Bagian Tiga puluh empat

217 13 0
                                    

Yang udah nungguin Darrel hayoo
Jangan lupa klik bintangnya dulu sebelum baca

Happy reading....

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***Apa diriku tak lebih dari manusia dengan cacat mentalnya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***
Apa diriku tak lebih dari manusia dengan cacat mentalnya?

🌳🌳🌳

Ruangan ini begitu nyaman, meskipun asing Darrel bisa merasakan kenyamanan yang diciptakan, tembok dengan warna cerah dan pencahayaan yang cukup sangat bertolak belakang dengan suasana kamarnya.

Diliriknya Neysilla yang masih nampak kebingungan, lebih tepatnya sejak Darrel mengatakan secara gamblang rasa sukanya itu kedekatan Neysilla dan Darrel sedikit merenggang, Neysilla memang sedikit tak nyaman dengan keadaan sekarang, seolah-olah ia bercerita pada orang lain mengenai perasaanya padahal orang tersebut juga memiliki rasa padanya, intinya ribet lah.

Animo Darrel dan Neysilla teralihkan saat pintu utama itu dibuka, pria berpostur tinggi masih lengkap dengan balutan blezer putih khas seorang Dokter, awalnya pria tersebut sedikit terkejut melihat kedatangan Darrel dan Neysilla namun rupanya dia sangat pandai mengatur mimik wajahnya dan sekarang sudah biasa.

"Maaf Dok saya dengan lancang masuk, tadi ada pembantu yang suruh kita duduk, saya Darrel dan ini Neysilla"ucap Darrel mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan Dokter Fahri melalui ekspresinya. Ya dia adalah Dokter psikiater yang disarankan Dokter Andre dua minggu yang lalu, matanya teduh, hidungnya mancung, pipinya sedikit tirus namun berahang tegas, alisnya juga tebal dia nyaris sempurna.

Lengkungan itu terbit sebelum dirinya berbicara "Nggak papa, ada perlu apa kalian kesini?"tas kerjanya diletakkan diatas sofa lalu ia ikut berbaur dengan Darrel dan Neysilla yang lesehan diatas karpet.

"Saya menemukan alamat rumah Dokter dari Dokter Andre yang kebetulan Dokter yang merawat sahabat saya"ucap Darrel sopan dan serius sifat gilanya itu ditendang jauh-jauh.

Dokter Fahri tertawa kecil, memperlihatkan lesung pipi tipis itu terlihat meski samar-samar "Oh Dokter Andre, kebetulan dia sahabat sekaligus rekan kerja saya"matanya selalu menyipit bahkan nyaris menutup setiap kali tertawa. Ah kenapa Dokter Fahri terlihat lebih kiyowo daripada Darrel, eh.

RLS [ 1 ] Bad Boy DARREL [SELESAI] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang