8

12.8K 757 52
                                    

Brian menguap lebar. Merentangkan kedua tangan lalu melemaskan otot-ototnya yang terasa kaku karena kelamaan tidur.

Seperti ramadhan sebelum-sebelumnya, sehabis sahur dan shalat subuh lelaki itu akan kembali menjelajahi alam mimpi.

Entah kenapa, bangun pagi dikala libur itu terasa mubazir. // Yang setuju angkat selangkangan!

"Pagi, Ma," sapa Brian kepada sang ibu yang telah stay di depan kompor sambil menggoreng.

"Pagi gondokmu. Udah jam 12 boss."

"Yamaap gak liat," balas lelaki itu santuy sambil menuang segelas air dan hendak meminumnya.

Pletak!

Sebuah penggorengan baru nan kinclong menghantam jidat lelaki itu.

"Puasa goblok!"

"Astagfirullahaladzim."

Buru-buru Brian menaruh kembali gelasnya. Hampir khilaf.

Akibat baru bangun mah gitu.

"Sini balikin wajan Mama!"

"Ambil sendiri lah! Sapa suruh dilempar."

"Kamu tau Malin Kundang kan?"

"Iya iya, Ian ambilin!"

Begitulah Brian. Rela menjadi babu emak sendiri. Udah dilempar pake wajan padahal, ntuh jidat juga benjol, tapi masih aja nurut.

Moto hidup Brian gini.

Takutlah kepada orang tua dan guru. Selain itu, sikat!

Dea selalu geleng-geleng kepala mendengar moto payah milik sang abang. Terlalu halah dan tidak berbobot untuk dijadikan sebagai 'moto hidup'.

"Bantuin mama bikin cemilan, gih."

Brian menyorot datar. Baru juga bangun.

"Ini apaan?!" Heboh lelaki itu melihat adonan berwarna cokelat di hadapannya.

"Dadar gulung."

"Sejak kapan dadar gulung warna cokelat?!" Brian masih heboh. "Setauku dadar gulung itu gini!"

 "Setauku dadar gulung itu gini!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini kan variasi mama sendiri!"

"Cih."

"Apa-apaan wajah yang menyiratkan rasa jijik itu?!"

•••

Dengan terpaksa Brian mematuhi 'titah' sang emak. Dituangnya adonan dadar gulung variasi Mama Lisa tadi ke penggorengan.

Tunggu sebentar sampe matang. Tapi jangan lama-lama entar gosong!

Brian ingat bagaimana cara Lisa mengangkat adonan itu. Ia mencoba menirukan tetapi tangannya justru terbakar karena panas.

Pantang menyerah. Ia mencoba lagi. Dicubitnya ujung adonan itu seperti yang dilakukan Lisa. Entah apa yang salah adonannya malah menempel ke tangan lelaki itu.

Karena panas, sontak Brian memasukkan adonan tadi ke mulut. Manis.

Usaha lelaki itu belum berakhir, digoyangnya penggorengan hingga adonan lebih mudah dipindahkan ke piring.

Berhasil.

Brian bersorak gembira. Lisa yang melihat justru tepuk jidat.

"Bukan gitu caranya." Wanita itu mengambil alih. "Pas ngambil dadar gulungnya, wajan agak dimiringkan."

Brian menyimak dengan seksama sembari ber-O ria.

Pro mah beda.

Lelaki itu coba menerapkan ajaran Lisa barusan dan berhasil. Seketika ia mulai merasa menjadi seorang pro.

"Ini isinya apa, Ma?"

"Pisang, tambahin gula pasir juga sesendok teh, takutnya kurang manis."

"Manis kok."

Seketika Brian teringat akan bulan ramadhan. Lagi-lagi tadi ia khilaf!

Sudahlah diam saja. Toh, cuma dirinya dan Tuhan yang tau.

Ini rahasia! Ok.

Siscon SomplakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang