Kemarin dimana kejadian yang tak di duga-duga oleh Runa, Runa masih meringis sakit di brankas tempat ia tiduri malam tadi. Oh iya, jangan lupa Gabriel belum sempat pulang karena menunggui Runa walau canggung.
"Sudah pagi rupanya, yah hujan," ujar Runa yang mampu membangunkan pemuda yang sedang tertidur pulas di sofa tak jauh dari brankas Runa. Disana sudah ada Bian dan Gabriel.
"Lo gak pulang? sejak kemarin?" tanya Runa yang langsung mengrjutkan Gabriel, padahal Gabriel masih wajah bantal. "Bawel! istorahat aja sana," sahut Gabriel yang mulai menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya dan sikat gigi.
Sedangkan Bian sudah tertawa dan menghampiri sang adik yang masih terbaring lemah. "Eh, tuh anak baik bener sama lo. Atau lo berdua sudah jadian ya? pas putus sama Dewa," ujar Bian yang mampu membuat Runa berpaling arah sambil melirik suasana di luar jendela. Runa mulai teringat kejadian manis dengan Dewa sebelum mereka putus.
"Kenapa itu semua tertimpa pada gue sih!" batin Runa.
Gabriel mulai keluar dari kamar mandi, dan mulai mengambil tas sekolahnya dan jaket. "Gue balik, lo sudah sembuh pan?" tanya Gabriel, padahal Runa masih meringis namun hanya diam saja.
"Cepet banget dah, yaudah deh pulang aja sono hujan begini," sahut Bian, sedangkan Runa masih enggan melihat wajah Bian dan Gabriel. Gabriel mulai membisiki telinga Bian. "Runa tuh ngambek?" tanya Gabriel mampu membuat Bian tertawa.
"Gak tau gue, palingan bekas tadi gue godain dia. Lo beneran gak jadi pulang?" tanya Bian yang mampu membuat Runa berbalik arah pandangnya tepat matanya tertuju kepada pemuda yang sudah menatapnya juga.
"Pulang aja sono," ucap Runa di bawah nalar Gabriel. "Hujan, yang ada malah nambah pasien," sahut Gabriel yang mulai duduk di kursi dekat brankas Runa. "Bang, pulang aja. Gue kangen Mama," rengek Runa yang mau turun dari brankasnya, sedangkan Gabriel mulai berdiri dan menghadapi gadis itu.
"Lo gila? kaki lo masih belum kering itu obatnya, masa iya sudah bisa jalan," ucap Gabriel yang mampu membuat Runa mendengus kesal. "Yang nyuruh lo tolongin gue siapa emangnya? gue gak minta lo bawa gue ke rumah sakit kan? gak ada kan?" sahut Runa yang sudah penuh dengan emosi.
"Tolong ingat jabatan lo, lo ketua Rohis seharusnya lo gak deket sama gue cewek yang belum muhrim sama lo. Ingat tuh," ujar Runa yang mampu membekukan ke dua mulut penuda yang sudah bungkam di buatnya. Mood Runa mulai hancur, Runa mulai melepas paksa infus yang tertancap di tangannya, dan beranjak dari brankas menuju ke luar. Sedangkan Bian san Gabriel langsung mengejar Runa yang mulai berlari entah mau kemana.
"Apaan dih, gue minta di bawa ke sini juga enggak. Kenapa dia yang repot, gua yang sakit b aja," cibir Runa yang ternyata sudah sampai di depan gerbang rumah sakit. Sedangkan Gabriel sudah tepat berada di belakang Runa yang tak jauh.
"RUNAAAA AWASS!" jerit Gabriel yang langsung menarik tangan Runa dengan cepat sebelum dirinya di tabrak oleh sebuah mobil yang mungkin melaju sangat cepat, tubuh Runa langsung ambruk dan pingsan akibat panik. Gabriel yang tepat memegang pundak Runa pun tanpa pikir panjang lagi ia membawa Runa ke dalam rumah sakit kembali. Sedangkan Bian kaget dengan ke adaan adiknya semakin memburuk.
"Kenapa??? Runa ko pingsan? lo apain adek gue Gab??" tanya Bian yang mulai panik. "Dia hampir aja ke tabrak mobil untung gue cepet narik dia, dan ini akibat kaget. Jadi, tekanan jantung dia agak melemah, cepat panggil dokter deh!" suruh Gabriel yang ternyata dia juga tahu tentang penyakit dalam.
Dokter dan suster mulai menghampiri ruangan Runa yang sudah mulai penuh dengan peralatannya. Sedangkan Gabriel dan Bian mulai khawatir menunggu di luar ruangan saja.
"Gue khawatir jantung dia kumat," ucap Bian yang baru menyadari kalau Gabriel sudah menghilang. Dan ternyata dia menuju sebuah ruangan dokter spesialis jantung dan bergegas cepat ikut masuk ke ruangan itu.
Tak menunggu lama, semua dokter pun mulai keluar dengan wajah yang begitu tak bisa di gambarkan. Gabriel mulai meletakkan tasnya di kursi dan Bian mulai berdiri srcara bersamaan.
"Gimana dong keadaan Adek saya Runa?" tanya Bian yang sangat khawatir, Bian belum sempat memberi tahu Mama dan Papahnya tentang kejadian Runa hari ini.
"Jantung Runa, mulai melemah. Dan keadaan tubuh Runa sangat kekurangan imun. Lebih tepatnya gejala jantung dia kumat kembali," ucap Dokter yang mampu membuat Gabriel dan Bian pasrah dengan keadaan. Runa mulai terbaring dan sepanjang waktu Runa tertidur dengan pulas dan sangat cantik.
"Sabar Bi, ya mungkin ini jalan Allah yang terbaik bagi kesehatan Runa. Runa sifatnya ngeyelkan? mungkin dengan cara lemah lembut dia bakalan paham dengan ke adaan nanti, dan juga dia jum'at depan bakalan jadi Qoriah di acara jum'at taqwa SMAJAN," ujar Gabriel yang mulai masuk ke dalam ruangan yang sudah penuh dengan selang dimana-mana, mampu membuat tangis Bian bercucuran sedikit demi sedikit.
"Dek, gue rindu lo yang nyebelin, cerewet dan paling cantik di rumah. Dek, jangan lupa nanti akan ada datang seorang pangeran di mimpi lo, yang diam-diam menyukai lo dengan cara pertolongannya," ujar Bian yang mampu membuat Gabriel menoleh kepadanya.
"Mending lo telpon nyokap, bokap lo. Anggap aja ini salah gue semuanya, tenang administrasi gue yang nanggung," ujar Gabriel dengan wajah santainya dan begitu tulus. Bian langsung saja menelpon Mamanya untuk memberitahukan tentang keadaan Runa sekarang.
"Gadis nyebelin, bangun dong. Hari-hari gue kalau gak nyebelin dan gangguin lo tuh ibarat nasi tanpa garam, bucin banget gue! intinya cepet pulih dan kembali normal," batin Gabriel.
Gabriel mulai duduk di sofa sambil membaca surah-surah suci Al-qur'an yang tak jauh dari brankas Runa beristirahat.
Sampe segitunya di beliin obat sebanyak itu buat Runa seorang, kerjaan siapa kalau bukan...
......
Siapa yang taruh bawang disini????
VOTE AND KOMEN🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
Look Your Eyes (End)
Ficção AdolescenteFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA *** Kini Runa hanya bisa menunduk, bersama Zeal yang tak jauh dari sekumpulan anak kelas 12 Bahasa yang sedang ngobrol saat acara perpisahan. Gabriel yang melihat adanya Runa dan Zeal pun mulai menghampiri mereka berdua...