Bab 0

86.7K 5.3K 140
                                    

Revised.

Good guy don't cheat and she never dated a cheaters. Never.

Adara terpaksa memoles lipstik di kamar mandi karena malas mendengar ghibahan cewek-cewek di kantor tentang berita kandasnya hubungan dia dan Althaf. Memang masih panas-panasnya. Mempunyai paasangan di kantor yang sama memang menyebalkan, apalagi jika ada ada drama putus seperti ini. Semua orang tampak mengurusi percintaannya.

"Ya iyalah Althaf selingkuh sama Je, Adara jadi sugar babynya Pak Adna!" Selain maraknya isu perselingkuhan Althaf dengan Je -pacar barunya yang satu kantor dengan mereka juga-, ada isu tandingan yang tak kalah hot, Adara menjadi simpanan Pak Adna, salah satu pendiri perusahaan ini.

Hell! Adara masih bisa mendengar itu semua dengan gamblang. Siapa sih perempuan-perempuan yang berani membicarakan dia dibelakang seperti ini? Baiklah, dia memang harus mengakui bahwa dia memang sesering itu dibicarakan akhir-akhir ini bahkan lebih sering dari Tya yang dilabrak istri klien karena berselingkuh dengan suaminya dua minggu yang lalu.

"Lihat aja makin hari lipstiknya makin menor."

Damn. Sebanyak itukah orang yang tidak menyukainya?

Matanya langsung menatap Christian Dior Rogue ditangan kanannya yang baru dibeli tiga hari yang lalu -lipstik yang mereka bicarakan, tentu saja bukan hasil flash sale. Lagipula bonus bulanan Adara akan menangis apabila dia membeli barang flash sale. Warna burgundy ini pas di kulitnya yang putih, membuat aura intimidasi dari wajahnya yang memang sudah jutek semakin menguat. Adara suka menjadi dominan.

Bukannya menggebrak pintu toilet ini, Adara memilih untuk diam ditempatnya. Dia tidak ingin mencari ribut karena putusnya dia dan Althaf membuat banyak orang tidak menyukainya muncul. Apalagi dukungan Althaf dan Je -yang katanya berselingkuh semakin marak, membuat dia berhasil mencapai kesimpulan bahwa dia memang tidak sukai oleh orang-orang di kantor ini.

Masalahnya, hubungan dia dan Althaf memang sudah kandas beberapa bulan yang lalu. Althaf tidak mau menikahinya, sedangkan dia sedang sangat ingin dinikahi. Sesaat setelah putus Althaf malah jadian dengan Je, yang memang mengincar Althaf dari zaman mereka pacaran. Adara bukannya tidak tahu, tapi tidak peduli.

Ia sudah lelah hidup sendiri dan berpikir tak lagi memiliki apapun untuk dicari. Dia hanya ingin merasakan pernikahan. Sebentarpun tidak masalah, yang penting dia tahu bagaimana rasanya ketika ada orang lain ada di dalam rumahnya. Dan Althaf tidak mampu memberikan itu.

Adara sudah muak dan juga lelah. Rasanya energinya terkuras habis hanya karena mendengar orang-orang membicarakannya dibelakang terus-terusan. Padahal kasus suap yang dia tangani hari ini seharusnya lebih membuatnya sakit kepala.

Apakah dia harus mengganti haluan karir?

Bak pengecut, setelah orang-orang itu pergi dari toilet lantai 14 ini, Adara baru memberanikan diri keluar dari bilik. Dia menatap lama dirinya yang sukses menjadi pecundang hari ini, dipantulkan dengan cantik oleh cermin lebar didepannya. Disana berdiri seorang perempuan dengan blazer hitam, rambut kecoklatan -sedikit bergelombang, mata tajam dengan bulu mata lentik dan warna lipstik gelap.

Sialan! Lagi-lagi hanya rutukan yang dapat membuat energi negatif di dalam dirinya keluar.

Dan tepat saat itu, ponselnya berbunyi, deretan nomor tak dikenal menghubunginya. Dengan gerakan terburu-buru, dia mengangkat telepon itu. Adara tidak pernah mengabaikan nomor tidak dikenal, alasannya karena bisa saja itu dari klien penting dengan nomor yang belum ia simpan.

"Halo, selamat siang?"

Hening beberapa saat, sampai suara yang teringat samar di kepalanya terdengar, "benar ini nomor Adara?"

Terusik | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang