Bab 17: Benci.

132 12 13
                                    

Gabriel mulai berjalan menuju rooftop yang sudah di tagih oleh Dewa, Gabriel tidak berjalan sendiri ada Bian dan Indera yang mengendap-endap mengikuti langkah Gabriel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gabriel mulai berjalan menuju rooftop yang sudah di tagih oleh Dewa, Gabriel tidak berjalan sendiri ada Bian dan Indera yang mengendap-endap mengikuti langkah Gabriel.

Gabriel mulai naik ke tanggan rooftop, dan ya disana sudah ada Dewa yang sedang menghadang Gabriel sambil menyebat satu rokok di mulutnya. Mampu membuat Gabriel menatap datar.

"Akhirnya datang juga, berani juga lo ya," ujar Dewa, Dewa kan Ketua osis kenapa kaya gini kelakuan nya ya?

"Gue berani karena ini suruhan Allah, yang lo mau itu apa? secara baik-baik kan bisa," sahut Gabriel dengan santainya mampu membuat Dewa tertantang, Gabriel rileks tidak terbawa suasana dahulu.

"Gue mau lo jauhin Runa, sebab Runa hanya gue yang bisa memilikinya." Dewa mulai menarik kerah baju Gabriel yang mampu membuat tatapan tajam sengit dari Gabriel terpancar nyata.

"Tanyakan kepada Allah, layak kah kita sebagai Laki-laki bertarung hanya karena seorang wanita polos yang tak tau apa-apa. Layak kah kita juga akan bisa mendampinginya tanpa mengetahui latar belakangnya," sahut Gabriel, yang mampu membuat Dewa melontarkan sebuah tamparan tepat di pipinya Gabriel.

Pletakk...

Sedangkan Gabriel hanya bisa diam dan tenang, padahal pipinya begitu sakit. "Ya Allah, jauhkan hamba dari orang-orang yang Dzalim," batin Gabriel sambil bertundum.

"Berani banget udah nampar Gabriel tuh curut!" ucap Bian yang sedari tadi gak bisa nahan emosinya, sedangkan Indera sudah melihat keberanian dan kepantasan memang Gabriel menjadi ketua Rohis SMAJAN.

"Jangan sok diam loh, jangan sok deh bilangin orang. Sedangkan lo aja gak sempurnah gini," ujar Dewa yang begitu menyayat hati Gabriel saat ini. "Ada hal penting lagi? Terkadang jabatan juga bisa membuat orang membabi buta, dan membuat gila. Sebaiknya lo berubah lagi deh kaya dulu, Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh," ucap Gabriel yang mulai meninggalkan Dewa begitu saja, sedangkan Dewa sudah sangat kesal kepada Gabriel.

Gabriel langsung bertemu kedua temannya sekaligus kakak dari cewek yang tadi Gabriel dan Dewa rebutkan.
"Lo berdua kenapa bisa ada disini?" tanya Gabriel, Bian langsung menarik lari Gabriel dan Indera menuju lapangan area parkiran sekolah.

"Gue tau, lu jatuh cinta sama Runa. Gue salut sama lo Gab, Tapi kenapa gak lo habisin sekalian tuh anak, songong bener," ujar Bian, Gabriel hanya bisa mengelus pipi yang sudah merah itu. "Gak baik membalah kejahatan dengan kejahatan pula, doakan saja ia supaya secepatnya dapat hidayah," sahut Gabriel yang langsung menunggangi motornya dan membawa laju menuju rumah Bian alias rumah Runa.

"Lah, kupret ke rumah gue. Mau ngapel kali ya?" gumam Bian sedari tadi mengikuti lajunya motor Gabriel tepat di belakang. Gak menunggu lama, Gabriel sudah sampai tepat di depan rumah Runa dan Bian. Algibran Biantara, ya itu Bian malah lebih sibuk mikirin kenapa si Gabriel bisa sepeduli ini sama Runa, sejak kejadian itu selalu ada sama dia terus?

"Woy, lu ngapain dah. Itu pipi lo, kalau dilihat sama Runa, palingan di berkoar-koar khawatir," ujar Bian yang mengejutkan Gabriel, Gabriel hanya terdiam dan berjalan lambat supaya sang tuan rumah terdahulu padanya. Bian mulai masuk, dan kebetulan ada mamanya yang sedang memasak di dapur.

"Assalamualaikum Ma! ini ada tamunya Runa, Runa di kamar kan Ma?" ucap Bian, mampu mengejutkan gadis yang tadinya sedang ngemil dengan cara rebahan dan mulai duduk cantik. "Beneran datang?" tanya ulang Runa dalam gumamannya.

"Assalamualaikum Tante, Tante sehat?" tanya Gabriel yang mulai mencium tangan Ranti, Mama Bian.  Ranti mulai mencuci tangannya, "Waalaikumsalam, Alhamdulillah baik ko. Kamu tambah ganteng aja semenjak 5 bulan lepas kita gak ketemu ya," ujar Ranti mampu membuat Gabriel tersenyum, namun Ranti sempat melihat memar yang berbekas di pipi Gabriel.

"Ehm Gabriel boleh ke kamar Runa, Tan? atau sama Bian aja. Sebab gak boleh berduaan kan, hehe," ucap Gabriel yang mampu membuat Ranti tertawa, "haha iyah, boleh ko. BIANNNN TEMENIN GABRIEL YA KE KAMAR RUNA!" seru Ranti, Gabriel dan Bian mulai masuk ke kamar nuansa monokrom ini yang banyak sekali boneka baymax kesukaan Runa dan ya dipelukan Runa ada baymax belian Gabriel bulan lalu.

"Woi, ada gebetan nih? gak usah deh tidur bohongan gitu, gak baik," seru Bian yang mampu membuat Runa membuka matanya sedikit demi sedkiti. Ya memang Runa sedari tadi belum bisa tidur, ya mungkin ada rasa ke khawatiran.

"Ngada-ngada aja lu Bang, dia mah musuh," sahut Runa yang mulai duduk, yang sudah berpakai jilbab yang begitu cantik tertata. Mampu membuat Gabriel menatap Runa sedikit berbeda.

"Masya allah cantiknya, ehh astagfirullah Gabriell!" batin Gabriel yang mulai menggelengkan kepalanya.
Mampu membuat Bian heran dengan tingkah laku Gabriel sekarang.

"Lu kenapa? lagi dzikir?" tanya Bian, yang mampu membuat Gabriel menoleh. "Gak ko, oh iya apa tadi lo bilang? musuh? sejak kapan?" tanya Gabriel yang mampu membuat Runa terkejut.

"Ya, sejak lo nolongin gue terus. Gue gak suka," sahut Runa yang mulai memalingkan wajahnya ke arah lain, mampu membuat Bian tertawa lepas.

"Hahahaha! alah lu mah bilang gitu biar di belain di bujuk sama Gabriel pan, hedehh kode entu neng," seru Bian yang mampu membuat Gabriel dan Runa terdiam sejenak.

"Apaan dih bang, mending lo keluar deh. Pulang aja," suruh Runa dengan sepihak kepada Gabriel, Gabriel tetap stay di kursinya. "Entar juga kalau gua gak sama sekali kesini lagi, bahkan gak akan pernah lagi. Entar ada yang nangis," ujar Gabriel yang mampu membuat Runa kesal, dan saat itulah senyum Gabriel ngembang. Sedangkan Bian, hanya diam saja seperti patung baju.

"apaan dih, geer. Ehm itu lembam?" tanya Runa dan memang sesuai ucapan sama Bian tadi. "Gk, ini kejedot," sahut Gabriel berbohong.

"Itu ada bekas satu telunjuk, gak usah bohong. Lo berantem sama siapa?" tanya Runa yang mulai kelihatan khawatirnya, sampai begitu teliti melihat bekas lembam itu di pipi Gabriel. "Gak sama siapa-siapa," sahut Gabriel berbohong lagi.

"Bohong, dosa lo makin ngalir," ujar Bian, "iya gue berantem sama Dewa," ujar Gabriel yang mulai pasrah. "Hah! seriusan? ngapain sih berantem segala juga, sok jagoan banget," sahut Runa yang mulai meningkat emosinya. "Gkpp, sudah biasa juga." Mampu membuat Runa mengambil kotak p3k tepat di meja belajar sampingnya. Runa mulai mengeluarkan satu tisue dan kebetulan ada es batu di mangkuknya memang di sediakan. "Nih kompres pipi lo, harus disini," suruh Runa, Gabriel menolak. Mampu membuat Runa diam seribu kata.

"Gue gak bisa terima itu, lo lebih menbutuhkan dari gue. Gue gini doang juga gak papa, ehm yaudah gue balik, " ucap Gabriel yang mulai bangkit dari kursinya namun tidak sedikit pun di respon oleh Runa. Ia Runa marah, kesal, dan Ngambek saat itu.

Bian lagi di wc dan baru keluar setelah Gabriel pulang. "Lah, curut mana? pulang? lo galakin?" tanya Bian yang mampu membuat Runa tambah pusing.

"Tau ah, gak usah lagi deh ajak-ajak dia ke rumah. Gue benci!!" ucap Runa yang mampu membuat Bian langsung keluar dan masuk ke kamarnya. "Heran gue sama betina, Gabriel juga. Kenapa sih mereka?" ujar Bian.

"Ini cara gue biar lo benci sama gue Run, sorry gue gak bisa nolong maupun perhatian sama lo, ini jalannya," batin Gabriel yang sudah di perjalanan pulang sambil menikmati senja.




.......

Vote dan komen Ya, sebab dukungan kalian mampu membangkitkan jiwa kepenulisan aku. Terima kasih❤

Look Your Eyes (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang