#25 Jemputan

711 150 19
                                    

Dalam perjalanan pulang, aku masih sibuk memikirkan apa yang dikatakan Jaehyun ketika di kantin. Apa itu maksudnya dia tidak ingin kehilangan aku? Yah, harus aku akui apa yang diucapkan Jaehyun itu membuat hatiku berdegup tidak wajar ketika mendengarnya.

"Kenapa senyum-senyum sendiri? udah berhasil bikin Jaehyun putus sama pacarnya?" seseorang tiba-tiba mengatakan hal itu tepat di samping telingaku.

Aku memundurkan tubuh, refleks menjauh dari sosok itu karena terkejut. Disana Kak Doyoung tengah duduk di jok sepedanya sambil menyungingkan senyum lebarnya padaku.

"Kak Doy! Kalo ngomong yang bener dong. Kalo ada yang denger gimana?" kataku sambil menoleh kesana kemari, mencoba memastikan tidak ada yang mendengar ucapan Kak Doyoung.

"Wkwk.. ya maap. Lagian tumben banget senyum malu-malu meong kaya gitu. Siapa tau yang gue bilang tadi bener."

Aku berdecak mendengarnya, kak Doyoung kemudian menepuk jok belakang sepedanya. Mengajakku untuk naik, "Yuk, gue anter pulang."

Menurut, aku lekas duduk di jok belakang. Kemudian memukul punggungnya pelan, "Berangkat!" aku berseru. Mendengarnya Kak Doyoung tertawa, kemudian mulai mengayuh sepeda barunya.

"Ceria banget deh, kayaknya bener ya udah berhasil bikin Jaehyun put-" belum berhasil menyelesaikan kalimatnya aku mencubit pinggangnya. Kak Doyoung memekik, lalu  melanjutkan tawanya.

Kami melewati beberapa siswa yang juga baru keluar dari sekolah. Dan kebetulan sekali Gina dan Airin yang tengah menunggu jemputan mereka melihatku dan sosok Kak Doyoung yang tengah berboncengan.

Mereka memanggil namaku, kak Doyoung yang juga mendengar panggilan itu berinisiatif untuk menepi agar aku bisa menemui keduanya.

Gina dan Airin dengan tidak sabar menarik-narik tanganku untuk segera turun. Lalu berbisik, menanyai siapa sosok yang memboncengiku dengan sepedanya itu.

"Pacar elo ya?" Airin menebak, tentu saja aku langsung mengelak.

kepalaku menggeleng, "Bukan"

Gina yang berdiri di samping Airin menyenggol bahunya, "Yakali, Dita kan sukanya sama Jaehyun."

Untuk pernyataan dari Gina aku juga mencoba menyangkalnya, meskipun merasa sedikit ragu ketika mengatakannya.

"Nggak usah bisik-bisik dong, kesannya gue kaya lagi digibahin nih." Kak Doyoung menyeletuk. Menarik perhatian kedua temanku itu,

Tidak ingin repot, aku menarik keduanya mendekat ke arah Kak Doyoung. "Ini Tetangga gue, namanya Kak Doyoung. Kak Doyoung, ini temen sekelas gue. Yang rambutnya diiket ini Gina, yang pake jepit rambut bentuk hati itu Airin." kataku yang kini memperkenalkan mereka.

Mereka bertiga lantas bersalaman, Kak Doyoung kembali menunjukkan senyumannya untuk yang sekian kali sambil sesekali mengatakan 'Halo, salam kenal' dengan nada bicaranya yang memang terdengar sangat ramah.

Selang beberapa menit setelah perkenalan itu mobil jemputan milik Airin datang, Keduanya yang memang biasa berangkat-pulang bersama berpamitan setelah bertukar nomor dengan Sosok Kak Doyoung.

"Awas ya Kak, kalo chatting jangan sambil digombalin." aku memperingatkan Kak Doyoung.

Tapi Kak Doyoung yang mendengar peringatanku itu malah terlihat sengaja untuk menggodaku. "Gue nggak jago ngegombal, Dit. Gue jagonya nyeriusin." katanya.

Aku menggeleng sambil tertawa, lalu kembali naik ke jok belakang sepedanya. "Tapi setelah ngedenger kata-kata lo barusan, gue kok malah tambah nggak yakin, ya?"

Dia kembali menjawab perkataanku dengan suara tawanya, tidak lagi mengelak dengan kata-kata. Mungkin sudah mengaku kalah, atau mungkin tidak memiliki mood untuk melanjutkan pembicaraan mengenai seberapa hebatnya dia ketika menggombal.

"Denger-denger besok ada acara di sekolah elo. Gue dateng ya?" ucapnya.

"He'em. Dateng aja, acaranya dibuka untuk umum kok. Lo nggak butuh ijin gue buat dateng kali."

"Yah tau aja elo bakalan ngelarang. Mungkin bakalan takut kalo nanti banyak temen lo yang kepincut sama kegantengan gue."

Aku mendengus, "Lah, Kenapa juga gue harus takut?"

Bahu Kak Doyoung terangkat, "Siapa tau nanti lo ngerasa kehilangan, kaya kasusnya Jaehyun."

Mataku bergerak untuk melihat wajah kak Doyoung meski yang hanya terlihat bagian sampingnya, aku penasaran ekspresi apa yang ditunjukkannya ketika mengatakan hal itu. Namun sayang, aku tidak menemukan ekspresi apapun. Wajahnya datar, dan aku tidak bisa membaca apa yang dipikirkannya dengan ekspresi itu.

Sementara itu sesuatu di saku rok miliku bergetar, sebuah notifikasi pesan masuk kedalam handphone ku. Dan mengejutkannya, itu dikirim oleh Mama.

Mama ku.

.

.

.

Tbc
---
Sebelumnya maap kalo ceritanya tambah ngelantur. Kesini-sini gua sadar ternyata nulis ff nggak segampang pikiran gua dulu njirr, jadi salut ama penulis-penulis yang bisa namatin ceritanya.

Yah pokoknya enjoy, gua berusaha sebaik mungkin buat nulis ff ini sampe tamat
Maap kalo ff ini masih banyak kekurangan.

Oke sekian cuap-cuap tak berfaedah gua, sampai ketemu di next chapter
:")
---

bonus :

Gina

Airin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Airin

Airin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✔] BF ▪Jaehyun▪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang