Awal menjadi Pengantin rahasia

323 18 1
                                    

Part 5
Pov Zul.

Malam pengantin ini terasa begitu sunyi. Hampa. Setiap dentingan jarum jam kulewati dengan perasaan yang tak bisa terdeskripsikan. Aku sendiri rasanya sulit untuk tidur. Meski sudah berusaha agar mata ini segera pergi berlelap, namun lagi-lagi ia menentang untuk membuka katupnya. Entah dengan perasaan wanita yang kini sedang tidur membelakangiku. Malam ini benar-benar terusik oleh berjuta pertanyaan yang menggelayut di fikiran. Sampai aku sendiri tak tau kapan akhirnya bisa terlelap tidur.

Pagi itu, selesai sarapan Pak Rudi mengajak aku dan Bu Karina duduk-duduk di teras Hotel sambil menikmati secangkir teh hangat.
Ya, kami menggelar pernikahan di sebuah hotel sederhana yang jauh dari keramaian kota. Aku sendiri hanya manut saja dengan rencana pernikahan ini. Mau digelar dimana lah, mau seperti apalah nanti acaranya, sungguh aku tak peduli. Yang saat ini aku pedulikan hanyalah Hilya. Entah bagaimana perasaannya nanti jika dia tau tentang pernikahanku yang sungguh diluar dugaan.

"Papih senang melihat kalian akhirnya bisa bersatu" Kata Pak Rudi sambil menyeruput teh hangatnya yg masih mengepulkan asap tipis. Terlempar senyum manis dari bibirnya. Kumis tebal yang tercukur rapi membuat wibawa sebagai seorang bapaknya kian terlihat.

Aku dan Bu Karina duduk bersebelahan, meski kursi kami terpisah. Mendengar mertuaku bicara seperti itu, aku tersenyum meski sedikit dipaksakan, tak ingin banyak berkomentar. Terlebih wanita yg ada disebelahku ini, ia hanya diam sambil sesekali menyeruput teh nya.

"Ini, ada sedikit hadiah dari papih. Semoga kalian bisa bersenang-senang" Ia mengulurkan dua buah kertas kecil persegi panjang. Disana tertera tulisan 'liburan Pantai Kuta Bali'. Ternyata itu sebuah voucher liburan untuk kami berbulan madu. Aku menerimanya sambil mengucapkan terima kasih.

"Tiga hari lagi papih akan berkunjung ke Turki, makanya kenapa papih ingin agar pernikahan kalian segera digelar, ya ini, papih akan meninggalkan anak cantik papih lebih lama dari kemarin." Matanya melirik bu Karina yang masih terdiam seperti tadi.

"Setidaknya papih tidak merasa khawatir lagi, karena sekarang kamu sudah punya suami" Tutupnya.

"Berapa lama papih disana?" Tanya putrinya itu.

"Sekitar dua bulan, bisa jadi lebih" Jawabnya

Ya, mertuaku memang orang sibuk. Tugasnya mengunjungi klien-klien nya yang berada di luar negri. Aku tak bisa membayangkan betapa kesepiannya istriku ini. Ia hanya tinggal bersama seorang asisten rumah tangga selama ditinggal pergi ayahnya. Tentu aku tau semua itu dari Pak Rudi.

"Papih harus pulang, siang ini ada rapat evaluasi kerja di kantor" Katanya sambil melihat arloji silver di lengan kirinya.

"Papa do'akan, semoga kalian bahagia selalu" Ia beranjak dari kursi lalu mencium kepala putri semata wayangnya itu dengan lembut.

"Zul, tolong jaga istrimu baik-baik ya" Ucapnya seraya berpamitan.

Mendengar kalimat itu seakan-akan ada tugas berat yang harus ku tanggung. Ia menuju ke parkiran hotel dan menaiki mobil sedan hitamnya. Melaju perlahan seraya membunyikan klakson, kamipun melambaikan tangan.

****

Sepuluh menit berlalu tanpa suara. Kami larut dalam fikiran masing-masing. Sampai akhirnya ia pun membuka percakapan.

"Kamu masih ingat kan kata-kata saya semalam?"

Aku menoleh. Kuingat-ingat kembali kata-katanya semalam sebelum akhirnya terlelap tidur.

"Ya" Jawabku singkat.

"Aku ingin kamu bisa melakukannya" Pandangannya kini lurus ke depan.

"Tapi maaf sebelumnya jika saya lancang bertanya, apa yang menjadi pertimbangan Bu Karina hingga menyatakan hal seperti itu? Jujur, sampai saat ini saya masih belum mengerti." Ungkapku dengan nada yang sebiasa mungkin.

Pengantin RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang