Chapter 21

133 12 0
                                    

Selamat membaca<3

Kini mereka semua sudah berada di kamar masing-masing. Besok mereka akan berpetualang jadi memerlukan tenaga lebih ekstra. Jadi mereka memutuskan untuk tidur lebih awal.

"Sya" panggil Syasya yang berbaring di sampingnya. Tasya berdehem menanggapi ucapan Syasya.

"Lo...beneran suka sama Rey?"

Mata Tasya yang tadinya terpejam sontak terbuka mendengar pertanyaan dari gadis itu. Dia sendiri belum memastikan perasaannya pada Rey,dia masih ragu.

"Emang kenapa?" Alih-alih menjawab Tasya menanyakan alasan Syasya bertanya seperti itu.

"Yahh ngga ada sih,tapi menurut gue mending Lo mundur deh karena Rey ngga bakalan tertarik sama Lo" Ucap Syasya dengan pedenya.

Tasya mengepalkan tangannya, sungguh ia tak menyangka sifat gadis di sampingnya, ternyata seperti ini.

"Itu bukan urusan Lo" ketus Tasya,dia paling benci dengan orang yang dengan beraninya merendahkan dirinya.

Syasya tersenyum remeh,sungguh membuat Tasya emosi memang sangat mudah sekali. Ia terpaksa seperti ini hanya untuk memastikan yah hanya memastikan.

"Seharusnya sebelum Lo deket sama Rey Lo tuh harus pikir dulu,Lo tu ngga ada apa-apanya dibanding gue" lagi dan lagi emosi Tasya tersulut mendengar ucapan Syasya.

Lebih baik dia pergi dari kamar ini dari pada nanti dia melampiaskan amarahnya pada gadis itu,dia tidak mau itu terjadi.

Malam ini dia terpaksa tidur di sofa di ruang tengah dari pada harus tidur di kamar yang ada hanya membuat dirinya emosi. Meski tak nyaman dia memaksakan untuk tidur.

Sedari tadi Rey berusaha memejamkan matanya tapi tak kunjung mau juga hingga akhirnya dia memutuskan untuk ke luar untuk menikmati indahnya langit pada malam hari.

Langkahnya terhenti ketika melihat seorang gadis yang tengah tertidur di sofa tanpa beralaskan bantal atau pun selimut. Dia berjalan lebih dekat agar mengetahui itu siapa.

Gadis itu tampak tak nyaman dengan posisinya terlihat gadis itu sering kali mengubah posisinya untuk mencari kenyamanan. Rey berinisiatif mengambil bantal dan selimut ke kamarnya lalu menyelimuti gadis itu .

Dia mengusap pucuk kepala gadis itu,dia sangat menyayangi gadis ini tapi tak sanggup mengutarakan perasaannya. Biarlah waktu yang menjelaskan perasaannya.

"Aaa so sweet banget njirr" ucap Abel sangat pelan takut jika dirinya dan Diva ketahuan sudah mengintip apa yang sedang Rey lakukan.

"Diem Bel,Lo mau kita ketahuan" bisik Diva. Tadinya dia dan Abel berencana ingin ke dapur tapi saat melihat adegan ini mereka tertarik untuk menontonnya.

***

Pagi ini setelah sarapan mereka akan berpetualang ke alam bebas sesuai yang mereka rencanakan hari kemarin. Karena pemandangan disini sangat indah tentu saja tidak mereka sia-siakan setelah ini mereka tidak akan sempat untuk bersenang-senang seperti dulu lagi karena mereka akan mengikuti ujian yang menentukan mereka lulus atau tidak.

"Uhukk" Syasya terbatuk sehingga semua orang melihat ke arahnya.

"Ihh kok Lo batuk ada darahnya" pekik Diva,dia paling tidak suka jika melihat darah.

Syasya hanya tersenyum ke arah Rey yang tampak khawatir padanya,hal ini yang dia rasakan selama ini kadang dia juga bosan dengan semua ini tapi dia harus kuat demi Rey.

"Lo sakit Sya?mending ngga usah ikut deh" ucap Aldo,dia memang belum tau penyakit yang diderita oleh Syasya,hanya Rey yang tau tentang penyakit Syasya.

"Gue ngga papa kok,rugi dong kalo gue ngga ikut 'kan kita jarang-jarang kesini" Syasya berusaha terlihat kuat agar Rey mengizinkannya untuk ikut.

Dia merasa tak adil dengan takdir yang telah Tuhan buat untuk dia. Dia juga ingin terlihat seperti remaja pada umumnya yang boleh melakukan apa saja,tanpa harus mengkhawatirkan apa pun. Tapi jika Tuhan sudah berkehendak dia tidak dapat berbuat apa-apa.

"Kalo ngga kuat ngga usah dipaksain" pesan Rey.

"Gue kuat kok,ngga usah lebay deh" Syasya mendelik sebal,Rey melarangnya melakukan ini itu tapi dia tau maksud Rey itu baik.

Kegiatan yang akan mereka lakukan adalah mendaki hingga ke puncak,siapa yang sampai duluan akan mendapatkan imbalan. Tentu saja mereka berlomba-lomba untuk cepat sampai di puncak.

"Awhh" ringis Syasya,kini kepalanya sangat pusing hingga tak lama dia jatuh pingsan untuk dengan segera Tasya yang berada di belakangnya menangkapnya dengan cepat jika tidak sudah dipastikan tubuh Syasya akan berguling-guling ke bawah mengingat jalannya tidak datar melainkan mendaki.

"Rey" pekik Tasya,karena hanya Rey yang terlihat. Mungkin yang lain sibuk berlomba-lomba menuju puncak.

Rey melihat ke belakang,dia sangat terkejut melihat Syasya pingsan yang kini berada di pangkuan Tasya. Tak ingin membuang-buang waktu dia segera menggendong tubuh Syasya dan segera membawa ke rumah sakit diikuti oleh Tasya.

Tasya akan memberitahu kepada teman-temannya nanti,sekarang yang dia pikirkan adalah membawa Syasya secepatnya ke rumah sakit. Butuh waktu yang lama untuk sampai di rumah sakit mengingat di sekitar puncak tidak ditemukan rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit Syasya langsung ditangani oleh dokter sedangkan Rey dan Tasya menunggu diluar,tadinya Tasya sudah memberitahu kepada teman-temannya untuk menyusul kesini dan membawa barang-barang mereka semua.

"Si Syasya kenapa sih pake sakit segala 'kan gini jadinya" gerutu Diva sangat sebal,Syasya sudah menghancurkan rencana mereka.

"Mau gimana lagi Div,udah ah cepetan gue udah siap nih eh jangan lupa barang-barang Tasya juga bawa ya"

Lalu Abel keluar dari kamar para lelaki sudah siap mengumpulkan barang-barang mereka. Setelah siap mereka segera meninggalkan villa mungkin lain kali mereka akan kesini lagi.

"Gimana Sya?" Tanya Abel,kini mereka sudah sampai di rumah sakit yang Tasya beritahu tadi.

Tasya menggeleng sejak tadi dokter belum juga keluar padahal ini sudah hampir 1 jam.

Pintu terbuka memperlihatkan seorang dokter yang tadinya memeriksa keadaan Syasya. Dokter itu menggeleng,menandakan kabar buruk.

"Gimana dok keadaan teman saya?" Tanya Rey mewakili semuanya.

"Maaf teman anda tidak dapat diselamatkan"

Semua orang yang berada disitu tak percaya,padahal tadi pagi Syasya bersama mereka dan sekarang sudah di panggil yang maha kuasa,sungguh takdir Tuhan tak ada yang tahu.

Rey merasa sangat terpukul atas kepergian Syasya,gadis itu sangat berharga dalam hidupnya. Dulu waktu Rey terpuruk gadis itulah yang menghiburnya dan kini Tuhan telah mengambil gadis itu darinya,Tuhan lebih menyayanginya.

Diva menangis histeris dalam dekapan Gavin,sungguh dia tidak menyangka Syasya pergi secepat ini padahal dia belum sempat meminta maaf pada gadis itu. Dia sangat merasa bersalah telah membenci gadis itu andai waktu bisa diulang dia memilih untuk tidak membencinya.

Begitupun dengan Tasya yang masih belum percaya dengan semua ini. Padahal tadi malam gadis itu dengan kesombongannya merendahkan dirinya dan sekarang dia sudah pergi untuk selama-lamanya. Dia tak membenci gadis itu bagaimanapun gadis itu juga temannya.

^_^

Kalo ada typo bilang ya!

TASYA(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang