang berpikir Rey dan Syasya pacaran karena kedekatan mereka.

Tasya melihat sekilas setelah itu melangkahkan kaki meninggalkan lapangan menuju kantin.

Lo nggak boleh cemburu Sya,batin Tasya.

Tasya menggeleng,tidak mungkin dia cemburu. Ya,benar dia tidak cemburu kebetulan aja dia lapar. Bagaimana pun dia tidak hak untuk cemburu.

Rey melihat ke tempat Tasya berdiri tadi,tapi tak menemukan gadis itu. Sebenarnya dia memperhatikan Tasya sejak tadi.

"Cari siapa Rey?" Tanya Syasya saat melihat Rey celingak-celinguk seperti mencari seseorang.

Rey menggeleng setelah itu kembali mengerjakan pekerjaan yang belum selesai dia kerjakan tadi.

"Kerja bagus semuanya,untuk anggota osis dan panitia diharapkan untuk datang lebih awal besok,karena masih ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan" Jelas Rey. Semua anggota osis dan panitia mulai meninggalkan lapangan karena tugas mereka telah selesai untuk hari ini.

Tasya kini berada di halte berharap akan ada angkutan umum yang lewat,kedua sahabatnya sudah pulang sejak tadi. Tiba-tiba sebuah motor yang dia kenali berhenti tepat di depannya.

"Naik" Ajak Rey yang berada di atas motor.

Tasya ingin menolak,kebetulan dia melihat Rio yang baru saja keluar dari gerbang sekolah karena baru selesai latihan basket untuk lomba besok pagi.

Rey turun dari motornya menghampiri Tasya yang sedang berbicara dengan Rio.

"Sama gue aja!" Ucap Rey mencekal tangan Tasya.

Tasya menghempaskan tangan Rey,untuk saat ini dia ingin menjauh dari kehidupan pria itu. Dia tidak ingin dipikir yang tidak-tidak oleh murid lain karena yang murid lain tahu Rey adalah pacar Syasya.

"Kenapa sih!gue ngga mau pulang bareng lo" Ucap Tasya ketus lalu menaiki motor Rio.

Rio tersenyum sinis yang dibalas tatapan maut oleh Rey seakan-akan mengatakan 'awas aja lo'. Setelah itu Rio menjalankan motornya meninggalkan Rey yang masih berdiri di tempatnya tadi.

"Sya,kenapa ngelamun?" Tanya Rio yang melihat Tasya dari kaca spion.

"Ngga papa kok" Jawab Tasya,sejak tadi dia memikirkan Rey. Apakah tadi dia keterlaluan?padahal niat Rey 'kan baik,tapi jika tidak seperti tadi besoknya pasti ada gosip yang membicarakannya dengan Rey,maklum mata-mata Rey terlalu banyak.

Jika dilihat-lihat Rio juga tak kalah tampan dengan Rey,tapi Rio itu salah satu fuckboy. Mungkin setiap bulan Rio gonta ganti cewek itu alasan Tasya tak ingin lebih dekat dengan Rey.

Berbeda dengan Rey,justru dia merasa nyaman berada di dekat cowok itu. Tapi,mengingat cowok itu telah mempunyai kekasih Tasya tidak boleh menyukainya,meski dia belum mendengar langsung dari mulut Rey tapi semua perhatian yang diberikan Rey kepada Syasya sudah membuktikan mereka pacaran.

"Udah sampe Sya" Ucap Rio yang telah memberhentikan motornya di depan kediaman Stevenson.

"Eh maaf,kalo gitu makasih ya" Ucap Tasya tulus.

Rio mengangguk tapi sebelum dia meninggalkan rumah Tasya dia mengacak-ngacak rambut gadis itu.

Tasya membeku atas perlakuan Rio,ini mengingatkannya pada sosok cowok yang amat sangat dia cintai,tapi itu dulu sebelum dia mengetahui keburukan cowok itu.

Lagi dan lagi air matanya turun di pipi mulusnya,kembali teringat kejadian itu,sungguh menyakitkan. Tak jauh dari sana seorang pria memperhatikannya,tangannya mengepal menandakan dia sangat marah.

Tasya segera menghapus air matanya agar orang di rumahnya tak menyadari jika dirinya habis menangis.

"Assalamualaikum" Ucap Tasya saat memasuki pintu.

"Omaygatt chaa lo nangis lagi" Pekik Diva menghampiri sepupunya itu.

Yap,sebisa mana pun Tasya menyembunyikan pasti akan ketahuan juga dengan orang di rumahnya jika dia habis menangis.

"Siapa yang berani buat adek gue nangis ha?!bilang sama gue biar gue potong kepalanya" Ucap Arga yang membuat Tasya terkekeh,meski mengesalkan tapi jika menyangkut dirinya Arga akan  turun tangan.

"Nah gitu dong ketwa,jangan nangis mulu" Arga memeluk adiknya itu,dia sempat merasa gagal menjadi seorang abang tapi setelah ini dia akan memastikan Tasya akan baik-baik saja.

Arga kembali merasakan isakan Tasya di dalam dekapannya.

"Loh kok nangis lagi?"

Vote and komen ya guys!!
Thank you❤

Tbc

TASYA(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang