Bab 12: Keajaiban mimpi.

165 18 5
                                    

Kali ini sekolah SMA Jaguar terasa sepi, Tiga orang yang bisa dibilang paling akrab dengan warga SMA Jaguar tidak memunculkan keberadaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kali ini sekolah SMA Jaguar terasa sepi, Tiga orang yang bisa dibilang paling akrab dengan warga SMA Jaguar tidak memunculkan keberadaannya.

"Tumben Runa gak ngechat kalau izin sekolah ya," ujar Zura yang mulai menatapi pemandangan dari samping jendelanya, saat itu ada Arga yang mulai menghampiri Zura yang sangat kelihatan berbeda dari biasanya.

"Lo kenapa Zur? Runa gak sekolah hari ini? Bian sama Gabriel juga," ucap Arga yang mampu membuat Zura menoleh. "Lo kan sahabat Bian, masa Bian gak kasih tahu tentang adiknya ke gue sih, pasti ke lo ada kan?" tanya Zura yang mulai khawatir.

"Tenangin diri lo dulu Zur, Tuhan pasti ngejagain Runa ko. Ya mungkin gegara tabrakan kemarin itu, gue juga sempet lihat sih pas lo teriak histeris gitu," sahut Arga yang mulai duduk di samping Zura. Zura mulai menundukkan kepalanya, sedangkan Arga sesekali mengusap rambut Zura untuk menenangkannya.

Jam pun berlalu, Runa yang masih terbaring lemah di brankas pun mulai merasakan sesuatu yang tak pernah ia rasakan.

Mimpi.

Runa mulai terbangun yang masih lengkap dengan pakaian rumah sakitnya, dan sontak terkejut kenapa ia berada di sebuah taman yang sangat indah.

Yang dimana disana ada banyaknya bunga, pohon yang rindang, segemilir aliran air sungai yang mengalir damai dan sebuah cahaya dari balik pohon yang tepat di belakangnya.

Tiba-tiba terdengar nyaring sebuah suara yang sangat mendamaikan hati Runa saat ini. Runa mulai mendekati suara-suara lantunan ayat suci Al-qur'an yang tak jauh dari telinganya.

"Kembalilah, Ya Rabb kaulah sang penyembuh dari bala penyakit san wabah. Kabulkanlah doaku ini, untuk seseorang yang mampu membuatku jatuh sebegitu indahnya di dalam hati ini. Aku kan selalu menjaga dan menyemakati hidupnya yang selama ini yang aku tahui, Ya Rabbi ijabahlah doa hamba ini, engkaulah yang maha penyayang lagi maha pengasih,"

Doa itu yang sangat pasih dan terdengar jelas di telinga Runa mulai menangis dan mulai berjatuhan. Runa mulai tertunduk dan duduk tak jauh darinya yang senantiasa menanti kesadarannya.

"Ya allah, Kabulkanlah doa seseorang itu. Jadikanlah pengampunan hamba terijabah, Hamba ingin berubah menjadi yang lebih baik dan bermanfaat di muka bumi ini. Ya Allah, hamba adalah pendosa besar yang tak luput dari ke khilafat. Maafkan hamba jika sikap hamba menyakiti hamba mu." Runa mulai menyapu air matanya yang berjatuhan ke tanah yang menumbuhkan bunga-bunga mekar di sekelilingnya.

Mimpi itu sangat berarti di kehidupan Runa, Tak menunggu lama tangan Runa yang mulai bergerak secara perlahan mampu mengejutkan Bian yang senantiasa memegang erat tangan sang adik, dan juga mengejutkan senantia orang yang sedari tadi melantunkan ayat suci al-qur'an.

Mata Runa mulai sedikit terbuka, masa kritisnya pun sudah mulai berkembang baik menjadi lebih damai. Mata Runa yang sayup pun mulai terbuka sangat lebar.

"Aa- aku di- dimana?" tanya Runa yang begitu lemah terdengar di kuping ke empat oeang yang begitu penting di kehidupannya walau ada orang yang mampu membuatnya selalu kesal.

"Sayang anak mama, Alhamdulillah ya Allah engkau kembalikan raga anak ku," ujar sang Mama Runa. Bian, dan Gabriel mulai tersenyum penuh arti. Gabriel mulai memendamkan dirinya.

"Makasih ya Rabb. engkau telah mengijabah doa hamba ini. Akan hamba balas dengan menjaga dirinya secara berbatas dan dalam syari'at islam." Gabriel mulai menutup al-qur'annya dan tersenyum samar, menutup rasa gengsinya.

"Kamu di rumah sakit sayang, Mama kangen kamuu!" ujar Ranti sang mama Runa yang mampu membuat Runa bingung, mata Runa mulai tertuju kepada pemuda yang baru aja menenteng tasnya.

"Lo mau kemana Gab? Runa baru siuman loh," tanya Bian yang mampu membuat ke tiga orang lainnya menoleh ke pemuda yang sudah lengkap menggendong tasnya dan jaket hoodienya.

"Gue mau pulang, karena tugas gue udah selesai. Administrasi udah di tanggung gue semua, maafin Gabriel ya tan. Gara-gara Gabriel Runa kaya gini, maafin Gabriel sekali lagi," ucap Gabriel yang mulai mencium punggung tangan Ranti dan Bagas dengan wajah yang merasa sangat bersalah.

"Bukan salah kamu sayang, ini salah tante dan om yang masih sibuk dengan dunianya sendiri. Sedangkan anaknya sakit keras begini, Seharusnya tante yang bilang makasih banyak-banyak ke kamu, kamu sangat dermawan, muda, dan jujur udah bilang semuanya. Nanti Tante ganti ya uang kamunya, Kamu mau pulang? yaudah tante izinin, hati-hati di jalan. Jaga kesehatan kamu juga,"  ucap Ranti yang sudah memeluk erat tubuh Gabriel begitu penuh arti. "Kalau mau jenguk Runa, sering-sering aja ya. Salam buat orang di rumah ya Nak," sambung Ranti.

Gabriel mulai tersenyum dan mengangguk, "Gabriel pulang dahulu, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucapnya dan mulai meninggalkan ruangan VVIP itu dengan senyuman yang tak pernah lupu untuk gadis yang terbaring lemah yang sudah tersenyum lemah namun sangat indah.

Gabriel sepanjang jalan hanya memikirkan keadaan Runa, padahal dirinya sudah 3 hari tidak masuk sekolah. Sampai-sampai membuat Ranjaka kebingungan kemana keberadaan Gabriel menghilang.

Notifikasi Whatsapp dari chat biasa sampai grup banyak menghamburi Ponselnya. Untungnya Gabriel sudah sampai di depan rumah yang langsung di sambut hangat sang mama.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Bunda, Ayah," ucap Gabriel yang mulai masuk ke rumah yang dua hari ia tinggalin. Orang yang di sebutnya pun langsung menghampiri dan menumpahkan rasa kekhawatiran.

"Waalaikumsalam, gimana keadaan Runa sayang? membaik?" tanya Jelita sang Bunda yang tidak seperti biasanya menanyakan gadis yang dekat dengan Gabriel, padahal setiap hari Bunda melarang Gabriel dekat dengan seorang gadis. Namun, saat kenal dengan Runa Bunda malahan mengizinkan.

"Alhamdulillah Bun, Runa membaik baru siuman. Dan ya, dia terkena penyakit jantung yang sudah 2 tahun ia derita. Apa tindakan Gabriel benar Bun?" tanya Gabriel yang mulai duduk di samping sang Bunda.

Bunda tersenyum sangat bahagaia menatap anaknya yang sudah mulai memahami arti cinta sebenarnya yang selalu melibatkan Allah dalam segala urusan.

"Enggak sayang, maafin Bunda selama ini ngelarang kamu dekat dengan seorang gadis. Bunda cuman gak mau, kamu dapat pendamping hidup yang gak mampu membuatmu seperti ini, Bunda restuin. Tinggal kaliannya aja lagi untuk lebih mendekati Allah, memperbaiki diri dan memantaskan diri. Fisik seperti apapun itu gak masalah, jika kamu tulus lakukan aja. Bunda sangat merestuinya," ucap Jelita sang Bunda yang mampu membuat Gabriel langsung memeluk erat penuh sayang Bunda yang selama ini yang mengajarinya mencintai tanpa harus memiliki.

"Gabriel janji gak nyakitin Runa, dan menjaga ia dengan berbatas jarak ko Bun. In syaa allah, Bismillah pasti Allah akan menjodohkan Gabriel dengan yang baik," ucap Gabriel yang mampu mendamaikan hati sang Bunda.



Vote and komen🌸
Ambil manfaatnya, buang mudhoratnya😊

Look Your Eyes (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang