Bab 27

33K 3.9K 408
                                    



"Bagaimana ibu?" tanya Adara ketika dia baru sampai di rumah.

"Opname." Jawab Sakti singkat. "Tapi ibu belum mau bertemu kita berdua."

"Bertemu aku atau kamu?" tanya Adara lagi.

"Kita berdua."

Adara memilih membungkam mulutnya. Dia segera melalui Sakti dan masuk ke dalam kamarnya untuk bebersih. Sebelum itu, Adara menyerahkan kepada Sakti surat pemberitahuan perkara yang harus dihadiri Sakti atau ayah mertuanya.

"Kamu akan disana juga kan?" tanya Sakti sebelum Adara masuk ke dalam kamar.

"Iya." balas Adara singkat.

Adara menatap canggung Sakti yang masih mengerjakan pekerjaannya. Lama dia meninggalkan laki-laki itu untuk mandi dan berganti pakaian. Saat dia keluar kamar, Sakti masih ada ditempatnya. Dia terdiam pelan dan memutar kunci mobilnya. Sesaat pikiran itu datang namun segera ditepisnya. Adara mengambil tas dan berjalan begitu saja.

"Mau kemana, Ra?" tanya Sakti mengalihkan pandangannya dari laptop.

Adara terdiam pelan dan menggelengkan kepala, "Cari angin."

"Kemana?"

Adara menatap ke arah lain. "Cuma mau mutar-mutar aja."

"Aku boleh ikut?"

Adara mengerinyitkan dahi dan menggelengkan kepala. Dia menatap Sakti datar sebelum akhirnya berjalan keluar rumah dan masuk ke dalam mobilnya. Saat dia mengenakan sabuk pengaman, Sakti juga sudah masuk ke dalam mobilnya dan melakukan hal yang sama.

"Sakti!"

Sakti menatap Adara datar, "Aku juga mau cari angin, Ra." Membuat Adara menghela napas dalam menggelengkan kepalanya.

"Turun!"

Sakti hanya diam di tempatnya, merebahkan kursinya dan memejamkan matanya. Melihat itu semua Adara hanya bisa menghela napas dalam dan melirik jam tangannya. Sial, dia sudah hampir terlambat!

Saat dia melajukan mobil, Sakti membuka mata dan mengembalikan posisi seperti semula. Bibirnya tersenyum tipis saat Adara tidak menolaknya untuk kali ini, setidaknya inilah hal-hal yang bisa dia lakukan untuk mendapatkan Adara kembali.

Karena seharian ini, Sakti sudah menyusun strategi untuk mengembalikan hubungannya dengan Adara. Sekalipun Adara tidak bisa memaafkannya, sekalipun Adara tidak bisa lagi bersamanya. Sakti hanya akan melakukan ini semua.

Lamunan Sakti terpecah saat Adara masuk ke dalam Rumah Sakit Ibu dan Anak yang dekat dengan rumah mereka. Dia menatap Adara tidak percaya saat Adara sudah memarkir mobilnya di rumah sakit tersebut.

Adara menundukkan badan untuk membuka dashboard mobil, mencari kartu keanggotaannya. Ini jadwal bulanannya bersama Dokter Risha.

"Ra?"

Adara tidak menanggapi Sakti dan memilih turun dari mobil. Sakti hanya bisa mengikuti Adara, berjalan di belakang perempuan itu. Hatinya berdebar saat masuk ke dalam rumah sakit ini.

Sesaat setelah Adara duduk menunggu gilirannya, dia menatap wajah Adara yang berkali-kali memandangi perutnya.

Adara tidak lagi membenci bayinya.

***

Jantung Sakti melemas saat melihat Adara menyingkap bajunya dan Sakti bisa melihat dengan jelas perut Adara yang sedikit membuncit -dia tahu betul perut Adara selama ini datar. Dokter Risha yang menangani Adara tersenyum tipis pada Sakti sedangkan Sakti hanya terdiam di sebelah Adara.

Terusik | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang