26

4.8K 382 41
                                    

"Lama amat sih!"

"Tuh, gegara dia tuh makanya lama," tuduh Brian sambil menunjuk-nunjuk wajah Kiki.

Gadis itu menggigit tangan Brian sampai empunya jerit-jeritan.

Plak!

Tanpa perasaan, wajah Kiki ditabok hingga gigitan tadi terlepas. Si gadis jatuh dengan tidak aesthetic.

Terjengkang, sebelah kaki terulur ke atas, persis Janeta Janet lagi goyang buldozer.

"Jangan kasar sama cewek, Yan!" tegur Fiza.

Lelaki itu turun dari motor dan membantu Kiki berdiri.

Dea memukul kasar tangan abangnya. "Tangan ini jahat! Gak boleh pukul cewek!"

Yoga hanya tertawa melihat Brian dimarahi oleh sang adik. Marahnya Dea bukan menakutkan malah menggemaskan.

Buak!

Dengan kekuatan bulan, Kiki menendang perut Brian tiba-tiba.

Baru saja hendak membalas, tetapi Fiza dan Dea lebih dulu mencegah.

"Jangan kasar."

Tak jadi marah, Brian melebarkan senyumnya.

Fiza berbalik dan semua hendak meninggalkan parkiran.

Sebelum pergi, Kiki menyempatkan diri meledek Brian dengan menjulurkan lidah.

Yang diledek masih tersenyum sambil membatin, pulang sekolah gua tunggu di gerbang.

Fiza melihat itu kemudian menyorot si lelaki sangar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fiza melihat itu kemudian menyorot si lelaki sangar.

"Yan... fucek."

Brian cengegesan sambil menggaruk tengkuk yang tak gatal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brian cengegesan sambil menggaruk tengkuk yang tak gatal.

Mereka berjalan, baru sampai lapangan upacara, Kiki teringat tasnya tertinggal di jok motor Fiza.

"Fiza, tas gue ketinggalan."

"Kan udah dibilang jangan taro di jok."

"Ambilin," rengek Kiki sambil menarik-narik ujung pakaian lelaki itu.

"Ogah gue."

Kiki manyun. "Brian! Ambilin tas gue dong."

"Heh, bocil, enak aja lu nyuruh-nyuruh."

Brian tidak terima di perintah oleh gadis itu, ia hanya menurut ke Dea saja.

"Dih, najis. Yoga, tolong ambilin lah."

"Kenapa harus gue?" Yoga menaikkan sebelah alisnya.

"Dari yang gue denger, lu lembut dan penyayang ke perempuan."

"Maaf aja nih, itu hanya berlaku untuk cewek berisi. Yang triplek gak gue layani."

"Najis amat sih, gue sumpahin muka lu jadi jelek, tau rasa!"

"Lu gak bisa sopan? Manggil gak pake embel-embel 'abang' atau 'kakak'," ujar Brian sinis sembari menatap rendah gadis di hadapannya.

"Orang kek lu mau gue panggil abang? Hahaha..."

Brian benar-benar ingin menggorok gadis ini dan menjadikannya tumbal ratu pantai selatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brian benar-benar ingin menggorok gadis ini dan menjadikannya tumbal ratu pantai selatan.

"Udah lah bang, ambilin aja tas Kiki sana!"

Lelaki itu masih kesal. Namun, karena Dea yang meminta dengan berat hati ia melakukannya.

"Yosh... anak pintar," ledek Kiki dengan senyum kemenangan.

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Vanya yang melihat Brian tengah di parkiran memutuskan untuk menghampiri lelaki itu.

"Pagi, bang, lagi ngapain?" sapanya ramah.

"Ngambilin tas Kiki."

Siapa lagi gadis yang berani-beraninya mendekati Brian. Vanya ingin menemui gadis itu dan memberi sedikit pelajaran.

"Mau barengan gak?"

Seketika Vanya tersadar dari lamunan dan mengikuti langkah Brian meninggalkan parkiran.

Wajah gadis itu semakin masam ketika melihat Dea di depan sana.

"Nih." Brian melempar tas tadi tepat ke wajah Kiki. "Bilang makasih!"

"Makasih!"

"Udah jam berapa ini, mending balik ke kelas," ujar Fiza mengingatkan.

Brian berjalan ke arah timur menuju gedung SMA sedangkan Dea ke arah barat, ke gedung SMP.

Dea dan Vanya sudah menuju arah benar, tetapi Yoga masih merasa ada yang mengganjal.

"Si bocil napa ngikut ke sini? Salah arah, noh!" Yoga menunjuk gedung SMP yang ada di seberang.

Dea yang mendengar keributan menghentikan langkah dan kembali menghampiri Kiki.

"Kiki ngapain ke arah sini?"

"Apa salahnya sih? Gak mungkin gue harus balik ke SMP!"

Seketika Dea, Brian, Fiza, Yoga dan Vanya sadar kalau gadis bertubuh mungil ini mengenakan seragam SMA.

Sontak Brian mengeluarkan penggaris.

"Lebih tinggi Dea 3 cm dari lu."

Yoga ngakak diikuti lelaki itu setelahnya.

"Cebol!"

Vanya menutup mulut menahan tawa. Dea pura-pura sibuk melilit-lilit rambut.

Fiza tak sampai hati melihat wajah Kiki yang sudah memerah karena malu dan marah.

Ia mengusap puncak kepala si gadis singkat. "Gapapa, pendek itu gemesin loh."

Kiki menangkup wajah, ia salah tingkah. Apalagi senyum Fiza yang membuatnya meleleh itu.

"Nikahin aku, Mas."

Siscon SomplakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang