Bab 30 (Final)

77K 4.6K 512
                                        

"Mengadili ... satu, mengabulkan gugatan penggugat. Dua, menjatuhkan talak satu kepada tergugat...."

Telah berakhir.

Adara menghembuskan napasnya lega. Wajah pucatnya menatap wajah Sakti yang terdiam di sebelahnya. Setelah sidang mereka selesai, Adara datang menemui Sakti.

"Terima kasih, Sakti."

Sakti hanya tersenyum tipis, kemudian merengkuh tubuh Adara erat. Adara hanya bisa mengusap perlahan punggung Sakti dan tersenyum pilu kepada dua orangtua Sakti.

"Kamu ... bisa menikah dengan siapapun yang kamu sukai mulai hari ini. Kamu ... juga bisa melanjutkan hubungan dengan Dianza. Terima kasih sudah melepaskanku."

"Aku masih bisa kembali sama kamu kapanpun itu," mengais hatinya yang telah hancur berantakan saat ini, Sakti mencoba kuat.

Adara tersenyum pelan. "Oke." Dia kembali menatap Sakti. "Tapi aku boleh penasaran dengan sesuatu?"

"Apa?"

"Kamu dan Dianza.. pernah tidur bersama?"

Sakti tersenyum pelan, "She is pretty tapi setiap melihat dia sebenarnya aku memikirkan kamu. Kejadian paling mengejutkan hanya di pantry."

"Oh. Kamu nggak pernah bilang itu selama ini?"

"Apa perasaan kamu masih hilang?"

Adara hanya diam.

"Obati itu, Ra. Pulihlah dahulu. Suatu hari aku akan menerobos lagi dengan mengajukan perjanjian lain."

"Perjanjian apa?"

"Perjanjian untuk membahagiakanmu."

Not all losses are a loss. Sometimes, it set you free. And it's better than holding onto something that hurts you.

***

Lima tahun kemudian.

"Sinara, cepat habiskan makannya, Sayang."

"Yes Mam," jawab Sinara dengan mulutnya yang tengah belepotan memakan ayam tepung dengan saos tomat. Mereka berdua tengah ada di Bandara menunggu kepulangan Sakti dari Jerman.

Lima tahun telah berlalu, perusahaan Sakti dipindahtangankan kepada perusahaan Multinasional yang lebih mumpuni dengan CEO dan jajaran operasional baru. Perusahaannya dianggap cukup potensial untuk menghidupi banyak orang tentu saja dengan Sakti atu Trian sebagai Komisaris Utamanya.

Pemindahtanganan perusahaan menjadi alasan bagi Sakti untuk kembali ke Jerman. Memulai hidup baru katanya-dengan intensitas kepulangannya empat bulan sekali, hanya untuk memastikan Sinara tidak akan melupakannya.

Adara menerima telepon video dari Sakti dengan cepat.

"Papaaaa dimanaaa?"

"Nunggu bagasi sayang? Itu kenapa bibirnya merah-merah."

"Makan saos tomat!"

"Enak?"

"Enak."

Adara tersenyum melihat itu dan mengusap tisu ke mulut Sinara. Gadis cantik itu tumbuh dengan baik -menjadi satu-satunya alasan Adara untuk tetap bertahan hingga detik ini. Juga menyesali bahwa dia pernah berniat untuk menggugurkannya. Sinara sibuk menceritakan kesehariannya dengan Sakti sedangkan Adara tetap melanjutkan makannya.

"Ma, mau pipis." Ujar Sinara mengusap perut kecilnya. Adara dengan sigap memasukkan tabletnya dan mengambil ponsel Sinara,

"Papa, Sinara pipis dulu ya. Nanti langsung ketemu di pintu kedatangan."

Terusik | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang