Setelah acara menangis di pelukan kak Doyoung yang hampir memakan waktu hingga setengah jam lamanya, kini aku dituntun untuk singgah di rumahnya.
Kami berdua duduk di teras rumahnya, dia sibuk mengoleskan salep pada luka ku sementara aku masih sibuk menunduk sambil merenungi alasan mengapa kata-kata yang diucapkan Kak Doyoung bisa mempengaruhiku hingga aku dapat menangis malam ini.
"Angkat kepala lo, di muka elo juga banyak lukanya" kata Kak Doyoung.
Aku mengikuti kata-katanya, namun meski begitu tidak bisa untuk tidak terkejut ketika jari-jari Kak Doyoung bergerak untuk menyentuh luka di wajahku. Aku memundurkan tubuh, berusaha mengambil jarak sejauh mungkin agar jari tangan milik Kak Doyoung tidak mendarat di kulit wajahku.
Terlihat kak Doyoung juga terkejut melihat reaksiku, ia memundurkan tubuhnya kemudian memberikan salepnya padaku agar aku bisa mengoleskannya sendiri.
Ia duduk di sampingku, dari sudut mata aku masih bisa melihat Kak Doyoung yang sibuk menatapku. "Gue telpon Yuta sama Ten, ya? Biar mereka kesini sekalian beli makan malem." dia bertanya. Terdengar seolah untuk meminta ijin padaku, mungkin khawatir aku tidak ingin menunjukkan tubuh penuh lukaku pada kedua temannya itu.
Sebuah anggukan aku berikan pada kak Doyoung, suaraku masih serak karena menangis tadi. Kak Doyoung kemudian menelpon kedua sahabat baiknya itu, ia juga menjelaskan keadaanku secara garis besar lalu lantas menutup telponnya agar Kak Yuta dan Kak Ten bisa bergegas kesini.
Kami terdiam cukup lama setelah kak Doyoung menyudahi panggilan telponnya, hingga akhirnya suara deru mesin motor milik kak Yuta terdengar mendekat ke arah kami. Sosok kak Yuta bersama kak Ten datang, membawa sebuah kantong plastik hitam.
"Gue bawa makan malem" kak Yuta mengangkat plastik hitam itu tinggi-tinggi setelah mencopot helm yang dipakainya. Sementara di belakangnya Kak Ten juga membawa empat kotak susu bervarian rasa cokelat.
Kak Doyoung bangkit kemudian menarik lenganku agar mengikutinya. Dia mengambil karpet tipis dari dalam rumah kemudian menggelarnya di depan rumahnya yang berada tepat di samping toko klontong.
Kami duduk di sana, Kak Ten dengan baik hatinya membukakan bungkusan nasi goreng hangat yang dibawa kak Yuta, juga menusukkan sedotan pada susu kotak yang dibawanya untukku.
"Makasih." Aku berucap tulus, dia hanya tersenyum menanggapi ucapan terimakasihku. Beberapa hari mengenal ketiganya, aku jadi sadar jika diantara mereka Kak Ten lah yang paling pendiam. Itu membuatku sedikit sungkan untuk mengobrol dengan santai padanya.
Setelahnya, meski masing-masing dari kami telah membuka bungkusan Nasgor spesial yang dibawa Kak Yuta dan Kak Ten tidak ada satupun dari kami yang memiliki inisiatif untuk memakan makanan itu.
Kak Yuta bergerak memberikan jaketnya untuk menutupi kaki ku yang tengah duduk dalam posisi sila. "Gue udah beberapa kali liat lo masuk sekolah dengan luka-luka kaya gini. Tapi tetap nggak terbiasa ngeliatnya." dia berujar.
Mendengar hal itu, aku tanpa sadar menarik sudut bibirku untuk membentuk sebuah senyum yang mungkin akan terlihat sangat canggung.
"Jadi malem ini rencananya lo bakalan tidur dimana? Kita bertiga cowok, gue nggak yakin lo bakalan nyaman kalo nginep di rumah salah satu dari kita" Kak Yuta melanjutkan.
"Gue bakalan pulang, tapi mungkin nanti nungguin Papa tidur dulu." Balasku.
Ketiganya lalu berpandangan, "Kalo gitu pastiin Handphone lo terus kesambung ke internet biar kalo ada apa-apa bisa ngehubungin kita." Giliran kak Ten yang buka suara.
Aku mengangguk kemudian tersenyum diam-diam, aku bukan tipe orang yang suka ketika dikasihani. Tapi untuk saat ini, anehnya aku merasa sedikit tenang meski tau mereka sedang mengasihani aku.
.
.
.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] BF ▪Jaehyun▪
Fanfic"Ta, inget janji lo, Senyum lo cuma buat gue. Nggak buat yang lain"-Jaehyun . . _ Highest Rank: #1-jjh [06.03.2022] #4-wendy [27.04.2022]