Zul Sakit Hati

368 20 0
                                    

Dari jarak yang agak jauh Zul membuntuti kemana pun mobil itu melaju. Hingga pada akhirnya ia melihat mobil itu berbelok ke sebuah parkiran yang agak luas. Segera ia menarik gas untuk melihatnya dari dekat. Tetiba matanya menangkap sebuah nama pada bangunan itu ‘Sahhara Club’. Sontak ia tercengang. Bukannya ini sebuah club malam? Mau apa mereka datang ke tempat ini?

Hatinya bergejolak. Ingin rasanya ia turun dan menarik paksa Karina pulang. Namun ia masih sanggup menahan emosinya. Dilihatnya David dan Karina turun dari mobil, wanita itu tampak ragu untuk memasuki tempat itu. Tak lama David menarik tangan Karina dengan sedikit memaksa. Mereka pun akhirnya masuk ke dalam.

Sial! Sekarang ia bingung harus berbuat apa. Kakinya tak ingin menginjak tempat hina itu, namun disisi lain hatinya memaksa langkahnya untuk terus membuntutinya hingga selesai. Rasa penasaran yang tinggi kini telah menyelimuti fikirannya. Langsung saja ia turun dari motor dan bergegas menyelinap masuk.

Disana, terdengar alunan musik breakbeat dari seorang DJ yang serasa memekakkan telinga. Jarinya sesekali menutup lubang telinganya yang terasa penuh. Sinar lampu disko yang berwarna warni menghiasi kegelapan ruangan, namun baginya begitu sangat mengganggu pupil matanya.

Perlahan ia menelusup masuk ke kerumunan orang-orang yang tengah bergoyang menikmati suasana clubbing yang menggairahkan. Ia menghela nafas, tak nyaman rasanya berada ditempat durjana seperti ini. Matanya melihat-lihat ke sekeliling, mencari dimana keberadaan Karina dan David.

Tak lama, netranya menangkap seorang pria berjambang yang tengah duduk disofa, dilihatnya Karina juga ada disana, duduk tepat disampingnya dengan kaku. Zul merapatkan tubuhnya ke sebuah dinding untuk mengintip. Terlihat Karina mengedarkan pandangannya dengan raut wajah yang gelisah. Namun pria itu terlihat santai tak kaku sama sekali. Sebelah tangannya bergerak ke sofa belakang Karina. Seakan-akan ia tengah merangkulnya. Melihat itu, Zul berharap istrinya segera beranjak pergi dari situ.

David meraih minuman yang disodorkan waitress di nampan, lalu ia meminumnya. Tak lama ia memaksa Karina untuk meminum minuman tersebut, entah minuman apa itu. Warnanya kuning terang dan sedikit berbuih, seperti minuman beralkohol. Karina menolak, ia menggeser duduknya menjauh dari David. Zul merasa tak tenang dibuatnya, ia melihat-lihat ke sekeliling, mengambil ancang-ancang untuk segera bertindak.

Namun tetiba hatinya merasakan gemuruh panas yang membuncah kala melihat pria itu berusaha mencium Karina. Wanita itu terlihat mengelak dan berusaha menghindar. Kedua tangan Zul mengepal, rahangnya terlihat mengeras, emosinya sudah naik sampai ke ubun-ubun, segera ia keluar dari persembunyiannya dengan langkah cepat menuju pria bajingan itu.

BUG !!

Satu tonjokan keras, berhasil mendarat dipipinya yang berjambang. Pria itu tersungkur ke lantai, ia terkejut bukan main dengan kehadiran Zul yang secara tiba-tiba. Orang-orang yang berada disekitarnya berteriak kaget. Namun Zul tak peduli dengan mereka yang menyaksikan aksinya itu.

“Zul??,” Karina terbelalak. Ia pun sama tak kalah kagetnya.

Dengan sigap pria yang tengah emosi itu meraih kerah baju David, tatapannya tajam seakan-akan ia siap menelan pria itu bulat-bulat.

“Jangan pernah sekali-kali lu gangguin istri orang,” suara Zul terdengar menekan.

“Kalau lu mau tau siapa suaminya? Gue. Gue orangnya!,” Tangannya mendorong pria itu kasar hingga terjengkang jatuh ke lantai.

Zul melirik tajam ke arah Karina, kemudian pergi keluar meninggalkan tempat itu.

“Zul tunggu!!,” Karina berlari mengejar Zul hingga parkiran, lalu menarik lengan pria itu, jaketnya sedikit tersingkap karena tarikannya.

“Zul, tolong dengerin aku dulu. Ini gak seperti yang kamu liat barusan. Aku mohon jangan marah,” Karina memohon dengan sangat.

Zul masih diam tanpa menoleh sedikitpun pada Karina, nafasnya tersengal-sengal.
“Aku gak tau dia bakal bawa aku kesini. Aku dijebak Zul... Demi Allah aku gak bohong,” Karina mulai menangis.

“Kenapa kamu gak lari dari dia?,” Tanya Zul menahan emosi.

“Aku takut Zul, aku gak berani...,” jawab Karina seraya menunduk.

“Sudah berapa kali aku bilang, izin, izin, izin!! Kamu nganggap aku apa sih Karina?? Apakah sulit hanya untuk sekedar menelfon dan meminta izin, hah??! Aku bener-bener kecewa sama kamu!.”

“Maafin aku Zul, aku bener-bener minta maaf.... sebelumnya dia bilang kalau Davina adiknya itu sakit parah, masuk ICU. Ia memintaku untuk menemui adiknya untuk yang terakhir kali. Dia sahabatku sewaktu kuliah, dan aku gak fikir panjang untuk itu...,” Karina mencoba menjelaskan, berharap Zul mengerti.

“Gak peduli apa alasanmu. Ini semua akibat keegoisanmu selama ini! Jadinya banyak hati yang terus berharap karena status kita yang tak jelas!,” 

“Zul aku minta maaf, aku ngaku salah.. Beri aku kesempatan untuk merubah semuanya, aku mohon...,” ucap Karina terisak, ia masih memegang lengan keras Zul.

“Dengar Karina, aku sadar, aku memang bukan orang kaya seperti dia! Aku hanya anak kampung yang berharap sukses dimasa mendatang! Aku hanya seorang guru les, seorang pebisnis yang baru merintis. Akupun hanya seorang mahasiswa yang belum mendapatkan gelar! Juga tak sepintar kau! Tapi disini aku punya hati, sama sepertimu. Yang bisa sakit jika dikhianati dan bisa marah jika terus disakiti!,” matanya memerah menahan amarah.

“Karina, jika kau tak bisa menghargaiku sebagai suamimu, setidaknya hargai pernikahan ini! Dan satu lagi, bisa jadi ini kata-kataku yang terakhir. Tolong, akhiri semua sandiwara busukmu ini! Aku sudah lelah Karina, aku capek!,”

Zul menepis tangan Karina kasar. Lalu berjalan cepat menuju motornya. Ia tak memperdulikan wanita itu yang terus memanggil namanya. Ia juga tak peduli telah meninggalkan istrinya sendirian disana. Hatinya sudah membeku, efek luka sayatan dihatinya yang terasa bertubi-tubi. Ia melajukan motornya kencang. Meninggalkan Karina yang duduk tersungkur sambil menangis tersedu.

****

Zul menepikan motornya di sebuah gang kecil yang sepi. Di kegelapan malam yang hanya tersorot lampu jalanan. Zul duduk di atas motornya, ia menunduk, kedua tangannya meremas rambutnya kasar, mencoba menenangkan hati dan fikirannya yang tengah berkalut benci. Tak terasa buliran air bening menggenang di pelupuk matanya. Ternyata ada yang lebih menyakitkan dari saat melepas cinta pertamanya.

Lama ia merenung, memikirkan nasib hatinya yang terasa kacau balau. Selama ini ia telah berusaha sabar menghadapi sikap Karina yang terlihat egois dan tak dewasa, namun untuk kali ini istrinya itu benar-benar keterlaluan. Dirinya merasa tak dianggap, hingga wanita itu melakukan hal yang tak sepantasnya ia lakukan.

Tak lama, terdengar sayup-sayup suara seseorang yang berteriak meminta tolong. Ia memokuskan kembali pendengarannya, ternyata benar ada seseorang yang sedang membutuhkan pertolongan. Seperti suara jeritan kesedihan yang mendalam. Ia bergegas mencari dimana arah suara itu berada.

Pengantin RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang