Bab 15: Ke khawatiran.

139 12 17
                                    

BRUAKKKK

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BRUAKKKK...

Runa jatuh pingsan dan tepat ada di tangkapan Gabriel. Entah kenapa jika Runa berdekatan dengan Gabriel bawaannya terasa begitu janggal.

Saat itu Gabriel langsung membawa Runa ke Uks kembali yang mengejutkan Zura, Arga dan beberapa penjaga uks.

"Tolong ini, kenapa dia keluar sendiriann!! Dia itu sakit kerass!" seru Gabriel yang sangat panik, sebab hanya diri dia sendiri disini yang tahu tentang keadaan Runa saat ini.

"Sabar kenapa sih, iya-iya gue minta maaf. Runaaaa!!" jerit Zura yang begitu heboh dan sudah mulai meneteskan air mata. Gabriel langsung keluar dan menghampiri Bian yang tak jauh dari Kantin.

"Runa! Kumat!" seru Gabriel yang mengejutkan seluruh murid yang masih ada berada di Kantin, Bian langsung saja mengikuti langkah Gabriel yang serta di iringi oleh Tengku dan Indera yang kebetulan tak jauh dari mereka berdua.

Runa saat ini sedang di tangani oleh dokter spesialis yang di datangkan langsung ke sekolah SMAJAN ini. Runa masih tidak sadarkan diri.

"Runaa! gini lagi kan ahh!" ujar Bian mulai prustasi, "Jujur gue gak tahu apa-apa, dan ya tadi Runa mimisan. Apa dia punya penyakit dalam?" tanya Arga, sedangkan Zura sedari tadi menangis sejadi-jadinya.

Tengku dan Indera mulai menghampiri Gabriel yang sangat panik dan khawatir. Tengku mulai menghampiri sahabatnya ini.

"Gak biasanya lo seperti ini sama Runa, cewek nyebelin yang sering bikin lo kesel sendiri. Dan lo nolongi dia, rawat dia, terus khawatirin. Gak salah selama ini gue curigain lo Gab," ujar Tengku panjang kali lebar, Gabriel mulai berduduk dan lemah tak berdayanya. "Lo itu gak tau selepas kejadian Runa di tabrak lari. Dan ternyata ya gue emang khawatir sama dia, ini gue juga gak tau kenapa," ucap Gabriel yang mulai prustasi.

"Masih ada Allah yang senantiasa menemani, menjaga, dan merawat Runa. Jadi, lo gak usah deh kaya gini juga," ujar Indera yang begitu dingin namun penuh dengan makna. Zura hanya diam sambil sesegukan menunggu sahabat tersayangnya siuman.

"Bukannya apa, ini mama dia langsung yang nyuruh ngerawat dia. Gua inget batasan ko, ya gimana lagi. Keadaannya selalu deket sama gue," sahut Gabriel sesekali dengan memijat kepalanya sendiri, Bian pun mulai masuk ke dalam menanyakan keadaan sang adik.

Runa mulai siuman, hal pertama yang ia ingat adalah wajah Gabriel yang selalu menenangkan dirinya dan bikin dia selalu tertawa walau berujung dengan kesal.

"Gu-gue di- dimana?" lirih Runa, mampu mengejutkan Zura yang senantiasa memegang erat tangan Runa yang begitu lemah.

"Ya tuhan, terima kasihhh! Di sekolah ko Run, ini uks. Ehmm- maafin gue yang belum bisa jagain lo dengan benar, hiks!" ujar Zura yang mulai meneteskan air matanya kembali namun Arga sudah tepat berada di samping Zura sambil mengusap rambutnya.

"Enggak gitu, Zura udah baik ko jadi sahabat Runa. Iyakan Run?" ucap Arga yang mampu membuat Runa mengangguk dan tersenyum tipis.

Gabriel masih enggan masuk dan menatap langsung wajah lelah Runa yang selama ini Runa tanggung sendirian. Gabriel mulai menghampiri Bian yang masih di dalam uks, dan mulai meninggalkan kedua sahabatnya yang juga sama enggak masuk ke dalam uks itu.

"Bro, gue cabut ke kelas dahulu. Mending suruh Runa izin aja untuk beberapa hari di rumah, kesehatan dia berharga bagi nyokap bokap lo," ujar Gabriel yang mulai tersenyum tipis dan meninggalkan ruangan uks menuju Kelasnya yang sudah penuh ke gaduhan.

Tetapi saat Gabriel berjalan di koridor, ada saja gangguan dari wanita-wanita cabe. Alias Gita cs yang mulai menghampiri Gabriel dengan tebar pesona.

" Hai Sayang! capek banget ya ngurusin cewek gak ada manfaatnya begitu, mending kita nanti malam ke bioskop yuk. Aku traktir deh," ujar Gita yang penuh dengan rayuan mautnya, Gabriel hanya bertunduk dan enggak menatap sedikit pun wajah Gita yang mulai berjalan kembali menuju kelasnya.

"Ko di cuekin sih, Sayang!" seru Gita kembali dengan nada manjanya, Gabriel tak habis pikir ada aja manusia wanita tipikal kaya dia.

"Sok jual mahal lu bray!" seru Kamal yang tiba-tiba datang tak di undang, Gabriel mulai menoleh dan mengangkat alisnya sebelah.

"Gue emang mahal gemblong, hanya akan ada satu wanita yang akan mendapatkan kasih sayang gue dengan jalan yang halal," sahut Gabriel yang mampu membuat Kamal bertepuk tangan bertanda bangga dia punya sahabat kaya Gabriel.

"Bangga gue punya prend kaya lo gini. yang udah tampan, sholeh, rajin menabung dan tidak sombong lagi," ucap kamal dengan acara memelas, Gabriel sudah paham teori sahabat gemblongnya yang satu ini.

"Ada maunya nih, pasti muji dulu baru deh beraksi," ujar Gabriel yang sudah masuk ke dalam kelasnya kembali. Kamal tertawa, "tahu aja elu tong. kalau gue ada maunya. Cuman pinjem uang aja hehe," ujar Kamal yang sudah duduk di samping Gabriel.

Runa mulai membaik keadaan dan mulai berjalan pelan yang di bantu oleh Azura dan Bian. Di sepanjang jalan koridor, masih aja ada tatapan yang tak suka dengan Runa.

"Awas aja lo Haruna Grahana, liat aja nanti pembalasan gue. Mumpung lo lemah begitu," gumam salah satu murid yang terselip di balik pintu kelas.





Vote dan komen❤

Look Your Eyes (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang