Rasa Yang Tak Biasa

443 18 0
                                    

Setelah bersantai sebentar, mereka bertiga beranjak untuk kembali ke kelasnya. Namun ketiganya berpisah saat di halaman kampus. Zul beringsut untuk membeli dulu jajanan, sementara Agung dan Egi masuk kelas duluan.

Di tempat berbeda.
Karina tengah berada diruang kantornya. Ting! Terdengar notifikasi satu pesan masuk ke aplikasi WA. Ia meraih ponsel yang tergeletak dimeja kerjanya seraya membuka pesan.

[Sayang....tolong aku...]

Karina sedikit tercengang. Ternyata itu pesan dari David. Ia beranjak berdiri lalu berjalan pelan ke arah depan mejanya. Hatinya terus menerka-nerka ada apa dengan pria itu? Antara penasaran dan masa bodoh bercampur jadi satu. Beberapa menit netranya terus menatap layar ponsel, ia merasa bingung, ingin membalas namun juga malas.

Tiba-tiba, ia merasakan ada tangan yang melingkar ke perutnya. Hal itu membuatnya tersentak kaget. Refleks ia menoleh ke belakang.

“Zul??,” ucapnya. Segera ia menengok ke arah pintu. Fyuh...tertutup.

“Lagi ngapain sih? Serius amat? Ampe gak sadar suaminya dateng,” Ucap Zul.

Tangannya masih setia memeluk Karina.  Segera Karina memasukkan ponselnya itu ke saku rompinya.

“Kamu ngapain kesini?,” tanya Karina.

“Kenapa emang? Gak boleh?,”

“Lain kali ketuk pintu dulu kalau mau masuk,” suruhnya.

“Tadi udah aku ketuk. Tapi kamunya gak jawab. Ya udah aku masuk aja. Oya, pulang nya mau kemana?,”

“Hmm...ke GPI kayaknya,” ucapnya sedikit ragu.

“Yaah...gagal dong...,”

Karina menyipitkan mata, “maksudnya?,”

“Lanjutin yang semalem yuk,” ujar Zul seraya mengedipkan sebelah matanya.

Karina terbelalak. Ada rasa malu mendengar ucapan Zul barusan. Seketika ia jadi salah tingkah.

“ih... Ganjen,” tukasnya seraya mencubit perut Zul.

“Aww...,” teriak Zul Pelan.

“Emang kamu mau ke kostan?,” tanya Karina.

“Iya, mau lanjutin tugas kemaren, soalnya belum beres semua. Rencananya entar malem si Kribo ama si China juga mau dateng. Bisa jadi mereka nginep,” jawab Zul.

Karina menghela nafas lega. Untunglah...ya, Sebenarnya ia masih malu jika harus bertemu apalagi berduaan dengan Zul. Entah mengapa jantungnya selalu berdegup kencang kala melihat pria itu, terutama saat melihat senyumannya. Terasa menggetarkan. Kini Karina merasakan ada yang aneh pada hatinya sendiri.

“Oya udah makan belum?,” tanya Zul.

Karina menggeleng.

“Ini, aku bawain makanan kesukaan kamu,”

Zul mengambil sebuah kresek di atas meja, yang sebelumnya ia simpan dulu disana. Sekotak Lumpia Basah kesukaan Karina.

Ia tercengang kemudian tertawa kecil.

“Kok tahu aku suka ini?,” tanyanya seraya mengambil bungkusan itu dari tangan Zul.

“Tau lah,”

Ya, dari siapa lagi kalau bukan si Kribo yang sering menceritakannya. Sedikitnya ia tahu tentang Karina dari temannya yang satu ini. Secara, ia salah satu fans berat istrinya itu.

“Makasih ya...,”

Zul mengangguk tersenyum. Lagi-lagi senyumannya itu membuat jantung Karina bertambah cepat volumenya.

Tak lama, terdengar suara pintu diketuk oleh seseorang dari luar. Karina tampak gugup.

“Aduh Zul, cepetan kamu keluar, ada orang dateng,” ucapnya.

Bukannya beringsut keluar, Zul malah mengetuk pipinya dua kali oleh jari telunjuknya, Sebagai kode pada Karina. Karina pun terbelalak. Wajahnya seketika berubah merona. Ya, entah mengapa Zul suka sekali melihat ekspresi istrinya yang seperti itu.

“Ih, sempet-sempetnya ya lagi gini juga. Sana ah,” ia mendorong Zul pelan.

Namun pria itu memasang wajah kesal ke arahnya. Dan akhirnya dengan terpaksa Karina mengecup pipi Zul singkat, lalu menunduk malu. Zul pun tersenyum penuh kemenangan.

“Udah buruan sana...,” ucap Karina.

Zul pun membuka pintu. Ternyata diluar telah berdiri seorang mahasiswi yang diketahui bernama Sindy. Ia mahasiswi semester tiga yang begitu mengagumi sosok Zul. Sindy sedikit terkejut kala melihat sosok yang dikaguminya keluar dari ruangan itu. Ditangannya ia memeluk beberapa buah buku.

Zul hanya tersenyum ke arahnya, kemudian berjalan keluar. Gadis itu terus menatap Zul yang tengah berjalan menjauh.

“Ada apa Sin?,” tanya Karina.

“Oh.. Iya ini Bu, tugasnya sudah selesai,” jawabnya seraya memberikan buku kepada Karina.

“Oh... Oke makasih ya..,” jawabnya ramah.

Gadis itu pun berlalu. Karina menghela nafas. Hatinya sedikit khawatir jika muridnya itu akan menaruh curiga padanya dan Zul.

Pengantin RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang