Jangan lupa vote, komen dan follow agar tahu jadwal update cerita yang lain.
Alin berlari sepanjang rumah sakit kala sampai di depan sebuah bangunan besar dan bertanya ke mana harus pergi.
Dia begitu panik dan tidak percaya saat mendapat telepon dari pihak rumah sakit yang mengatakan Key mengalami kecelakaan. Truk yang menabrak Key kini sudah diamankan oleh pihak kepolisian.
Alin tidak lagi memperdulikan perutnya yang membesar untuk berhati-hati saat berlari.
Di depan ruang IGD ayah dan ibu Key sudah berada di sana.
"Alin, hati-hati." Serena memperingatkannya untuk berhati-hati.
Wajah Serena terlihat cemas dan masih tersisa air mata di sana. Alin selalu melihat Serena tersenyum dan tertawa melihatnya dalam keadaan seperti membuat Alin merasa ada sesuatu yang aneh di dalam dirinya. Wanita yang selalu memberinya kasih sayang dan perhatian kini terlihat sedih.
"Bagaimana keadaan Key?" Alin membuka suara setelah sedari tadi bungkam.
"Dokter sedang menangani Key, dia pasti baik-baik saja. Key itu anak yang kuat meski terkadang dia itu manja," ucap Serena dengan tersenyum meski cara tersenyumnya terlihat aneh.
Tersenyum? Alin tersentak, suara Key terdengar seperti kaset rusak yang terus terulang di telinganya. 'Aku berangkat sekarang. Ayo tersenyum dulu, aku akan menjemput Alam untukmu.' Kata-kata itu terus berputar di kepala Alin.
Derap langkah yang datang, ayah dan ibu Alin. Alin lebih takut kepada mereka dibanding dengan keluarga Key.
"Apa yang terjadi?" Devi terlihat sangat cemas.
"Key terserempet mobil dan terluka para, dia pasti baik-baik saja." Serena memilih menjawab saat melihat Alin yang bungkam.
"Apa yang kau lakukan kepada Key? Mama tahu kau tidak menyukainya, tetapi kenapa kau bertindak sejauh ini, hah?!" bentak Devi murka.
Devi sudah tahu, Key kecelakaan seperti itu pasti karena ulah Alin. Anaknya itu memang tidak memiliki hati.
"Itu semua tidak benar, ini semua salah Key yang nekat keluar saat hujan begitu lebat," bela Serena.
Alin semakin bungkam mendengar itu. Air matanya luruh saat itu juga, andai saja dia tidak egois pasti Key masih sehat, segala kata andai terlintas di kepala Alin.
"Benar, ini semua salahku. Andai saja aku tidak memaksa Key menemui Alam dia tidak akan seperti ini," lirih Alin dengan suara isakan miliknya.
Devi mendengar itu, Serena juga mendengar itu, tetapi dia tidak bisa mengalahkan Alin sepenuhnya, ini sudah menjadi jalan Key yang milih tetap di samping Alin.
"Kau benar-benar anak tidak tahu diuntung, Alin! Kau benar-benar wanita murahan yang berani meminta bertemu dengan laki-laki lain kepada suaminya. Wanita macam apa dirimu itu!" murka Devi.
"Ma, sudah, ini di rumah sakit." Safir menenangkan Devi dengan cara menjauhkan Devi dari Alin.
"Ini bukan salahmu. Ini semua salah Key yang tidak berhati-hati. Jangan menangis," ujar Mario berusaha menenangkan istri dan menantunya yang sedang menangis karena pertengkaran itu.
Key dinyatakan berhasil melewati masa kritisnya. Namun, berita mengejutkan kembali datang saat dokter mengatakan Key mengalami koma yang menyebabkan laki-laki itu tidak tahu akan membuka mata kapan.
"Key, bangun. Gue akan tersenyum saat lo bangun nanti. Ayo bangun!"
Segala alat penunjang kehidupan terpasang di tubuh Key, mata itu tetap terpejam dengan tidak merespons apa pun.
Saat ini Alin berada di ruang perawatan Key. Setelah dinyatakan berhasil melewati masa kritis Key segera dipindahkan ke ruang perawatan.
Merasa percuma dan membawa beban rasa bersalah Alin memutuskan untuk keluar dari sana. Saat Alin keluar dia melihat orang telah bertambah. Satu wanita tua yang Alin tidak tahu siapa, wajar dia tidak tahu.
"Alin, dia adalah neneknya Key. Ibuku." Mario memperkenalkan siapa wanita tua yang angkuh itu.
"Aku sudah mendengar semuanya. Wanita sepertimu memang tidak pantas untuk cucuku. Rasanya percuma saja Key berhutang ratusan juta kepadaku untuk wanita tidak tahu diuntung sepertimu!" Maria mengatakan itu dengan tenang dan tanpa ekspresi.
Terkejut? Tentu saja, siapa yang tidak akan terkejut mendengar Key berhutang ratusan juta kepada wanita itu. Semua orang pun terlihat terkejut.
"Ibu, berhenti mengatakan sesuatu yang tidak penting!" Mario menengahi.
"Kenapa? Cucuku berbaring di sana sekarat tidak tahu kapan akan membuka mata demi wanita seperti ini. Apa aku harus tetap diam? Aku bukan istrimu yang bisa memendam semuanya sendirian. Cucuku berhutang ratusan juta kepadaku untuk wanita yang sama sekali tidak memiliki hati sepertinya!"
"Itu semua tidak benar. Alin wanita yang baik, dia hanya belum menerima keadaan," bela Serena.
Devi sudah tidak berkomentar apa pun, dia merasa malu dan merasa tidak berhasil mendidik anak. Dia juga tahu Alin bukan belum bisa menerima keadaan, tetapi anak itu memang tidak mau menerima.
Alin masih mencerna semua ini, Key berhutang ratusan juta untuk apa? Kenapa dia tidak tahu?
"Masih kau bela menantumu yang jelas-jelas membuat anakmu celaka? Cucuku bekerja siang dan malam untuk mengembangkan usahanya demi membuat hidupnya lebih baik. Lalu apa yang diterimanya? Menantumu ini justru ingin bertemu dengan laki-laki lain di derasnya hujan yang lebat. Wanita macam apa yang dinikahi!"
"Ibu!" bentak Mario agar menghentikan ocehan wanita tua itu.
Suara Maria yang keras dan tegas kini menjadi pusat perhatian, air mata Alin terus menetes. Key berjuang keras dia malah menyusahkan lelaki itu itu. Rasa bersalahnya terasa semakin menumpuk mendengar semua pengakuan itu.
Semua rasa itu terasa berpusat di perutnya, Alin merasakan perutnya sakit. Perhatian terpusat kepada Alin yang mengerang kesakitan dengan memegang perutnya. Darah segar mengalir menuruni paha Alin.
Semua terpekik, Alin akan melahirkan!
END
Bagaimana?
Epilog bakal aku up besok.
Semoga suka.
Jangan lupa ikuti cerita yang lain juga.
Salam sayang
10 Agustus 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Jebakan Cinta si Bucin (COMPLETED) ✓
Romance(Cerita sudah tamat dan masih lengkap. Follow dulu sebelum baca) "Alin, ayo periksa ke dokter anak kita. Aku mau lihat anak kita." "Goblok! Ini itu anak gue sama Alam. Ngaku-ngaku aja." Keyvano menyukai Alin, tetapi Alin menyukai Alam. Alin tidur d...