Hari ini adalah hari Minggu, dimana Geng Ranjaka ngadain touring bersama-sama dengan Runa dan Zura juga ikut. Runa yang di bonceng oleh Bian, sedangkan Zura di bonceng oleh Arga.
"Kita kemana dulu? pom bensin? ini bensin gue sekarat," ujar Bian, karena Bian adalah yang paling tua. Jadi, terserah Bian aja mau kemana.
"Kita ngikut aja wahai Abwang," sahut Kamal sekalian perwakilan suara.
Runa sedari tadi hanya diam sambil memeluk erat perut sang kakak, sebab Bian memang sangat khawatir. Gabriel bersama Kamal, Indera dengan Tengku, Samudra sendirian sebab entar kalau bawa si Gita tamat riwayat Runa, Arga dengan Zura.
Mereka singgah di pom yang tak jauh dari kawasan Komplek perumahan Runa. "Bang, kita ke gunung mana? Tamiang?" tanya Runa, Yang langsung disahuti oleh Bian. "Iyah, kalau lo cape, bisa aja tuh ikut Gabriel. Kamal ikut gue," ujar Bian bisa-bisanya ingin mencoblangkan menukar tambah Runa dengan kamal. Sedangkan Runa langsung memukul punggung sang Abang.
"Ish! apaan dih bang, Gak muhrim tau. Mending sama abang aja, mumpung jomblo yekan," ujar Runa yang tepat sasaran, "untung cakep lu, kalau enggak udah gue suruh Mama cabut nama lo di kartu keluarga," sahut Bian. "Kejam bener, untung ganteng," ujar Runa.
Begitu harmonis antara dua beradik ini, sedangkan yang lain hanya bisa menatap saja. Arga dan Zura aja tuh lagi asik ngobrol berdua ya tadi tentang mabar mereka entar di sana.
Tapi, sedari tadi di lampu merah, di pom sekarang ada aja yang lirik-lirik ke Geng Ranjaka sebab mereka terlalu tampan dan sempurna untuk di miliki.
"Run! haus gak? tuh ada es dawet, kalian mau? mumpung panjang antriannya," tawar Zura yang sudah mendekat, Langsung di beri jempol oleh ke tujuh pemuda itu. Zura dan Runa mulai menghampiri Mamang tukang es Dawet yang memang ada di seberang pom bensin ini.
"Mang, es dawetnya 10 bungkus ya. Cepetan," ujar Zura, untung Orang kaya jadi mah mau borong berapa aja gak masalah. "Iya neng, banyak bener. Oke shiap," ujar si Mamang dawet.
Gak tunggu lama, Gengster sudah keluar dari pom dan berhenti tepat di samping Mamang kang es Dawet. Sampai-sampai mengejutkan Mamang kang es Dawet, sebab gak biasanya ada motor sport beli dagangan dia.
"Ma syaa Allah, ini motor beliian sendiri? atau beliian orang tua, cakep bener?" tanya si Mamang dawet, Bian langsung menjawab. "Kita nabung sendiri Mang, dan ini hasil kerja payah kita. Gak minta ke orang tua juga, yakan?" ucap Bian, yang langsung di jawab oleh 6 pemuda itu secara bersamaan. "Yoi!"
"Enak ya kalian, umur muda udah bisa beli motor sport gini. Apa daya mamang yang hanya jadi tukang Es dawet," ucap sang Mamang mendramatis, "Gini ya mang, kita belum tentu bisa meracik bahan es dawet senyaman Mamang gini. Yang penting apa yang sudah Mamang usahakan semata-mata itu karena Allah ta'ala, entar juga Mamang juga bisa ko jadi juragan es Dawet yang bisa internasional. Kita doain yakan gaes," sahut Runa yang begitu bijak, langdung di amiin kan semuanya. Mamang es Dawet langsung tersenyum, "ini jadi berapa Mang?" tanya Zura yang baru saja mengeluarkan 50 ribu, namun sudah terdahulu oleh Runa yang mengeluarkan dua lembar uang merah dan memberi langsung ke Mamang es Dawet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Look Your Eyes (End)
Novela JuvenilFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA *** Kini Runa hanya bisa menunduk, bersama Zeal yang tak jauh dari sekumpulan anak kelas 12 Bahasa yang sedang ngobrol saat acara perpisahan. Gabriel yang melihat adanya Runa dan Zeal pun mulai menghampiri mereka berdua...