Chapter 26

122 12 0
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote!

Happy Reading💚

Setelah memarkirkan mobil kesayangannya di garasi Tasya memasuki rumahnya. Hening. Itu keadaan rumahnya saat ini. Biasanya jika pulang ia akan disambut dengan suara cempreng milik Diva tapi kini sudah tidak ada lagi, semua seakan hilang di telan bumi.

Ia mendudukkan bokongnya di sofa depan tv untuk menunggu orang rumah pulang. Ia sengaja menghidupkan tv untuk memecahkan keheningan agar tidak terasa sepi.

Sudah hampir satu jam Tasya menunggu tapi sampai kini tidak ada siapa pun yang pulang. Ia segera membuka ponselnya untuk menelfon mamanya.

Nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan

Tak ingin putus asa, Tasya menelfon satu persatu orang rumah tapi tidak ada satu pun yang mengangkat. Kemana semua orang? Apakah semuanya pergi berlibur tanpa dirinya? Tapi itu mustahil melihat jadwal kesibukan papanya. Lebih baik ia mengistirahatkan tubuhnya yang terasa sangat lelah.

***

Tasya terbangun dari tidurnya karena merasa lapar. Ia menemukan makanan di meja makan. Siapa yang memasak untuknya? Disini tidak ada siapa-siapa selain dirinya. Mungkin Bi Ina yang masak, pikirnya.

Tanpa berpikir panjang lebar ia melahap makanan itu sampai habis, dari pagi ia sama sekali belum memakan apa pun dan ini sudah tengah malam.

Bunyi bel rumah menghentikan kegiatannya dengan langkah terburu-buru ia berlari menuju pintu utama pasti itu orang tuanya. Saat pintu telah terbuka Tasya tak melihat siapa pun disini, lalu siapa yang memencet bel tadi?

Hingga secarik kertas yang tergelatak di lantai mengalihkan pandangan.

Taman belakang, klo lo ngga mau orang tua lo kenapa-kenapa

Tanpa pikir panjang Tasya berlari menuju taman belakang. Ia tidak ingin orang tuanya terluka,meski ia tidak tau siapa orang ini. Yang terpenting menyelamatkan orang tuanya apa pun yang terjadi.

Ketika sampai di taman belakang semua terlihat gelap. Padahal biasanya taman ini akan dipenuhi oleh lampu-lampu yang sangat indah, yang sengaja di rangkai oleh papanya karena Tasya takut kegelapan.

"Papa! Mama!" Panggil Tasya, sebenarnya ia tak sanggup berteriak seperti ini. Ia terpaksa memberanikan diri.

"Papa! Mama! Tasya takut ma"

Kini, Tasya tak sanggup dengan keadaan seperti ini. Air matanya mulai bercucuran, ia mendudukkan dirinya menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan sambil terus menangis.

Hingga suara petasan diikuti lampu yang menyala membuat dirinya terkejut bukan main. Ia melihat ke atas langit yang kini penuh dengan petasan yang bertuliskan 'Happy Birthday Tasya'.

Tasya melihat ke sekeliling taman yang sudah dihiasi dengan lampu yang sangat indah. Ia membalikkan badannya, ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya antara percaya dan tidak. Didepan sana semua orang yang sangat ia sayangi tengah tersenyum ke arahnya dengan Abel yang memegang sebuah kue yang berukuran lumayan besar.

"Happy Birthday Tasya" Ucap mereka serempak membuat tangis Tasya pecah.

"Selamat ulang tahun anak mama,semoga kedepannya lebih baik lagi, eh jangan nangis dong ini 'kan hari bahagia kamu" Dewi menghapus air mata sang anak.

TASYA(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang