42

3K 265 21
                                    

Gimana setelah kemarin baca cuplikan Siscon Somplak versi buku? Udah dapet gambaran 'kan? 😂

Cukup sekali ngintipnya, karna abis ini mau aku repost versi wattpad aja.

Penasaran ama kelanjutan versi buku? Besok beli aja novelnya 🤭

Harus nabung dari sekarang, yak!♡

***

"Ishh ... sinyal kek asu." Yoga mengumpat, ia baru saja hendak membuka instagram liat ciwi ciwi bening, tetapi jaringan gangguan.

"Mau gue hotspot?"

"Tumben baik?" Lelaki itu menyorot Kiki horor. Anda ramah, saya curiga. Jangan-jangan anda impostor.

"Mumpung banyak kuota, nanti kalo habis balik pelit lagi."

"Yaudah, pasword?"

Kiki mengerutkan dahi mengutak-atik ponselnya. "Gak tau, liat sendiri coba."

Yoga berdecak sebal kemudian meraih uluran ponsel Kiki. Membuka pengaturan dan melihat pasword gadis itu.

"Anjink

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anjink."

Kiki ngakak melihat wajah marah Yoga, lelaki itu melempar ponselnya ke sembarang arah.

"Dih, baperan."

"Bentar, kita ngapain duduk di depan toilet gini?" Fiza yang cukup waras membuka suara.

"Nungguin Brian sama Dea nyari contekan. Hari ini kan ujian terakhir."

"Nyari contekan? Terus kenapa gua ikut nunggu anjir, gak butuh gua mah," ujar Alfi songong.

"Iya tau, yang pinter mah beda."

"Wid, mending balik ke kelas daripada buang waktu di sini," usul lelaki itu sebelum beranjak pergi.

"Pulau Samosir beranak lima kalau aku nurutin kata kau."

Brian dan Dea kembali membawa beberapa kertas.

"500 buat gantiin duit fotocopy," tagih sang abang perhitungan sambil mengulurkan tangan ke masing-masing yang ada di sana.

"Yaelah, Yan, perhitungan amat."

"Iya, belum tentu juga jawabannya bener," ujar Kiki mengompori.

Bilang aja gak ada duit, dasar sobat missqueen tsundere.

"Setidaknya kita udah berusaha nyari contekan." Dea membela.

"Kalian tau? Kunci kesuksesan berada pada teman yang pintar."

•••

Lega rasanya ketika semua soal ujian cocok dengan contekan tadi. Ujian telah berakhir. Semua dapat menikmati hidup normal kembali tanpa diskriminasi dan teror 'belajar' dari orang tua.

Baru keluar kelas padahal, Lisa menelpon menyuruh pulang cepat. Buru-buru ia dan Dea menuju rumah.

Awalnya pikiran lelaki itu melayang jauh, jangan-jangan pria tua tempo hari nekat datang ke rumah lagi.

Ternyata, Lisa bilang mereka akan pindah ke tempat baru. Entah detailnya bagaimana, yang pasti pindah.

Mungkin orang tua Dea ingin mencontoh Calorine sekeluarga, kalau gabut pindah negara. Mungkin, namanya juga suudzon.

Brian tidak berani untuk sekedar menanyakan alasan kepindahan mereka. Karena lelaki itu tau penyebabnya. Bagaimana tidak, sudah dua kali terjadi.

"Kita kenapa pindah, Ma?"

Bagus, pertanyaan Brian terwakili.

Lisa diam, memandang jauh ke langit-langit mencari kata yang bagus nan aesthetic. Ekspresinya persis seperti Fiza ketika tak dapat menjawab soal ujian, melongo.

Bagus, jiwa nyinyir lelaki itu terpancing sudah. "Mangap-mangap mulu cem ikan lohan."

"Alasan pindah ... gapapa sih, bosen sama lingkungan ini."

Dea hendak keluar tetapi lebih dulu ditahan Brian. "Mau kemana, De?"

"Beli balon, kita bawa rumah ini pindah sekalian."

"Lu kira kartun."

Andi muncul membawa kardus besar dan mengemasi barang-barang ke dalamnya.

"Sekolah kami gimana, Pa?"

"Tergantung, kalau pindahnya ke luar kota."

"Seribu balon cukup gak buat ngangkat sekolah?"

"Sudahi pikiran horor lu, De."

Siscon SomplakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang