Karina Keguguran

503 21 0
                                    

Selama dua hari setelah kejadian di Club malam itu, Zul memilih untuk diam dikostannya saja. Rasanya masih enggan untuk menemui istrinya sendiri. Ya, baru kali ini ia merasakan kecewa yang membuatnya marah berhari-hari. Biasanya ia mudah menepis sifat godhob nya itu. Meski hatinya berdalih, semua ia lakukan semata-mata untuk memberikan Karina pelajaran.

Ia meraih gawai di atas meja, lalu mengaktifkannya. Sudah dua hari ini ia menon-aktifkan ponselnya itu. Malas saja jika banyak telfon atau pesan yang masuk, secara dirinya sedang tak ingin diganggu. Benar saja, tak lama suara dentingan notifikasi yang masuk begitu ramai.

Ada sekitar lima ratus pesan WA yang masuk, termasuk dari beberapa grup yang ia ikuti. Serta notif panggilan telfon yang tak terjawab. Ia bingung harus mulai membaca pesannya darimana. Saat sedang membaca beberapa pesan, tiba-tiba ada satu panggilan masuk dari nomor baru. Siapa ini? Dengan malas, ia mengangkat telfonnya.

“Hallo Tuan, tuan lagi dimana?,”

Ternyata itu Bik Sari, entah memakai nomor siapa dia.

“Hmmm...saya lagi diluar Bik. Ada apa?,”

“Non Karina tuan, Non Karina....,” suaranya terdengar panik.

“Kenapa?,”

“Non Karina pendarahan.. Sekarang lagi di Rumah Sakit. Ini kondisinya melemah tuan hu..hu...,” terdengar tangisan dari wanita paruh baya itu ,”sekarang cepetan susul kesini ya Tuan, bibik khawatir...,”

Bagai tersambar petir disiang bolong, ia kaget bukan main. Setelah Bik Sari memberitahukan di rumah sakit mana Karina ditangani, segera ia bergegas pergi.

*****

Di sepanjang perjalanan, fikirannya rancu. Segala pertanyaan menyelimuti ruang benaknya. Hatinya tak tenang, berharap semoga Karina baik-baik saja. Kurang lebih dua puluh menit, ia telah sampai di tujuan. Dengan setengah berlari ia mencari ruangan tempat Karina ditangani. Disana telah berdiri Bik Sari dan Pak Amir yang tengah menunggu diluar ruangan. Wajah mereka menyiratkan kepanikan. Zul menghampirinya.

“Bik, gimana kabar Karina?,” tanya Zul tanpa basa-basi.

“Itu lagi di USG dulu,” jawab Bik Sari pelan.

“Tadi saat kejadian gimana?,” tanya Zul penasaran.

“Tadi siang sepulang menemui David, non Karina tiba-tiba ngerasain sakit dibagian bawah perutnya, Tuan. Dia bilang sakit banget ampe dia gak bisa bangun. Udah gitu ada darah yang keluar. Buru-buru kita bawa kesini,” ujar Bik Sari dengan penuh khawatir.

“Astagfirullahal’adziim.. Maaf bik, tadi apa? Menemui David?,”

“Iya.. Katanya mau ada hal penting yang dibicarain, tapi gak ngasih tau bibik mau ngomongin apa...,”

Zul menghela nafas, alisnya sedikit mengerut. Ia sedang memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.

Tak lama, dokter kandungan yang menangani Karina mempersilahkan salah satu anggota keluarganya masuk. Zul sempat melirik sekilas ke arah Karina yang tengah terbaring lemas di atas ranjang.

“Silahkan duduk Pak,” suruh seorang dokter pria padanya.

Ia duduk berhadapan di meja sang dokter.

“Bagaimana kondisi istri saya Dok?,” tanya Zul khawatir.

“Alhamdulillah keadaannya baik. Dari hasil USG menunjukkan bahwa bu Karina mengalami keguguran...” ucap Dokter itu pelan, raut wajahnya terlihat iba.

“Ke-keguguran??,” Zul menohok kaget.

“Iya, usia kandungannya sudah memasuki empat minggu. Dilihat dari kondisi fisik Bu Karina memang sedang tidak baik saat ini, bisa jadi karena faktor kelelahan atau stress yang berlebihan itu bisa jadi pemicunya. Namun karena rahimnya sudah bersih, jadi tidak perlu tindakan kuretasi.” Sambungnya lagi.

Zul menunduk, bagai dihantam godam besi panas, hatinya merasakan sakit yang teramat. Seketika raganya terasa lemas, badannya serasa tak bertulang, lidahnya pun kelu tak mampu berucap sepatah katapun. Ya, ia kaget luar biasa.

“Nanti akan kita beri obat, dan usahakan istri anda jangan terlalu banyak aktifitas dulu, bedrest saja dalam beberapa hari kedepan hingga kondisinya berangsur pulih,” saran sang dokter sebagai penutup pembicaraan.

Zul mengangguk pelan. Kemudian ia beranjak menghampiri Karina yang terbaring lemas di atas ranjang yang sempit. Terlihat tangan kirinya ditusuk jarum infusan. Zul mulai berkaca-kaca. Tak tega rasanya melihat wanita yang ia cintai harus merasakan nasib pahit seperti ini.

Pengantin RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang