Yang baca plus komen semangat, yang ngetik juga semangat.
Key melangkahkan kakinya dengan lesu, dia harus segera menemukan Alin, rasanya dia begitu tidak tahan untuk menahan rindu terlalu lama.
"Alin hilang ke mana, ya," keluh Key saat sudah berjalan jauh tidak kunjung menemukan batang hidung Alin.
Langkah Alin terhenti saat Alin sedang bersama dengan Alam.
"Busyet, si Alam. Kurang ajar banget mau nusuk dari belakang? Gak ada otak dia mah!" Dengan buru-buru Key menghampiri Alam dan Alin yang jalan berdua.
"Ayang Alin, tunggu." Alam yang mendengar suara Key segera berhenti diikuti Alin.
"Ayang Alin. Kok aku ditinggal, sih. Capek tahu lari dari sana ke sini."
"Salah sendiri lari-lari. Emang gue nyuruh lo buat lari?"
"Ayang Alin tahu, gak?" tanya Key mengabaikan perkataan Alin.
"Gak dan gue gak mau tahu." Alin berlalu begitu saja.
Alam masih terdiam di tempatnya membiarkan Alin pergi.
"Eh, Lam. Lo mau nusuk gue dari belakang gitu ceritanya?" tanya Key sinis.
"Nusuk apaan? Lo gatahu si Alin ngira gue yang udah lakuin itu kemarin malem."
"Terus lo bilang apa?" tanya Key penasaran.
"Ya, gak gue jawablah. Mana mau gue jawab, yang ada nanti lo gak mau ngasih hadiah buat gue kalau rencana ini berhasil."
"Halah, hadiah mulu," dengkus Key sembari berlalu untuk mengejar Alin.
"Di dunia ini gak ada yang gratis, Bro!" teriak Alam mengundang tanya dari banyak mahasiswa atau siswi.
"Ayang Alin, tunggu!" teriak Key.
Tidak ada yang heran saat Key mengejar-ngejar Alin seperti itu, lantaran ini bukan pertama kali bagi mereka semua. Hampir setiap hari setiap saat kerjaannya di kampus adalah mengejar Alin setelah kelas selesai.
"Ayang Alin. Ayang mau makan apa? Tadi udah sarapan belum?"
"Emang kalau gue belum sarapan mau lo beliin?" balas Alin dengan sinis.
"Pasti, pasti aku beliin. Mau sarapan sama bebek goreng? Soto? Sop? Atau apa?" tanya Key beruntun karena dirinya merasa senang mendapat respons dari Alin.
Alin terlihat tersenyum miring saat mendengar tukang bucin menawarinya sarapan.
"Gue mau sarapan jus keju rasa lemon. Bisa gak lo nyariin!" tantang Alin.
Jus keju rasa lemon? Memang ada? Key mematung seperti orang bodoh. Mana mungkin ada keju rasa lemon, yang ada keju itu rasa asin bukan lemon.
"Yang lain, dong, Yang."
"Kalau gak mau ngasih yaudah, gak usah nawarin, dasar laki-laki buaya!" Alin kembali melanjutkan jalannya dan meninggalkan Key.
Key tidak tinggal diam dia terus mengikuti Alin ke mana pun Alin berjalan.
"Ayang Alin. Ayo sarapan dulu, nanti kamu sakit," bujuk Key.
Key terus saja merengek seperti anak kecil yang meminta dibelikan ini dan itu, mungkin Alin merasa sakit kepala dengan tingkah tidak waras dari Key.
"Kang Bucin, kepala gue sakit denger suara lo. Bisa gak lo diem sebentar aja!"
Wajah Key berbinar saat mendengar perkataan Alin, dia dengan sigap berada di belakang Alin.
"Jatuh ke pelukan Abang Neng, Abang siap menerima jatuhnya Eneng, atau mau Abang pijat saja? Hayuk aku pijat, mau di bagian mana saja? Kepala, paha, bokong, dada atau perut? Abang siap Neng."
Bukannya jawaban yang didapat, tetapi sebuah pukulan keras di kepala Key.
"Pergi lo! Dasar mesum!"
Alin segera berlari meninggalkan Key memasuki kelas. Sedangkan Key memegang kepalanya yang serasa berdenyut.
"Padahal kemarin malam juga dia mau-mau saja aku pijit seluruh tubuhnya," lirih Key pelan.
Setelah merasakan kepalanya sudah tidak berdenyut, Key kembali mencari Alin, dia tidak boleh menyerah begitu saja.
.
.
Gimana dengan kebucinan yang haqiqi dari Abang Key?
Semoga suka
Salam sayang
Author L
24 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Jebakan Cinta si Bucin (COMPLETED) ✓
Romantizm(Cerita sudah tamat dan masih lengkap. Follow dulu sebelum baca) "Alin, ayo periksa ke dokter anak kita. Aku mau lihat anak kita." "Goblok! Ini itu anak gue sama Alam. Ngaku-ngaku aja." Keyvano menyukai Alin, tetapi Alin menyukai Alam. Alin tidur d...