Chapter 30

118 11 0
                                    

Happy Reading🤗

Tasya mengucek matanya mengumpulkan separuh nyawanya yang masih tertinggal di alam mimpi. Ketika melihat jam matanya membulat sempurna,ia bergegas menuju kamar mandi sambil mengomel tak jelas.

"Lo gak ke sekolah?" Tanya Tasya heran melihat Diva yang santai sambil menikmati sarapannya.

"Sekolah kok" jawab Diva santai.

"Ini udah mau jam tujuh maemunah" Ucap Tasya geregetan.

"Yaudah yuk" Ajak Diva ketika sudah melesaikan sarapannya.

Disepanjang jalan Tasya tak henti-hentinya mengomel pada Diva yang membawa mobil santai tanpa memikirkan waktu yang sudah menunjukkan pukul tujuh.

"Lo bisa diem gak sih?pusing gue denger lo ngomel mulu" 

"Gimana gue mau diem ini tuh udah jam tujuh dan lo malah santai-santai aja bawa mobilnya kita bisa terlambat Div" Omel Tasya untuk kesekian kalinya.

Tasya menyerngit bingung ketika melihat gerbang belum ditutup padahal sekarang sudah lewat dari jam tujuh. 

"Loh Div kok gerbangnya belum ditutup sih?" Tanya Tasya kebingungan.

"Lo kemaren kemana aja sih sampai gak tau kalau hari ini tuh free class" jawab Diva lalu segera keluar dari mobil.

Free class? Kok gue gak tau, batinTasya.

Tujuan Tasya saat ini adalah mencari sang pacar,Rey.Sejak semalam hingga sekarang dia tdak menerima pesan dari Rey.

"Eh tunggu,liat Rey gak?" Tanya Tasya pada siswa kelas Rey yang kebetulan keluar.

"Tadi pagi sih liat,tapi sekarang gak tau kayaknya di kantin deh" Jawab siswi itu.

Tasya berjalan menuju kantin sesuai saran dari siswi tadi,dan betul saja Rey ada di sana dan...... bersama seorang gadis.Ragu rasanya menuju ke sana takut menganggu mereka. Dari jauh terlihat Rey seperti menjelaskan sesuatu tapi gadis yang dihadapannya malah senyum-senyum sambil menatap Rey.

"Le" Panggil Tasya.

Rey mendongak "Kenapa?" Tanya Rey.

Tasya menggeleng lalu duduk di samping Rey "Lagi ngapain?" Tanya Tasya basa-basi.

"Eh kak Tasya ya?Aku sempet denger soal rumor orang-orang katanya kakak cantik banget ternyata beneran,kenalin aku Ara" Ucap Gadis itu sambil mengulurkan tangannya.

"Oh hai Ara, kamu bisa aja lagi ngapain nih? " Tanya Tasya sok ramah padahal di dalam hatinya merasa dongkol dengan adik kelasnya ini.

"Minggu depan aku ikut lomba olimpiade sains kak jadi kebetulan ada materi yang aku gak ngerti, yaudah aku minta ajarin sama kak Rey" Jelas Ara.

Sok minta ajarin sama Rey bilang aja mau modus, cibir Tasya dalam hati.

"Sya" Panggil Rey.

"Iya kenapa? " Tanya Tasya.

"Mending kamu pergi deh"

Bukan, itu bukan suara Ara. Melainkan adalah Rey yang notabenenya adalah pacarnya. Tasya menggerutu kesal sambil berjalan menuju Diva dan Abel yang kebetulan lagi di kantin juga.

"Kenape lagi nih, pagi-pagi muka lo udah kayak gini? " Tanya Diva sambil memakan makanannya.

Tapi yang namanya Tasya jika sedang kesal tidak akan berbicara sepatah kata pun. Seperti saat ini dia sama sekali tak menghiraukan pertanyaan Diva melainkan menatap kesal ke arah dua orang di seberang sana.

"CEMBURU TANDA CINTA"

"MARAH TANDANYA SAYANG"

"KALAU CURIGA ITU KARENA KU TAKUT KEHILANGAN"

Tasya menatap sebal dua makhluk ghaib yang entah sejak kapan sudah berada disini. Merasa tersindir Tasya mengambil sendok lalu membidik ke arah Gavin dan Aldo secara bersamaan.

Dan.

Pletak

Tepat sasaran, Tasya tersenyum.

"Aww kepala gue njirrr" Aldo meringis sambil memegang kepalanya yang terkena lemparan dari Tasya.

"Ampun Syaaaa" Ringis Gavin, lemparan Tasya tepat sasaran di dahi mereka berdua.

"Rasain emang siapa suruh ngeledek gue" Ledek Tasya, melihat mereka kesakitan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Tasya.

Gak deng becanda doang mah si Tasya

"Ututututu sayang akuuu sakit ya, makanya kamu jangan macem-macem sama si Tasya,soalnya dia ada jiwa psikopatnya abang Arga aja hampir dibunuh sama dia" Ucap Diva sambil mengelus-ngelus kepala Gavin yang terkena lemparan dari Tasya.

"Enak aja lo ngomong sembarangan" Sentak Tasya.

"Selain psikopat dia juga suka marah-marah ga jelas kalo udah marah kamu harus hati-hati ya ga usah deket-deket" Ucap Abel menambahkan.

Tasya mendengus kesal melihat ucapan sahabatnya yang sangat jauh dari faktanya.

"Gaga pesenin gue bakso gih" Ucap Tasya kepada Gavin. 'Gaga' adalah nama panggilan Tasya untuk Gavin.

"Ga ah, lo punya kaki 'kan yaudah sono beli" Tolak Gavin mentah-mentah dan meneruskan acara makannya.

"Lo belum kapok juga ya? Mau gue tambahin? " Ancam Tasya sambil memegang sendok di tangannya.

Gavin yang melihat pergerakan Tasya mulai was-was. Kalian tau 'kan kalo Tasya tidak pernah main-main dengan ucapannya.

"Oke oke gue pesenin bakso doang 'kan? "

"Sekalian es teh rasa susu" Jawab Tasya.

Rey datang dan langsung duduk di samping Tasya. Sedangkan Tasya sama sekali tak melirik,dia sibuk mengaduk-ngaduk makanan yang dipesankan oleh Gavin tadi.

"Kenapa gak dimakan?" Tanya Rey lembut tapi Tasya sama sekali tak bergeming alias diam.

Rey menarik hidung mancung Tasya membuat sang empu meringis.

"Gak usah pegang-pegang! " Sentak Tasya sambil menatap tajam Rey.

"Kamu kenapa sih? "

"Udah lo pergi aja, sana pacaran lagi sama selingkuhan lo" Ucap Tasya sambil memalingkan wajahnya.

"Lo gak usah kekanak-kanakan deh Sya! " Rey terbawa emosi sehingga tak sadar jika telah membentak Tasya.

Tasya berusaha menahan tangisnya, untung saja keadaan kantin hanya ada mereka berenam. Jika tidak, pasti akan heboh dan timbullah isu-isu sampah dari haters Tasya.

Eh busett si Tasya udah punya haters aja nih

"Gak usah bentak-bentak Tasya kayak gitu selesain masalah dengan kepala dingin bukan malah kayak gini" Cerocos Diva yang terbawa emosi yang sejak tadi menjadi penonton perdebatan sepasang kekasih itu.

"Lo diem aja! Ini urusan gue gak usah ikut campur! " Rey menatap tajam Diva.

Hening.

"Eitss broo santai dong" Celetuk Aldo untuk mencairkan suasana.

"Ya jelaslah kita ikut campur, kita itu sahabatnya, masalah Tasya itu masalah kita juga" Ucapan Abel terhenti sejenak, "dan lo gak berhak buat bentak-bentak Tasya! " Abel menunjuk tepat di wajah Rey.

Rey sama sekali tak membalas ucapan Abel. Dia mengalihkan pandangannya ke arah Tasya yang kini sudah terisak.

Rey menangkup wajahnya lalu menghapus air matanya "Udah jangan nangis, aku minta maaf" Rey memandang lekat bola matanya seakan menjadi candu bagi dirinya.

Bukannya berhenti, tangis Tasya semakin menjadi di dalam dekapan Rey. Entah mengapa akhir-akhir ini dia merasa takut kehilangan Rey seakan akan terjadi sesuatu diantara mereka.

Next chapter! 🙏
Pliss yang udah baca jangan lupa vote, gak bayar kok, GRATISSSS

TASYA(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang