Lima hari setelah kejadian di mana Key melakukan hubungan intim dengan Alin, selama itu pula Key selalu berdoa semoga Alin memang benar-benar hamil anaknya.Saat ini Key, Alam, juga Alin berada di pusat perbelanjaan. Alin memaksa Alam untuk menemaninya berbelanja baju baru, mau tidak mau dia harus memberi syarat dengan membawa Key juga.
"Ayang Alin mau beli baju yang seperti apa? Kalau bisa jangan yang ketat-ketat. Nanti tidak lama lagi pasti gak muat," ucap Key dengan tengil.
Alin menatap tajam ke arah Key, tatapan yang siap membunuh siapa yang bicara tadi.
"Sotoy, lo! Ayo, kita tinggalkan saja laki-laki kayak gitu!" Alin menggandeng tangan Alam dan pergi dengan Alam.
Key dengan setia mengikuti mereka ke mana saja seperti nyamuk yang tertarik dengan darahnya.
"Lin, bisa lo lepas pegangan lo? Gue risih!" Alam berucap dengan tajam dan berusaha melepas pegangan Alin yang erat.
Selain merasa risih dia juga merasa tidak enak dengan Key, dia ingin menghargai sahabatnya. Lagi pula dia tidak menyukai Alin. Alam lebih suka dengan wanita yang kalem tidak seperti Alin yang bar-bar meski dirinya tidak sekalem itu.
"Kalau Alam gamau, ayo Ayang Alin Babang Key siap untuk menuntun Ayang ke mana saja."
Alin memutar bola mata malas dan berlalu meninggalkan Key dengan menghentakkan kaki kesal.
Alam berjalan di belakang Key yang terus mengajak Alin berbicara meski selalu mendapat kata kasar dan lain sebagainya.
"Key, lebih baik lo berhenti ngejar Alin. Wanita seperti dia gak pantas dapat orang kek lo," ucap Alam membuat langkah kaki Alin terhenti.
"Maksud lo apa, Lam?" tanya Alin bingung.
"Maksud gue bukannya sudah jelas. Lo itu gak bisa menghargai perasaan Key sama sekali! Lo cuma mikirin perasaan lo sendiri. Gak mau mikirin perasaan orang lain, egois tahu gak!" ujar Alam panjang lebar.
Ini pertama kalinya Alam bicara panjang lebar kepada Alin sejak Alin selalu mengekori Alam ke mana-mana.
"Sudahlah. Ayo, tadi katanya mau beli baju. Kali ini aku akan membelikan baju untukmu, aku mendapat gaji yang lumayan bulan ini," ujar Key dengan senyuman lebar.
Key memang mengambil kerja paruh waktu di sebuah kafe usai pulang kuliah pagi. Hanya waktu weekend dia bekerja setiap pagi hingga sore jika memiliki janji dengan Alin juga yang lain.
Key terbilang anak yang berpenghasilan sendiri di antara mereka semua, keluarganya yang tidak sekaya Alam juga lainnya membuat dia harus bisa mencari uang sendiri agar bisa mengurangi beban keluarga.
Langkah Key terhenti saat melihat seorang laki-laki berjalan berdampingan dengan wanita, dia mengenal laki-laki itu.
"Itu bukannya Duren?"
"Hah? Duren siapa?" Alam mengikuti arah pandang Key.
Di sana Darren, kekasih Gladisya tengah berjalan berdua dengan seorang wanita dan bukan Gladisya tentunya.
"Darren kali, bukan Duren," sinis Alin.
Darren terlihat berbincang dengan gadis yang berpakaian sexy kemungkinan usia gadis itu di bawah Darren.
"Saudaranya kali, biarkan saja," ucap Alam dan diangguki oleh Alin.
Setelah itu sesuai dengan perkataan Key, Alin benar-benar membeli baju dengan dibayar oleh Key.
Meski Alin terkadang kejam dia juga memiliki hati dengan memilih baju yang sekiranya tidak terlalu mahal."Bagaimana menurut lo dengan yang ini?" Alin mencocokkan baju berwarna kuning keemasan di badannya.
"Cantik, cocok untukmu," ujar Key saat melihat Alin begitu cantik dengan baju itu.
"Gue tidak tanya ke lo, orang gue tanya ke Alam."
Key hanya mampu tersenyum masam atas jawaban Alin.
Key berharap suatu saat nanti Alin akan membuka hati untuknya.Cerita colaborasi dengan MokaViana Kaitani_H
nansanders Kanalda_okSemoga suka.
Salam sayang
Author L26 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Jebakan Cinta si Bucin (COMPLETED) ✓
Romansa(Cerita sudah tamat dan masih lengkap. Follow dulu sebelum baca) "Alin, ayo periksa ke dokter anak kita. Aku mau lihat anak kita." "Goblok! Ini itu anak gue sama Alam. Ngaku-ngaku aja." Keyvano menyukai Alin, tetapi Alin menyukai Alam. Alin tidur d...