Alolaa~~
Ampun banget ampun. Waktu itu aku ketiduran, paketanku nggak kepake buat Up deh. Dan baru bisa beli Kuota sekarang:(
Maafin aku yaaa:(Malam Harinya, Giliran lomba sandi-sandi di perlombakan. Nggak semua sih, paling Sandi Mors Cahaya sama beberapa Sandi-Sandi lainnya. Kalo Semaphore, mungkin besok.
Kalo buat Sandi-Sandi, Erin udah kuasai hampir semua Sandi. Jadi dia yang bakalan jadi perwakilan buat Gudepnya. Kali ini patnernya si Rendi. Ade kelas yang punya mulut Bon Cabe ini juga sama kayak Erin, hampir nguasain Sandi-Sandi.
Lawan Erin banyak, ada Juni juga sama satu temannya. Dia juga sempet negur Erin tadi sebelum Lomba.
Pertandingan berjalan dengan tenang, dan untuk sementara waktu Gudep Erin dan Gudep Juni yang memimpin, poin mereka sama.
"Pertanyaan Terakhir!!" teriak Moderator
Panitia yang bertugas menyalakan Senter memulai pekerjaannya dan mulai menyalakan lalu mematikan senter, memyusun beberapa huruf.
Jadi, sandi mors cahaya ini adalah seperti sandi mors pada umumnya. Yang membedakannya yaitu kalo sandi mors biasa kan pake peluit, nah yang ini pake senter. Kalo misalnya cara nulis hurufnya juga sama. Misalnya huruf yang '.._', senternya dinyalain terus di matiin dengan cepet.
Kalian ngerti kan? Di mengertiin aja yaaa, aku bingung jelasinnya:(
Setelah petugasnya berhenti, Erin langsung mencet belnya. Erin yakin sama Jawabannya.
"Yaa tim JakaBara , silahkan jawab" perintah sang moderator.
"Pancasila adalah lambang negara," jawab Erin lantang.
Rendi melotot, ada yang salah dengan jawaban Erin.
"Salah..!" kata Moderator itu.
Tim Juni mencoba menjawab.
"Pancasila ialah lambang negara?" kata Teman Juni.
"Benar..!!" kata sang moderator bersemangat.
Erin menunduk, dia gagal.
Tim Juni bersorak senang di ujung sana. Karna kali ini, Tim mereka menang.
"Udah kak, mungkin bukan Rejeki kita. Kakak udah berusaha yang terbaik," kata Rendi sambil nepuk bahu Erin. Kasian juga dia ngeliat kakak kelasnya yang nunduk mulu.
Nggak lama, datang temen-temen mereka yang lain. Tujuannya yaa sama, buat ngehibur Erin.
Erin liat Kak Wira di depannya natap dia datar, nggak bisa di jelasin kalo kakak pembinanya ini marah, atau enggak. Soalnya yaa gitu, Datar.
"K-kak Wira, Ma-maafin Aku yang nggak Teliti" kata Erin
Bukannya Jawab, Kak Wira malah pergi dari sana. Ninggalin Erin dengan rasa bersalah.
***
Erin jalan sambil nunduk, nggak tau arahnya kemana. Muter-muter aja di area perkemahan.
Pas tadi Kak Wira pergi, Erin juga ikutan pergi. Cuma nggak ngikutin Kak Wira.
Brughh...
"ANJ--eeh Erin,"
Erin nabrak orang lagi. Orang yang sama kayak yang dia tabrak sebelumnya.
"Eeh Maaf Juni," kata Erin.
"Kebiasaan Jalan sambil Nunduk, jadinya nabrak lagi kan. Untung gue yang Lo tabrak, coba kalo orang lain. digiling lo Yer," kata Juni. Ngelawak kayaknya, tapi Erin nggak ketawa. Malah makin nunduk.
"L-lo kenapa?" tanya Juni. Erin gelengin kepala.
"Gue tau sih kita nggak deket, tapi nggak ada salahnya Lo bagi sama Gue. Tenang, gue nggak cepu kok. Itupun kalo Lo mau cerita," kata Juni panjang lebar. Erin ngangkat kepalanya buat liat Juni.
Sebenarnya, Erin juga nggak tau dia kenapa. Tiba-tiba jadi Random gini Moodnya.
"Nggak kok Jun, gue nggak papa. Eeh btw, Lo mau kemana?" tanya Erin. Sengaja ngalihin pembicaraan, biar nggak ditanya.
"Gue? Mau jalan-jalan aja sih. Tadi bareng Mikail, cuma anaknya ngacir ke Tenda Lo bareng sama Dika. Katanya mau nyamperin temen Lo. Siapa itu namanya? Luna?" tanya Juni sambil masang tampang Mikir.
"Oh Luna. Iya namanya Luna. Terus sekarang Lo mau nyusulin mereka?" tanya Erin.
"Pengennya sih gitu, cuma males. Gue mau ke de---" kata-kata Juni terhenti. Hpnya bunyi, jadi dia angkat telfon dulu.
"Halo Kak," kata Juni pada orang yang lagi nelfon dia. Erin merhatiin aja.
"Oh iya kak? Oke deh, Juni ke situ sekarang." Juni nutup telfonya, terus ngeliat Erin bentar.
"Aduh, maaf yaa Rin. Tadi Kak Gita nelfon, ada yang mau dibahas sama dia. Gue duluan nggak papa?" Erin gelengin kepala.
"Yaudah pergi aja. Nggak papa kok," kata Erin sambil senyum. Juni bales senyum Erin terus balik badan ninggalin Erin.
Erin masih senyum sambil mandang Juni yang udah pergi, mendadak suasana Hatinya jadi berubah. Sekarang dia malah pengen makan.
"Betah banget mandangin Orang sambil senyum gitu," kata seseorang tiba-tiba.
"ANJ--astagfirula," kata Erin sambil megang dadanya kaget.
Heran aja gitu sama modelan orang di sampingnya ini. Hobi banget bikin orang kaget. Untung aja dia bukan penderita sakit jantung, bisa mati mendadak dia. Dasar titisan Kangkung--eeh Jailangkung.
"Kak Wira hobi banget ngagetin," kata Erin sambil nabok bahu kakak pembinanya kasar, bodo amat mau di cap kurang ajar. Ngeselin sih.
"Kamu aja yang kagetan," kata Kak Wira santai. Erin harus sabar, nanti kalo ke sabarannya hilang, jangan salahin Erin kalo Kak Wira nyangkut di tiang bendera.
Erin nggak jawab pertanyaan Kak Wira. Dan mendadak mereka jadi Diem. Erin lupa kalo belum minta maaf---eh tapi kayaknya udah tadi. Tapi orang ini aja yang belum ngomong apa-apa.
"Traktir Saya Es-krim," kata Kak Wira tiba-tiba.
"Apa Kak?" tanya Erin. Bingung sama Kak pembinanya yang tiba-tiba minta di traktir.
Apa mau nagih utang yaa? Kan utang tadi siang pas Kak Wira beliin Erin Rock Ice belum Erin bayar. Erin fokus Lomba, jangan salahin Erin.
"Kamu tadi minta maaf sama Saya kan? Kamu mau saya maafin juga kan? Nah makanya traktir Saya Es-krim," kata Kak Wira.
"HAH?!"
Ada yang salah kayaknya sama Kakak Pembina Erin. Seseorang tolong panggilin Dokter..!
Gimana-gimana?
Suka nggak? Atau udah bosen?
Jangan dulu yaa, kan belum tamat:D
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Pembina [✓]
Teen Fiction[SELESAI] [BELUM REVISI!] Kak Wira Ganteng sih, Tapi Lebih ganteng Sasuke -Erina