15. - Di Tembak Juni

1.3K 238 100
                                    

Alolaa~~~
Hehehehe:v
Selamat Pagi Menjelang siang. Semangat ngerjain tugasnyaaa:)


















TYPO JANGAN LUPA CARIIIN!!!


















Upacara Api unggun baru aja abis di lakukan. Sekarang, pada peserta perkemahan di kasih waktu luang untuk bersantai.

"Sekarang, siapa yang ingin menyumbangkan sebuah lagu?" tanya Salah satu Kakak Pembina di atas podium sana.

Erin menatap teman-teman se-Regunya. Dan nggak ada yang tertarik. Sejujurnya, Erin pengen nyanyi. Tapi malu dan mager.

"Yaak itu itu siapa? Silahkan maju kesini." Erin noleh buat liat siapa yang bakalan nyanyi. Mata cewe itu sukses membulat.

"Wahh Juni," kata Erin. Di depan sana, Juni dengan kerennya di samping Kakak Pembina.

"Nama kamu siapa?" tanya Kakak Pembina itu.

"Juni," jawab Juni.

"Sekarang, Kamu mau nanyi lagu apa?" tanya Kakak Pembina itu lagi.

"Mau nyanyi Cinta Simpul Mati. Dan lagu ini Spesial buat seseorang," kata Juni.

Sukses bikin semua peserta perkemahan penasaran dengan siapa sosok yang bakalan dinyanyiin Juni.

"Wahh spesial ternyata. Jadi, siapa cewe beruntung ini?" Juni tersenyum lalu melirik ke arah kiri.

"Cewe dari gudep JakaBara ... Erin," kata Juni. Sontak semua yang ada di perkemahan berseru.

Erin? Cewe itu Shok karna emang nggak nyangka kalo Juni bakalan nyanyiin itu buat dia. Matanya melirik kearah orang yang ada di sebelah Joshua, ada rasa nggak enak dalam diri Erin.

"Nah Juni, Ayo silahkan bernyanyi."

Musik mulai terputar, dan peserta yang lain mulai bersorak.

"Berawal dari, kutatap matamu dan kau jabakan tanganmu tuk saling berkenalan."

"Getaran Cinta, kian terus membelenggu. Ku rasa ku tlah jatuh cinta di perkemahan ini."

Dua bait dari Juni bikin semuanya berdecak kagum. Suaranya yang indah bikin siapa aja terpanah. Tapi nggak sama Erin. Cewe itu malah makin gelisah.

"Tlah ku nyatakan, besarnya rasa cintaku. Engkaupun tersipu malu dan kau balas cintaku. Baret dan Kacu, diam jadi saksi bisu, kurasa ku tlah jatuh cinta di bumi perkemahan."

"Biarkan cinta kita, erat bagai Simpul mati. Misteri bagai Sandi rumput. Sekokoh bagai pionering. Kuingin engkau tau, besarnya rasa Cintaku. Menyala bagai Api unggun. Abadi sperti, Cikal di dadaku."

Juni nyelesain lagunya dengan Senyum manis. Cowo itu lalu berdiri, dan membisikkan sesuatu pada Kakak Pembina.

"Woaaww. Ternyata kalian akan melihat sesuatu yang lebih menakjubkan setelah ini," kata Kakak Pembina itu dengan Heboh.

"Erin dari gudep JakaBara, silahkan maju kesini." Erin melotot. Hal yang dia nggak pengen bakalan terjadi.

Jihan menyenggol bahunya, Erin menoleh dengan tatapan bertanya.

"Lo di panggil tuh. Kesana gih," kata Jihan. Namun Kaki Erin rasanya tidak ingin berjalan.

Erin menoleh ke arah Kakak pembinanya.

"Boleh Kak?" tanya Erin. Kak Wira noleh.

"Kenapa Minta Izin. Bukan urusan Saya," kata Kak Wira. Erin menghela nafas.

Dengan Ragu, cewe itu jalan kearah Podium. Sukses bikin semua pesera Heboh.

"Nah karna Erin sudah ada disini, silahkan dimulai Juni." Juni menarik napas, terus senyum ke Erin. Kakak pembina tadi jalan kearah belakang, nggak mau mengganggu momen ini.

"Erin. Maaf kalo ini terkesan tiba-tiba atau malah Buru-buru. Tapi Jujur, pas pertama Kamu nabrak aku, perasaan ini muncul. Aku ngira kalau kita cuma bakalan ketemu satu atau dua kali karna perkemahan ini besar banget. Tapi enggak Rin, kita ketemu Hampir sepuluh Kali. Nggak tau kenapa, aku ngerasa teduh kalo liat senyum kamu. Jadi Rin, Mau jadi pacarku?"

Erin menahan napasnya. Rasanya dia nggak nyangka kalo Juni bakal seberani ini nyatain perasaanya di depan orang banyak.

Erin berjinjit. Lalu membisikkan sesuatu ke Juni. Cukup lama dan itu bikin Juni menghela napas.

"Aku tau endingnya bakalan kayak gini. Tapi kamu nggak perlu khawatir. Kejar dia Rin, nggak usah perduliin aku." Erin menunduk, ngerasa bersalah.

"Nggak usah ngerasa bersalah Rin, heyy. Aku nggak Papa. Tapi Rin, Boleh aku meluk kamu. Buat yang terakhir kalinya," kata Juni. Erin tersenyum terus ngangguk.

Greep...

"Makasih Rin. Buat rasa singkat ini," kata Juni. Erin ngangguk terus ngelepas pelukan mereka.

"Maafin Gue Juni," kata Erin. Juni ngangguk.

"Nggak papa Rin. Kejar dia sekarang," kata Juni.

Erin senyum terus balik badan dan Lari buat ngejar seseorang yang sempat pergi tadi pas Erin jalan kearah Juni.

****

Grepp...

Kak Wira kaget karna ada yang meluk dia dari belakang. Pas liat tangan yang melingkar di perutnya, Kak Wira makin kaget.

"E-erin. Ngapain kesini?" tanya Kak Wira. Dengan nada datar tentunya.

Erin nggak jawab. Malah makin Eratin pelukannya.

Kak Wira balik badan buat liat Muka Erin. Tapi pas Kak Wira balik badan, Erin langsung meluk Kak Wira lagi.

"Kenapa kesini sih?" tanya Kak Wira. Erin lagi-lagi nggak jawab.

"Kak, Aku Nolak Juni." Erin akhirnya bicara, dan sukses bikin Kak Wira kaget sekaligus senang.

"Kenapa di tolak?" tanya Kak Wira. Erin lepasin pelukannya terus natap Kak Wira kesel.

"Kakak masih nanya kenapa aku tolak? Buat apa aku tolak dan capek-capek lari kesini buat nyusul Kakak," kata Erin kesel sambil natap Kak Wira tajam. Kak Wira malah ketawa kecil terus ngacak Poni Erin.

"Lucu banget sih," kata Kak Wira. Erin malah nutup Mukanya pake tangan.

"Tau ah, Kakak ngeselin." Erin berbalik buat pergi. Tapi Kak Wira narik tangannya dan bawa tubuh Erin kedalam pelukan Cowo itu.

"Rin, Saya nyatain perasaan saya sekarang. Boleh?" tanya Kak Wira.


















Heheheh:)
Btw guys, aku mau minta Nama IG kalian, tapi Aku baru aja hapus Aplikasi Instagram. Gimana dong guys?:(

Kakak Pembina [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang