Hari ini, hari yang begitu cerah namun di balik kecerahannya ada hati yang sedang terluka. Runa mulai menata jilbabnya dengan serba hitam dari atas sampai bawah terkecuali sepatu berwarna putih.
Ranti dan Gibran hanya bisa menatap anak gadisnya yang sangat berbeda dari biasanya. "Pagi Ma, Pah!" sapa Runa yang sudah rapi yang mulai duduk di samping Bian.
Bian sedari tadi malam pulang sampai pagi ini lebih memilih untuk diam. Ranti hanya bisa menatap ke sedihan yang masih menyelimuti tubuh Runa.
"Sarapannya sandwich aja ya, nanti kita ke rumah Gabriel juga makan lagi," seru Ranti yang hanya di angguki oleh Runa. Jam mulai berlalu ke diamanan Adlentaro mulai ramai dengan orang yang melayat jenazah Gabriel.
Masih dengan suasana tangis dan haru, Reynal tak habis pikir 2 orang yang di mana selalu menegur, merawat, sabar karena ulahnya malah memilih meninggalkan namun untuk selamanya. Hanna masih saja menangis sejadinya di pelukan Rachel dan Walad.
"Udah Hann, Abang udah tenang di sana di rumah Bunda. Abang gak sendirian kok, udah ya," lirih Rachel sambil mengelus rambut sang adik yang masih memeluk erat tubuhnya. "Bang, ambiliin tisue di sana ya," suruh Rachel kepada Walad yang langsung mengambilkan trmpat tisue.
Di sepanjang jalan Runa hanya bisa diam, menatap cahaya terang dengan suara-suara aneh yang terlintas di telinganya.
"Gue harap kalian bisa menjalin hubungan,"
"Emang siapa yang sering ngeluh di UKS, gue yang jadi sasaran,"
"Gue baru nyadar, jika memang takdir jalani aja ya,"
Runa mulai memukuli kepalanya berkali-kali mampu saja membuat Bian yang duduk disampingnya langsung memeluk sang adik tercinta. Dan, tak terasa mereka sudah sampai di kediam rumah Gabriel yang mampu membuat Runa terkejut ada bendera hijau berlapaskan seperti orang kematian di kampung-kampung, bendera kuning di mana-mana.
"MAMA ...! Jujur sama Runa, siapa yang meninggal!!" seru Runa yang sudah tidak bisa ia tahan lagi tangisan dan perasaan yang memang gak enak. "Gabriel, Nak," sahut Ranti yang mulai terdiam.
"Bohong!" jerit Runa yang mulai membuka pintu mobil dengan paksa, dan langsung berlari menuju rumah kediaman yang memang banyak orang yang lagi baca surah-surah khusus yang akan jadi penolongnya nanti.
Di sana sudah ada Zura yang langsung memeluk Runa, sedangkan Runa hanya bisa terdiam. "Run! Gue minta maaf, bukan bermaksud bohong, atau nyembunyiin ini semua. Ini kemauan Gabriel, Gabriel udah meninggal Run, hiks! Hiks--" Runa langsung melepas pelukan Zura dan memasuki kawasa di mana di sana masih ada Gabriel yang tertidur pulas dengan wajah yang begitu tampannya.
Seketika pecah tangisan dari Runa yang gak bisa ditahan lagi. "Gak nyangka, yang katanya mau jalani aja, tapi kaya gini. Gue benci sama lo Gabb! Lo tega ninggalin gue selamanya, hiks! Hiks--" Runa langsung menangis yang di sana memang banyak orang melirik dirinya, Rachel dan Zura langsung saja menghampiri Runa dan memeluknya dengan begitu sayang.
"Kak! Bohongkan! Ini gak boleh terjadi Kak!" jerit Runa berkali-kali yang hanya bisa di angguki oleh Rachel, "Ikhlasin ya Run, Gabriel udah tenang melihat Runa bisa bahagia dengan cinta pertama Runa, Zeal. Maafin Kakak," seru Rachel yang hanya bisa di balas dengan senyum sendunya Runa.
Zeal baru saja datang ke kediaman Gabriel itu langsung di sambut oleh Bian, Indera dan Tengku. "Ngapain lo ke sini?" tanya Tengku yang memang gak suka dengan Zeal. "Santai, gue cuman mau nenangin Runa. Gabriel yang amanahin gue, jadi gue harus tanggung jawab," sahut Zeal yang mulai menghampiri Runa yang sudah duduk lemas tak jauh dari Gabriel tertidur pulas.
Gabriel Prince Adlentaro
Bin
Reynaldi Adlentaro
lahir: 14 agustus 2002
wafat: 15 agustus 2020
pukul 17.30 pm."Kenapa sih dunia gak berpihak sama aku ... sih!" seru Runa, Zeal mulai menghampiri Runa yang masih ingin sendirian. "Gue udah bilang kemarin 'kan? Lupain dia, gue tau memang sakitnya kebangetan. Tapi, lihat di depan lo ada gue yang bakalan jadi apapun yang lo mau," ucap Zeal yang mulai menghapus sisa air mata Runa yang sudah tidak deras lagi.
"Makasih, maaf selama ini gue emang lupa sama lo. Ehm--" seru Runa yang sudah gak bisa lagi tahan tangisannya. Jam pun berlalu, sesi pekuburan Gabriel juga sudah dilakukan dengan suasana sendu yang masih berselumbung di benak orang terdekatnya.
"Sebenarnya Gabriel penyakit apa?" tanya Runa kepada Rachel yang kebetulan duduk disampingnya sambil makan. "Ehm- Sama kaya kamu Run, mungkin kamu ada yang nungguin kebahagiaannya. Sedangkan Gabriel dia sudah bahagia, lihat cinta pertama yang ternyata bukan jodohnya bisa bahagia dengan orang lain. Tenang, jodoh Gabriel ada di lauhul mahfudz ko, Terus bahagia ya Run. Zel, lo sebagai sepupu jagain adek ipar gue," seru Rachel, yang ternyata mereka persaudaraan yang tak terduga oleh Runa selama ini.
"Kok belum cerita sih! Tapi dia gak banyak ngeluh kaya Runa, ehm ... semoga kuburnya dilapangkan dari hasad kubur. Oh, iya emang ada sangkut paut apa Kalian?" tanya Runa yang mulai bisa mengontrol kesedihannya. "Papah, sama papah dia itu adik kakak. Jadi, ya gitu lah," sahut Zeal.
"Ehm ... gituh,"
"Makannya langsung dihabisin, ini makan dewasa atau bocah sih! Hahaha, lucu banget dah sampai belepotan gitu," seru Zeal yang mulai menyapukan sisa kotoran di sudut bibir Runa dengan tangan kosongnya sendiri. Bahkan tangan Zeal sudah ada bercak lipstick pink milik Runa.
Runa langsung terdiam, sedangkan Rachel hanya bisa berdeham layaknya seorang jomblo yang ada disamping dua sejoli itu. "Jomblo sabar aja, ada adegan plusnya," beo Rachel yang mampu membuat Runa dan Zeal terkekeh.
"Dia tuh emang gitu kak, modusable!" seru Runa yang mampu mengundang canda dan tawa diantara mereka. "Gue kangen lo gini, Run. Dari pada nangis kejer gitu, jungkir balik juga gak masalah," ucap Zeal.
"Mantan sableng! Resek, stres, gila!" seru Runa yang mulai tertawa.
"Gini-gini juga bikin kamu bahagia," sahut Zeal yang mampu membuat Runa terdiam. Sedangkan Rachel sudah tertawa dan mulai beranjak untuk menghantar piring makannnya yang sudah habis. "Gue tinggal dulu ya, jangan sedih lagi ya Run," pamit Rachel.
"Run, masih ada gue yang bisa lo jadiin tarung tinju disaat lo sedih, marah, bahagia. Gue bakalan jadi senderan lo tiap lo terpuruk," ujar Zeal. "Bohong! tukang bohong!" cibir Runa. "Enggak, sayang. Percaya sama takdir Allah, 'kan?" sahut Zeal.
Runa hanya bisa mengangguk-angguk, hari-hari Runa mulai terasa sangat bahagia yang dimana Zeal selalu stay bersama dikesedihan, emosi, dan kebahagiaan kecil yang mereka miliki bersama di perjalanan ini akan menjadi sangat indah.
"Mending mikirin masa depan kita, kali aja punya anak satu lusin," ujar Zeal yang langsung dapat tabokan tangan oleh Runa di lengan kekarnya. "Apaan sih! Jangan ngadi-ngadi!" jawab Runa yang tak mau kalah.
"Gue bercanda, sayang," ucap Zeal.
.....
Terima kasih atas mau meluangkan waktunya.Menuju ending, sebab gak mau kebanyakan partnya juga. So, hapfun dan dapat salam sayang dari bang Zeal.
Vote dan komennya aku tunggu❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Look Your Eyes (End)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA *** Kini Runa hanya bisa menunduk, bersama Zeal yang tak jauh dari sekumpulan anak kelas 12 Bahasa yang sedang ngobrol saat acara perpisahan. Gabriel yang melihat adanya Runa dan Zeal pun mulai menghampiri mereka berdua...