#36 Ulang tahun

629 133 11
                                    

"Lo cuma bilang kaya gitu doang?" Kak Doyoung yang tengah mengayuh sepedanya, mengatakan hal itu ketika selesai mendengar ceritaku mengenai kejadian di foodfest beberapa hari yang lalu.

Aku yang tengah duduk membonceng padanya menanggapi hal itu dengan gumaman, masih sibuk mengunyah roti es krim rasa stroberi milikku. Kak Doyoung lantas berkomentar jika sebelum pergi seharusnya aku mendaratkan sebuah pukulan di hidung mancung Johnny sehingga laki-laki itu bisa berpikir dua kali sebelum menjelek-jelekan keluarga orang lain. Aku tertawa mendengarnya, benar-benar ide yang bagus untuk mengakhiri kehidupan SMA ku yang tenang.

"Tapi hubungan lo sama Jaehyun jadi kaya gini, lo nggak nyesel?" Gigitan terakhir dari roti es krim ku sudah masuk ke dalam mulut, membuat aku memiliki alasan untuk tidak langsung menjawab pertanyaan dari Kak Doyoung.

Sejak semalam aku juga menanyakan hal yang sama pada diriku sendiri, apa aku tidak menyesal kehilangan sosok Jaehyun karena kejadian ini?

Dan jawabannya sudah aku tentukan, "Nggak, sama sekali enggak."

"Nggak apa-apa, Dit. Cinta pertama nggak berakhir bagus bukan berarti dunia kiamat. Cowok banyak, yang ganteng juga nggak cuma Jaehyun—" dia berhenti sebentar sambil menegakkan punggungnya yang semula sedikit membungkuk.

"—gue juga nggak kalah ganteng kalo lo pengen ngulang kisah romansa ala temen tapi mesra bareng gue."

Kepalaku refleks menggeleng begitu aku mendengar dua kata terakhir darinya, "Nggak deh, makasih." Tolakku yang membuat kak Doyoung lantas mendumel karena aku terlalu cepat menolak seolah tidak perlu berpikir dua kali.

Aku tertawa saja mendengar bagaimana lucunya kak Doyoung yang tengah menyebutkan berbagai sisi baiknya yang dia pikir mungkin akan membuatku menyesal karena menolak dengan cepat, meski begitu aku tahu dia hanya bercanda tidak benar-benar berniat mengajaku 'menulis kisah romansa' bersama.

"Kalo nggak percaya tanya ama Ten, gue ini pas sekolah juga jadi most wanted ala drakor gitu." Katanya.

"Apalagi gu—, eh Dit, lo lagi nunggu tamu?" Kak Doyoung menghentikan kayuhan sepedanya beberapa meter sebelum tiba di rumahku, mendengarnya aku mengikuti arah pandang kak Doyoung dan mendapati jika di depan rumahku telah terparkir mobil Mama.

Bangkit dari boncengannya, aku mendekat ketika pintu mobil terbuka dan Mama keluar dari sana dengan wajah ceria. Seolah memang sudah lama menunggu aku. "Mama kok disini, nggak takut kalo ketemu Papa?" aku bertanya padanya hingga lupa memperkenalkan kak Doyoung yang mengikutiku di belakang sambil menuntun sepeda miliknya.

Mamaku tidak menjawab, dia malah melirik ke arah kak Doyoung yang setelahnya mendekat untuk mencium tangan. "Doyoung tante." Kata kak Doyoung memperkenalkan diri. Dari senyum Mama, aku bisa tahu jika dia terkesan dengan kak Doyoung yang ramah.

Lengan kak Doyoung ditepuk lembut oleh Mama sebelum ia beralih kembali padaku. "Tadi Mama ke sekolah kamu niatnya mau ngajak makan bareng, tapi kayaknya kamu udah pulang duluan. Makanya Mama langsung ke sini aja deh." Ujarnya,

"Makan yuk, Mama kemarin nemu tempat makan enak. Doyoung juga, kita makan bareng gimana?" ajaknya.

Kak Doyoung melirik padaku sebentar sebelum akhirnya dengan sungkan menolak ajakan Makan bersama yang Mama tawarkan, "Maaf, tante saya harus pulang buat bantu Abah bersih-bersih toko, mungkin lain kali aja."

Kepala Mama mengangguk, seolah memaklumi. Kak Doyoung tersenyum kemudian kembali mendekat untuk mencium tangan Mama, kini untuk berpamitan pulang. "Gue pulang," katanya sambil menepuk pelan punggungku, lalu lantas menaiki sepedanya.

"Anaknya baik, Mama suka deh kamu temenan sama dia." Ujar Mama sambil bergerak masuk kedalam mobilnya, "oh iya, rencanya lusa Mama mau ngadain pesta ulang tahun. Kamu bisa kan dateng? Undang Doyoung sama temen-temen kamu yang lain juga biar rame."

Aku yang baru saja masuk, mengangguk mengiyakan ajakannya. "Emang lusa siapa yang ulang tahun?" tanyaku basa-basi begitu dia menyalakan mesin mobilnya.

Bibir Mama yang semula tertarik lebar untuk tersenyum terlihat mengendur seolah aku baru saja mengatakan sesuatu yang menyakiti hatinya. Tapi itu tidak bertahan lama, dia kembali tersenyum menatapku sambil melajukan mobilnya. "Yang ultah Mama dong, makanya jangan lupa siapin kado yang spesial. Eh, spesial aja nggak cukup, harus yang superrrr spesial, ya?" kata Mama semangat yang setelahnya membuat aku merasa sedikit tidak enak hati pada dirinya.

.

.

.

Tbc

Sampai jumpa di chap selanjutnya hehe..

[✔] BF ▪Jaehyun▪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang